Tiba di Rumah Baru
Vivi masih sangat sedih karena harus meninggalkan rumah yang sudah dia tinggali selama lebih dari sepuluh tahun. Vivi terus menatap rumahnya itu dari luar.
Satrio
Ayo nak! kita harus segera pergi!
Vivi
(Masih terus memandangi rumahnya)
Vivi
Ayah, kenapa kita harus pergi. Apa ayah sudah tidak punya cara lain untuk membayar hutang perusahaan?
Satrio
(Menundukkan kepalanya karena sudah merasa gagal menjadi kepala rumah tangga yang baik dan bisa di andalkan)
Karina
(Keluar dari dalam mobil lagi dan meraih tangan Vivi)
Karina
Vivi, ayo kita pergi. Tempat yang baru juga tidak kalah nyaman dari rumah kita yang dulu
Vivi
(Memandangi wajah ibunya)
Vivi
(Berkata dalam hati: Rumah yang dulu. Artinya seperti rumah yang kita tinggali sebelum rumah ini kan, rasanya tidak buruk juga)
Vivi
(Mengikuti ibunya masuk ke dalam mobil)
Satrio dan Karina saling pandang sebelum keduanya masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah baru mereka, Diki sang adik dari Vivi hanya tertidur. Sedangkan Vivi dia masih kesal setelah membaca beberapa unggahan status yang ada di sosial medianya. Semua temannya sedang membicarakan kebangkrutan ayahnya. Sehingga membuat Vivi menghapus semua akun sosial media miliknya.
Vivi
Mereka semua menyebalkan!
Vivi
(Memandangi keluar jendela, dan menampilkan ekspresi terkujut)
Vivi
Ayah, ibu kita mau kemana? inikan hutan?
Vivi menanyakan hal itu pada ayah dan ibunya karena memang yang mereka lewati adalah area hutan yang di kelilingi oleh berbagai jenis pohon besar.
Satrio dan Karina kembali saling memasang sebelum Satrio kembali fokus mengemudi.
Karina menoleh ke belakang ke arah kursi penumpang yang di duduki oleh Vivi.
Karina
Memang kita akan pindah di sebuah desa di ujung hutan ini.
Vivi
(Menampilkan wajah terkejut dan tidak suka)
Karina
(Menghela nafasnya pelan)
Karina
Maaf ya nak, uang ayah hanya cukup untuk membeli rumah itu. Dan untuk mengurus kepindahan sekolah mu juga.
Setelah mengatakan itu, Karina kembali memposisikan diri nya menghadap ke depan.
Vivi yang masih kesal hanya diam sambil melipat tangannya di depan dada. Tapi dia merasa lebih baik jika bisa menjauh dari teman-teman yang kepo dan pasti menghinanya jika tahu ayahnya bangkrut.
Vivi
(Bicara dalam hati : Setidaknya lebih baik daripada harus tetap berada di lingkungan orang-orang yang bisa mengejekku setiap saat itu)
Beberapa jam kemudian sudah terlihat sebuah pedesaan yang cukup ramai di siang hari, mereka melewati sebuah pasar yang nantinya akan jadi tempat Karina dan Satrio berdagang.
Satrio
Lihat Karina, disana nanti kita akan berdagang.
Karina
(Melihat ke arah yang di tunjuk oleh Satrio)
Karina
Wah, lumayan ramai ya mas!
Vivi
(Mencuri dengar apa yang ayah dan ibunya katakan)
Vivi
Ayah dan ibu mau jadi pedagang?
Karina
(Kembali melihat ke belakang)
Karina
Iya Vi, ayah masih ada sedikit modal yang bisa di pakai untuk menyambung kehidupan kita selanjutnya.
Setelah mengatakan itu Karina kembali menoleh ke arah depan.
Vivi
(Bicara dalam hati : Apa maksudnya menyambung hidup. Apa kehidupan kami benar-benar sesulit ini sekarang?)
Vivi
(Melihat keluar jendela, memperhatikan anak-anak yang sedang berjalan kaki sepertinya baru pulang dari sekolah)
Vivi
Ibu, apa aku juga akan sekolah di tempat itu?
Vivi
(Menunjuk ke sebuah bangunan sekolah SMA yang ada di tepi jalan)
Karina
(Tersenyum dan menoleh lagi)
Vivi
(Bicara dalam hati: Apaa!!)
Mereka pun tiba di rumah paling pojok dari desa itu, lokasinya tepat berada di pinggir danau.
Karina
Wah, ini sungguh bagus dengan harga segitu Mas!
Karina merasa senang saat pertama kali melihat rumah di tepi danau itu, rumahnya di jual dengan harga yang sangat murah untuk bangunan berlantai dua dan terlihat masih sangat bagus itu.
Namun mereka tidak menyadari, jika sebuah rumah dijual dengan sangat murah dan tidak ada yang betah tinggal disana. Ada apa dengan rumah itu???
Author
Jangan kaboorrrr dulu ya...
Comments
Beast Writer
Awas, ada hantu Noer di rumah itu everybodih ..👻👻
2022-08-19
0
WONG CILIK
lanjut
2021-11-17
0
Uchok
semangat ya thor
2021-11-16
0