Ada yang Tidak Beres
Author
Assalamualaikum...
Aku datang, cemilannya di tarok dulu yok mulai oleng nih...
Diki
Kakak, ambil bolanya kenapa malah diem gitu sih
Diki
(Memasang ekspresi cemberut karena Vivi lama sekali mengambil bola yang jelas-jelas sudah dia pegang)
Vivi
(Masih berusaha mengangkat bolanya)
Vivi
Diki, ini berat. Cepat kemari dan bantu aku
Diki berjalan mendekati Vivi dan bola itu, Vivi menarik tangannya dari bila itu agar Diki bisa mengangkatnya
Dengan cepat dan mudah Diki pun berhasil mengambil bola itu dan segera menunjukkan ke depan wajah Vivi.
Diki
Apanya yang susah! dasar kakak pemalas saja!
Diki
(Segera berjalan menuju ke tempatnya semula)
Vivi
(Melihat ke arah dimana dirinya tadi berusaha mengangkat bila itu)
Vivi
(Bicara dalam hati : tadi jelas-jelas aku sangat sulit mengangkatnya karena berat. Bagaimana bisa Diki bisa melakukannya dengan mudah)
Vivi
(Memegangi belakang lehernya yang terasa ada sesuatu yang meniupnya)
Merasa kesal sendiri, Vivi akhirnya menghentakkan kakinya dan berjalan menjauhi pinggir danau dan kembali mendekati Diki.
Vivi
Udah yuk mainnya, masuk ke dalam aja. Mulai panas nih..
Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam rumah, dan mengambil beberapa minuman kaleng yang memang sudah ayah dan ibu mereka beli sebelum nya beberapa hari yang lalu.
Vivi
(Duduk di kursi yang sepertinya sudah dibersihkan oleh sang ayah)
Vivi
Yah, mungkin ini adalah jus buah kaleng yang terakhir yang bisa kita minum ya Diki
Diki
(Membuka minuman kalengnya, lalu duduk di sebelah kakaknya)
Diki
Sudahlah kakak, nikmati saja. Diki saja tidak pusing memikirkan itu, disini bahkan lebih menyenangkan.
Vivi
Apanya yang menyenangkan?
Diki
Lihat saja halaman kita luas sekali, aku bisa main sepeda bahkan tanpa takut ada kendaraan lain melintas.
Diki
Aku sudah tujuh tahun kakak, aku bahkan bisa mengerjakan PR ku sendiri.
Vivi
(Tersenyum melihat ke arah Diki yang begitu polos)
Mendengar kata PR, Vivi jadi ingat akan kelanjutan pendidikan nya. Dia masih ragu untuk sekolah di desa terpencil seperti ini. Hatinya belum rela meninggalkan semua fasilitas rumah dan sekolah lamanya.
Ketika Vivi tengah melamun, dia kembali merasa di leher bagian belakangnya ada angin yang lewat.
Vivi
Akh... (Menengok ke arah belakang)
Vivi merasa aneh, pintu dan jendela tertutup. Bagaimana bisa ada angin yang lewat di belakang lehernya
Diki
Kakak, aku mau ke atas. Aku mau lihat kamar ku
Vivi sungguh tak ingin berada di tempat itu sendirian, dia sudah merasa atmosfer disana tidak nyaman
Diki sudah berada di depan pintu kamarnya yang terbuka, dan melihat sang ayah sedang mengganti gorden di jendela.
Diki
(Diki melompat ke atas kasurnya dan melompat-lompat disana)
Satrio
Iya, bagaimana? kamu suka tidak?
Diki
Suka ayah, suka sekali
Satrio
Vivi, lihatlah kamarmu. Ibumu sedang merapikannya.
Vivi
Iya ayah, aku akan lihat
Vivi melangkahkan kakinya ke arah yang berlawanan dari kamar Diki.
Vivi membuka pintu kamar yang tertutup itu.
Vivi
(Kaget sampai jatuh ke lantai karena kakinya lemas)
Karina
(Memperlihatkan dirinya dari arah belakang manekin berpakaian pengantin yang dia gendong)
Vivi
(Memegang dadanya kuat-kuat)
Karina
Ini boneka yang ada di dalam kamarmu, ibu pikir ibu akan memindahkan nya ke gudang.
Vivi
(Berdiri perlahan, dan berdecak kesal)
Vivi
Ibu mengagetkan aku. Ibu aku rasa ada yang tidak beres dengan rumah ini.
Author
See you next episode...
Comments
Beast Writer
hantunya kurang kerjaan, siang hari dah maen ma orang
2022-08-19
0
✪⃟𝔄ʀ sⷡεͬɴͦɢͫᴏͦᴛ ʰᶦᵃᵗ🦈
duh kelamaan berhenti bc jd lupa ads apa dgn boneka itu 🙈
2022-05-13
1
WONG CILIK
like
2021-11-17
0