Ara menguatkan dirinya mati matian. hatinya seperti si remas kuat. dia sebenarnya tidak kuat. tapi dia juga tak punya pilihan saat ini. semua terasa sulit. pernikahan ini bahkan belum genap seminggu.
ara sudah menanamkan dalam hatinya yang paling dalam bahwa dia sangat membenci adnan dan semua pengkhianatan nya.
"Sudah berapa bulan kandunganmu?" tanya nia pada raina lebih dulu. tak ada sopan apalagi segan.. hanya ada ucapan datar dingin di selimuti kekecewaan.
"Sudah lebih dari 3 bulan" jawab raina. sedangkan adnan sedang mengepalkan tangannya di bawah. dari tadi ara tak menghiraukannya. dan itu sangat sakit. dia sangat mencintai ara.
"Waaah kalian sangat hebat. menyembunyikan hal besar seperti ini"
"Apa ada yang tau selain kalian?" tanya ara lagi.
ara menatap adnan.. adnan menggeleng.
"Ternyata kalian pintar menyembunyikan hal menjinikkan seperti ini" sindir ara
"Ara? jaga ucapanmu! itu anakku" sentak adnan tak terima anaknya di sebut hal menjijikkan.
"Ahh iya maaf.. sudah menyinggung anakmu nan.." ujar ara nanar. dia semakin membenci adnan.
"Kapan kalian akan menikah? "
"Secepatnya" jawab raina puas.. ini lah keinginannya. sedangkan adnan kembali diam. dia merutuki mulutnya yang menyentak ara.
"Apa kalian akan mengundang keluarga juga?"
"Iya"
"Tidak"
"Apa maksudmu? aku tidak mau keluargaku tau aku menikah lagi. kau jangan banyak menuntut. diamlah" ucap adnan pada raina..
Ara tersenyum remeh.. sepertinya dia salah menaruh hati selama ini. adnan bahkan tak ada perasaan walaupun perempuan itu sedang mengandung anaknya.
"Ara.. maafkan aku, aku tau aku salah. aku khilaf saat itu. aku tidak tau dia hamil.. "
"Ara.. setelah anak itu lahir aku akan menceraikannya"
apa??
ara bahkan kaget, pria yang dia cintai selama ini ternyata pria jahat. egois.
raina tak kalah kaget.. dia akan di ceraikan?? dia tidak mau. dia ingin tetap menjadi nyonya di keluarga pradipta.
"Khilaf seperti apa yang sampai hamil nan.. " sindir ara menatap adnan datar. mata ara tampak kosong.. mungkin kekecewaannya begitu dalam
"ara.. tolong jangan kasitau keluarga kita.. papa bisa membunuhku jika tau."
wah!
ara harus kaget lagi,
adnan memohon padanya bukan karna menjaga perasaan ara. tapi karena takut pada orangtuanya.
Adnan sangat kejam.. ara menghapus air matanya yang baru menetes lagi. setelah seharian ini dia kelelahan menahan pilu dan air mata.
"Baik.. " adnan dan raina lega.
Tapi,
"Tapi, aku ada syaratnya" ujar ara membawa kertas yang sudah dia siapkan.
"Apa ini?"
"Bacalah"
Adnan membaca kata demi kata di lembar yang sudah di siapkan oleh ara.
raina juga membacanya.
"Bagaimana? aku cukup baik bukan menerima istri dan anakmu" sindir ara santai.
"Kenapa harus begini ara?" tanya adnan tanpa malu.
"Kalau kalian tidak setuju yaudah.. aku bisa mengurusnya sendiri. kurasa menjadi janda sebelum seminggu tidak begitu buruk.. paling hanya di gosipin satu bulan" pancing ara pura pura santai.
padahal di hatinya dia takut. takut membuat sedih dan khawatir mama dan papa nya.. dia khawatir.. mereka akan kepikiran.
Deg!
Adnan menegang.
tidak.. dia tidak mau melepas ara. tidak akan pernah.
sedangkan raina senang mendengar kata cerai.. tali dia harus kecewa lagi.
"Tidak ada cerai. aku setuju.. aku akan tanda tangan.." ucap adnan cepat.
"Bagus" ara tak peduli sebenarnya.. hanya saja ini sebagai jaga jaga.
