" mau apa kamu? Roy.. kenapa mereka membawaku? " Tanya Arin dengan wajah ketakutan.
"Nona.. bagaimana bisa kekasihmu ini menjawab pertanyaanmu, kau akan tau nanti saat kau sudah ikut bersama Tuan ku " sahut anak buah pria itu, dan seraya menarik paksa tubuh Arin untuk mengikutinya.
" Roy.. tolong aku.. " ucap Arin sembari menangis, di depan Barr terlihat sebuah mobil mewah terpakir disana.
bersama seorang pria yang sudah berada di dalamnya, tampak pria itu sepertinya tengah menunggu seseorang.
tak...
tak...
" Tuan.. saya sudah membawanya, apa kita harus menelpon salah satu untuk membawanya tuan? " Tanya anak buah pria itu kepada Tuannya yang masih berada di dalam mobil.
" tidak perlu, biarkan dia masuk kedalam mobil ini " ucap pria itu kepada anak buahnya,
" tidak... aku mohon jangan bawa aku pergi, kalian siapa aku tidak mau ikut bersama kalian " ucap Arin sembari melepas paksa.
" baik Tuan... " ucap anak buah pria itu.
sembari menarik tubuh Arin masuk kedalam mobil, tak lama mobil yang membawa pria itu dan Arin sudah berlalu pergi menuju suatu tempat.
Namun dari kejauhan Roy yang masih berada disana, menatap kepergian Arin bersama pria itu.
" Maaf kan aku Arin, aku akan membawamu lagi nanti, setelah aku menyelesaikan tugasku " gumamnya kepada dirinya sendiri.
di sebuah Villa yang begitu mewah, terlihat sebuah mobil terpakir disana dan seorang pria yang baru saja keluar dari dalam mobil tersebut dan berlalu masuk kedalam Villa dan di ikuti oleh anak buahnya,
" lepaskan aku... biarkan aku pergi " teriak Arin kepada mereka, ternyata pria itu membawa Arin ke Villa miliknya, dan entah maksud apa dirinya membawa Arin ke sebuah Villa.
Brukk....
Prank...
" awk.. ssth " rengis Arin yang kesakitan menahan tubuhnya yang terjatuh di lantai.
" apa kau cuma bisa berteriak Nona?, kau membuat ku muak sepanjang perjalanan " ucap pria itu seketika melemparkan tubuh Arin kelantai.
" hiks... hiks... Tuan aku mohon lepaskan aku " ucapa Arin sembari menangis, pria itu menatap tajam kearah Arin dan seketika mencambak keras rambutnya.
" ck kau dan kekasihmu kalian berdua sama sama membuat ku muak " pria itu melempar tubuh Arin keatas kasur dengan sangat kasar.
" tuan, kenapa kalian membawaku kemari lepaskan aku, hiks hiks.. " Arin menangis dengan wajah yang kekatukan menatap pria yang kini berada di hadapannya, dengan tatapan menjijikan.
" Ck, jangan sok suci Nona, kau pikir gadis murahan sepertimu tidak ada bedanya dengan wanita yang ada disana, kalian rela melakukan apapun hanya demi uang hh!! " ucap pria itu seraya melepaskan jas miliknya.
Arin melihat pria itu yang hendak melepaskan jasnya seketika ketakutan.
seketika pria itu kini beranjak naik ke kasur.
PLAK...
satu tamparan mendrat di pipih Kiri Arin dengan sangat keras, seketika tanpa di sadari, Arin kini terdiam tanpa suara.
Deg...
Pria seketika terdiam menatap gadis itu tidak bergeming sedikit pun.
" Ck bangunlah, jangan coba menakuti ku seperti itu, Hei.. " ucap Pria itu seraya menyentuh pundak gadis itu dan membangunkannya.
Arin pingsan akibat pukulan keras di wajahnya, namun seketika anak buah Pria itu datang dan masuk kedalam sana.
dan melihat tuannya dengan wajah sedikit panik, Anak buah pria itu seketika membisikan sesuatu ketelinga pria itu.
" baiklah aku akan segera keluar, kau awasi dia... sampai dia siuman " ucap pria itu seraya menggunakan Jas nya kembali.
Kini pria itu beranjak keluar dari kamar dan segera menuju kelantai bawah, namun sebelum dirinya meranjakan kaki,
tiba tiba ada suara yang memanggil dirininya, Pria itu seketika menglihkan pandangnnya kearah orang yang memanggilnya.
