Walaupun malas gus Arka harus tetap berangkat ke kota Malang, untuk memenuhi undangan yang diberikan oleh Kyai Mansur, agar bisa mengisi acara pembukaan sekolah resmi di pondok pesantren Al-hidayah, milik Kyai Mansur.
Gus Arka sendiri merasa heran kenapa harus kakaknya yang mengisi acara di tempat tersebut. Padahal pondok yang dipegang Kyai Mansur itu banyak sekali ustadz-ustadz yang pintar atau tidak Kyai Mansur sendiri yang mengisi acara.
"Umi, Arka mau ke Abi sama Mas dulu di kantor santri putra ya, Assalamualaikum." Pamit gus Arka pada umi Rika.
"Waalaikumsalam." Jawab sang umi.
Saat gus Arka pergi menemui abi dan kembarannya umi Rika membereskan pakaian gus Arka yang akan dibawa nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Assalamualaikum." Sapa gus Arka, setelah sampai di depan pintu masuk kantor kebetulan sekali disitu ada kang Ardi yang barus saja keluar dari dalam kantor.
Jarak kantor santri putra tidak terlalu jauh dari kediaman abi Misbah jadi gus Arka tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ketempat itu.
"Waalaikumsalam Gus Arka." Jawab kang Ardi selaku pengurus pondok.
"Abi sama Mas Arga ada di dalem gak kang?"
"Ada gus masuk aja." Ucap kang Ardi sopan.
Setelah kang Ardi mempersilahkan gus Arga masuk, dia berlalu pergi. Gus Arka kembali mengucapkan salam pada semua orang yang berada di dalam kantor.
"Assalamualaikum Abi, semua." Sapa gus Arka setelah masuk ke dalam.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka serentak.
"Sudah bangun rupanya bocah satu ini." Tutur gus Arga, sambil tertawa kecil saat tau siapa yang barus saja mengucapkan salam.
Mendengar ejekan dari kembarannya itu, gus Arka segera mengambil pecinya yang ada diatas kepala. Dia melipat peci itu sambil menatap Arga tajam, karena sudah mengejeknya didepan banyak orang.
Tak...
Peci yang gus Arka lempar tadi mendarat sempurna di kening gus Arga.
"Astagfirullah hal-adzim." Ucap gus Arga merasa sedikit sakit ketika peci gua Arka mendarat di keningnya.
Abi Misbah yang melihat tingkah kedua putranya hanya geleng-geleng kepala.
Sedangkan pengurus pondok yang ada di dalam kantor itu sudah biasa melihat tingkah keduanya yang selalu cari perkara jika sudah bertemu.
Walaupun kembar gus Arka dan gus Arga memiliki sifat yang sangat jauh berbeda, jika gus Arka jahil dan nakal, sedangkan gus Arga sedikit pendiam. Tapi beda lagi urusannya jika sudah dengan Arka.
"Itu barus awal mas." Ucap gus Arka santai tanpa merasa bersalah, karena telah melempar kening masnya dengan peci dia sendiri.
"Masih ada yang kedua." Ucap gus Arka lagi.
Gua Arga tau apa yang menyebabkan gus Arka melempar peci kearahnya karena masalah pergi ke Malang seharusnya dia yang pergi, tapi karena ada rapat mendesak jadilah gus Arka yang harus menggantikan dirinya.
"Yang kedua apalagi?" kali ini abi Misbah yang berbicara.
Nyali gua Arka langsung menciut, ketika abinya yang sudah melontarkan pertanyaan.
"Hehe gak jadi deh Mas yang keduanya." Tutur gua Arka takut.
Semua yang ada di dalam kantor tersebut menahan diri untuk tidak menertawakan Arka.
"Udan siap-siap belum Ar?" tanya abi Misbah.
"Udah bi, Arka juga kesini niatnya mau pamitan, tapi gak tau kenapa pas liat mukanya Mas Arga rasanya geregetan aja gitu pengen mukul." Canda gus Arka.
"Oo, iya Bi. Arka berangkat sendiri apa ada temennya?"
"Tu, berangkat sama Dimas, dia lagi ambil beberapa kitab yang perlu dibawa." Kali ini gua Arga yang menjawab.
"Oke."
"Nanti tolong bilangin ke Dimas suruh nyusul aja ke rumah ya Mas." Pesan gus Arka pada kembarannya itu.
"Iya." Jawab gus Arga singkat.
"Ya, udah kalau gitu Arka pamit ya Bi, Mas sama semuanya." Ucap gus Arka sambil mencium punggung tangan abinya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab mereka semua kompak
"Kalau udah sampai kasih kabar Ar." Teriak gus Arga....
Gua Arka sudah kembali kediaman abi Misbah, untuk mengambil barang yang akan iya bawa sekaligus berpamitan pada uminya.
"Umi boleh gak Arka gak minep?" tanya gus Arka, dia paling tidak bisa jauh dari uminya.
"Iya gak apa-apa Ar, tapi kalau disuruh Kyai Mansur minep, ya minep dulu gak enak sama mereka."
"Iya umi Arka ngerti. Itu Dimas udah dateng umi kalau gitu Arka pamit ya, salam sama Abi sama Mas Arga." ucap gus Arka.
Karena saat ini Dimas sudah berdiri di depan kediaman abi Misbah, dia sudah menenteng satu tas untuk kebutuhan mereka di Malang nanti, di dalam tas tersebut paling banyak kitab yang diperlukan nanti untuk gus Arka pelajari terlebih dahulu.
"Iya Ar."
Hanya umi Rika yang bisa mengantar gus Arka, sedangkan gus Arga dan abinya masih belum pulang dari kantor santri putra, karena masalah yang mereka urus belum beres.
Pak Jaya masih bersikeras mau membeli tanah milik keluarga Anggara. Sulit untuk membuat pak Jaya menyerah agar tidak terus-terusan mengincar tanah milik keluarga Anggara. Pak Jaya sendiri memiliki tekad yang sangat kuat, dia tidak menyerah begitu saja.
Walaupun abi Misbah dan gus Arga sudah menolaknya beberapa kali-kali. Bahwa mereka benar-benar tidak akan memberikan tanah itu pada siapa pun. Tidak akan menjual kepada siapapun.
Tapi pak Jaya tidak juga menyerah sampai situ. Gus Arga sendiri heran entah kapan pak Jaya akan menyerah agar tidak terus-terusan datang ke pondok pesantren Darussalam, hanya untuk menanyakan perihal tanah milik keluarga Anggara itu. Mungkin gus Arga dan abi Misbah akan membiarkan hal itu terjadi sampai pak Jaya bosan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Memyr 67
gua gua terus, ini cerita ponpes yg mentradisikan gua elo
2022-10-19
2
Kazuha
semangat thor dan jangan lupa mampir di novelku judulnya
The emprees is receurcefull
dan kutunggu episofe selanjutnya
2021-11-09
2