Di kertas itu ara membuat perjanjian bahwa dia bebas melakukan apa saja.. apalagi te tang pekerjaannya.
ara juga akan tidur terpisah di kamar sendiri. sedangkan untung adnan dan raina.. ara membebaskan dua ulat bulu itu. terserah mereka. ara sudah terlanjur jijik.
Masalah melayani adnan.. mia juga bakal melayani keperluan adnan seperti makan dan bajunya.. di bantu bibi. dan itu berlaku untuk istri kedua nya.
Ada beberapa baris kesepakatan yang di buat ara, supaya setidaknya dia tidak terikat lebih jauh dengan adnan.. dia tidak mau menyerahkan diri nya kepada pengkhianat.
Walaupun ara mencintai adnan. tapi dia tidak bodoh.
"Kau tanda tangan" ucap adnan pada raina.
raina sebenarnya malas.. karna tak ada poin yang menguntungkan baginya.. tapi mau tak mau dia ikut tanda tangan sebelum adnan membentaknya lagi.
"Baiklah.. aku tak bisa menghentikan kalian yang sudah sejak lama berhubungan gelap di belakang ku. semoga lancar pernikahannya. karna mulai besok aku sudah kembali bekerja. jadi maaf aku tak bisa ikut ke pernikahan kalian"
ucap ara pura pura menyesal.. padahal dia dalam.hati sedang mengutuk dua makhluk itu.
"ara bukankah kamu sedang cuti untuk bulan madu kita?" tanya adnan lupa diri...
"Ah iya.. kau bisa bulan madu bersama istri dan anak mu.. aku sibuk" ara tak peduli wajah pias adnan. dia berlalu dan mengurus kamar untuk dia tempati. dia harus capek membereskan barang barangnya lagi.
Raina sangat senang saat tau dia akan bulan madu..
"Mas adnan.. kita akan bulan madu? kemana mas?" tanya nya antusias.
"Menyingkirlah" desis adnan meninggalkan raina.. dia menyusul ara ke atas.
***
"Ara.. tolong maafkan aku" ara sudah membereskan barangnya yang tidak begitu banyak.
"Maaf nan.. aku tidak bisa memaafkan mu. gampang sekali mulut mu mengucapkan kata itu, kau tak tau kau menghancurkan hati ku dan ragaku bersamaan" ucap ara membuat adnan tak bisa berkutik.
"Aku mencintai mu ara, aku tau aku salah.. aku hanya mencintaimu"
"Kamu sepertinya harus melihat ke hati mu lagi nan.. bisa jadi perasaanmu itu adalah obsesi bukan cinta"
"Aku mencintaimu ara" sangkal adnan.
Mia berbalik sebentar.
"Kalau kau mencintaiku, kau tidak akan menyakitiku nan.. kalau kau mencintaiku kau tidak akan mungkin membawa perempuan hamil ke rumah mu saat istrimu yang baru 1 hari ini tiba di rumahmu" sindir ara menusuk jantung adnan semakin dalam.
"Aku menyesal ara. kasih aku kesempatan ara. pliss"
"Semua sudah terjadi nan.. bertanggung jawablah. dan sesuai kesepakatan kita. kita tidak boleh mengusik kehidupan masing masing.. pernikahan kita aku anggap hanya status."
"Tapi aku suami sah mu ara di mata hukum dan negara.. "
"Kau bisa menceraikan ku" ucap ara santai membuat adnan beku.
tidak.
"Jangan minta cerai ara. jangan.. aku akan menuruti permintaanmu" adnan akhirnya menyerah. ara tak lagi memandang padanya.
ara membawa barang barangnya.. dia memasuki satu kamar yang memang sudah di bersihkan bibi.
Ara masuk.. dia langsung terduduk sambil menangis.
dia bisa pura pura kuat di depan semua orang.. tapi sebenarnya dia rapuh. dia pintar me manipulasi diri sendiri.
"kau yang memulai ini nan.." gumam nya.
"kau yang mengundang duri ke rumah ini, dengan nama lain sebagai istri kedua."
"Aku akan menunjukkan bagaimana sakitnya duri itu" batinnya menenggelamkan wajahnya pada bantal hingga basah.
"Selamat tinggal ara.." batinnya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Shelvie Pandoju
Mantap Ara.. lakukan pembalasan yg setimpal
2023-10-24
0
Tika Kartika
Good job suka sama karakter cewek tangguh👍👍👍
2021-11-26
1