" Ardan? " Panggil seseorang kepada pria itu yang ternyata bernama Ardan.
Ardan beranjak menuruni anak tangga, dan menghampiri orang itu.
" sudah ku bilang, aku tidak akan pulang kerumah malam ini " ucap Ardan kepada orang itu, yang ternyata Aziah, Mamah Ardan.
" Ardan..kamu tau kan mamah sangat merindukanmu. " ucap Aziah kepada anak keduannya itu dengan tatapan yang merindukan sosok Ardan.
Ardan tidak mengubris perkataan mamah nya melainkan menatap jauh kearah luar dimana datangnya seseorang yang kini berjalan masuk kedalam Villa.
" ck kenapa Mamah membawa gadis itu juga bersama Mamah? " Tanya Ardan kepada Aziah, dengan wajah yang terlihat jelas ketidak suka atas kehadiran gadis itu, Yang ternyata Nadia Adnan.
" Ardan, Nadia kemari hanya ingin bertemu dengan mu, dia merindukan dirimu, Mamah harap kalian bisa balikan lagi nak " ucap Aziah kepada Ardan.
Ardan mengernyit kan dahinya mendengar perkataan mamahnya memintanya untuk balikan kepada Nadia.
" Ardan pikir tidak ada lagi soal balikan sama Nadia mah! " sahut Ardan yang kini menatap kearah gadis yang bernama Nadia Adnan, namun tanpa di sadari.
sebuah teriakan seseorang dari dalam kamar terdengar oleh Ardan begitu juga Mamah dan Nadia.
mereka menatap bingung Ardan, Ardan seketika teringat bahwah gadis itu telah siuman.
Ardan berusaha menutupi soal itu dari mamahnya.
" Ardan siapa di dalam kamar mu? Itu suara seorang gadis Ardan? Apa kamu bermain dengan wanita Ardan? " Tanya mamah Aziah kepada Ardan.
" Ardan!! " Tukas Nadia sembari menatap wajah Ardan.
" eng... tidak ada, kalian pulanglah, nanti aku akan mampir kesana, kalian pergi lah " ucap Ardan yang mengalihkan topik pembicaran.
" Ardan.. jelaskan siapa yang kau sembunyikan? " Tanya Mamah kepada Ardan.
" sudahlah Mah Ardan lelah, pulang lah Mamahb" ucap Ardan kepada Mamahnya.
BAAMMm..
suara pintu yang di tutup begitu keras, Ardan segera beranjak naik keatas dimana kamarnya berada.
dan di bukannya pintu kamar dan terlihat Arin yang mencoba memberontak, Ardan menatap tajam kearah Arin dan menghampirinya.
" berhenti... jangan coba untuk mendekat, atau.. aku akan mengakhiri nyawaku disini " ucap Arin sembari memegang sebuah gunting yang ternyata tergeletak di meja kamar Ardan.
" Ck.. kau pikir jika kau mengancam ku seperti itu, aku akan memohon kepadamu untuk meletakan benda itu kembali " ucap Ardan kepada Arin yang masih mengancam dirinya.
" kau, jagalah dia selama aku pergi, aku akan pulang kerumah malam ini " timpal Ardan kepada anak buahnya,
" baik Tuan " jawab anak buah Ardan, Ardan segera pergi, namun sebelum dirinya benar benar pergi.
Ardan kembali menatap Arin sekilas lalu melanjutkan langkahnya menuju luar.
saat Ardan sudah benar benar pergi, Arin segera meletakan gunting tersebut kembali di atas meja, Arin melirik kearah anak buah Ardan dan berkata kepadanya.
" aku ingin pulang! " ucap Arin kepada anak buah Ardan,
" maaf Nona, Nona tidak bisa pergi keluar tanpa seizin tuan Ardan, Nona! " jawab anak buah itu kepada Arin.
Arin mendengus kesal dan mencoba berpikir sesuatu namun saat dirinya berpikir keras tiba tiba sebuah ide muncul di benaknya.
" eng... aku lapar, apa kalian punya sesuatu untuk dimakan? " Tanya Arin kepada anak buah itu.
anak buah Ardan seketika menganggukan kepala dan meminta Arin untuk mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments