Sejak saat itu Dika lebih sering menghubungiku. Hanya sekedar tanya kabar, dan sedang apa. Mulanya malas meladeni tapi seketika ingat perlakuan Adji yang demi teman dan pestanya dengan seorang perempuan aku diabaikan dan dia mabuk saat itu hal yang aku benci. Ahhhhh menyebalkan aku seperti tidak dia anggap. Itu membuat fikiranku sebentar berpaling ke Dika. Dan semenjak saat itu hubungan kami lebih dekat. Katakanlah aku ini orang yang pendiriannya kurang tegas. Karena aku hanya mengikuti kemana hati bahagia. Walaupun kadang kurang sinkron dengan fikiran.
Pagi - pagi buta ada panggilan masuk. Dengan mata setengah terbuka kulihat jam di dinding. Baru jam setengah 5 pagi dan siapa yang menelfon. Tiba-tiba aku cemas takut kabar buruk di pagi hari. Biasanya kalau yang menghubungiku urgent tidak mengenal mpu-nya sedang istirahat berarti kabar duka. Seketika aku teringat Adji yang kemarin sedang mabuk lagi karena kalah taruhan balap motor. Karena dia menghubungiku dulu sebelum mabuk minta izin denganku.
Konyol.. mana aku izinkan memang aku tidak suka dia mabuk dengan alasan apapun. Diizinkan atau tidak nyatanya dia tetap mabuk. Lagi-lagi hatiku kesal dibuatnya.
Lalu kulihat pelaku yang menelfonku pagi-pagi buta. Ehhh.. Dika ?? Bukan Adji ?? Seketika aku merutuki otakku yang berfikiran tentang Adji. Adji mana pernah telepon pagi buta begini. Bangunnya saja jam 7 kadang malah jam 8. Yang artinya dia memberi kabar yaa ketika aku sudah dalam keadaan belajar di sekolah.
Lalu aku angkat panggilan dari Dika takut ada sesuatu yang penting.
"Hallo."
"Iya..". Jawabku dengan suara khas orang bangun tidur. Terdengar kekehan kecil dari seberang sana. Kenapa tertawa apa yang lucu batinku.
"Baru bangun ya ?"
Apa sih Dika ini pagi-pagi telfon hanya untuk basa basi aku kan mengantuk.
"Hemmmm."
"Ada apa ya telfon pagi- pagi ?" Desakku karena tidak sabar.
"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin mendengar suaramu."
Apa ?? Bicara apa dia ini seolah-olah sedang rindu dengan kekasihnya saja. Kulihat layar ponselku takut mataku salah baca atau takutnya ini bukan Dika. Tapi benar, ini benar -benar panggilan dari Dika.
"Apa sih. Seperti orang yang sedang rindu dengan pacarnya saja".
"Iya memang lagi rindu. ( jeda sebentar ) Sama... pacar... orang.." Di pertegasnya.
Sontak mataku yang tadinya sepet kini membola. Terkejut tentu tapi berhasil membuatku blushing juga. Ahh manisnya... Ehhh apa sih kok tiba-tiba jantungku berdebar mendengar Dika bicara seperti itu.
"Garing candaannya tidak lucu". Jawabku ketus. Tapi yang di ketusin malah tertawa di seberang sana.
"Hahaha yang lucu itu kamu. Lagian aku tidak bercanda. Aku beneran kangen sama suara kamu". Bagian kata kangen terdengar seperti bisikkan menggoda. Suara Dika juga terdengar parau seperti orang yang baru bangun tidur sadarku kini.
Jadi jangan bilang kalau dia bangun tidur pegang ponsel langsung teringat denganku lalu rindu seperti yang dia katakan. Dihhh apa sihh aku ini.. Sambil menggelengkan kepala tidak percaya aku punya rasa percaya diri setinggi itu.
"Dika cuci muka dulu deh. Matanya di melekin kalau perlu di pelototin takut salah sambung.." Jawabku seperti ingin mencari kepastian Dika bicara seperti itu memang ditujukan untukku atau memang salah sambung seperti yang aku opinikan.
"Ini Syila kan pacarnya Adji ?". Hahh aku terkejut Dika sebut nama Adji. Pasalnya aku tidak pernah memberi tahu nama Adji sama Dika. Di sosmed juga kalau aku upload foto berdua sama Adji muka Adji aku tutupin sama emot. Bukannya malu. Hanya saja aku tidak rela nanti teman-temanku melihat wajah Adji yang menurutku menarik dan lucu itu.
"Yaa sudah ya, tutup dulu mau beberes sebelum berangkat kerja. Jangan lupa sarapan. Semoga harimu bahagia Syila".
Sambungan terputus belum juga aku menjawab apa yang tadi dia utarakan saking terkejutnya Dika sebut nama Adji yang di mana teman - temanku saja tidak tahu aku dengan Adji ada hubungan, karena memang aku kurang terbuka orangnya tentang bau-bau pribadi seperti itu. Tahu-tahu sudah di tutup dengan pesan semangat.
Pukul 7 pagi aku sudah berada di sekolahan. Kulihat kelas yang sudah penuh tapi tumben tidak terlalu ramai seperti biasa, mereka terlihat serius dengan buku, penggaris, juga pensil di tangannya. Lalu tiba-tiba aku panik setelah ingat ada tugas dari Pak Kafri kemarin. Hari ini jam pertama jamnya Pak Kafri. Sial baru selesai 2 soal, yang 3 nya belum di kerjain gara -gara mikirin si Adji. Dengan keadaan buru-buru, ku buka senjata perangku. Buku besar, pensil, dan penggaris. Jangan lupa contekkan dari ketua kelasku yang aku minta tadi.
Brakkk...
Ohh Tuhan jantungku.. aku terkejut sekali.
Rupanya Talita teman sebangku ku baru tiba sudah dengan paniknya mengeluarkan senjata perangnya juga.
"Aku lupa ada PR..!!" Paniknya membuatku terkikik kecil.
Sudah setelah itu kami maraton mengcoppy jawaban ketua kelas yang paling pintar dan kocak itu.
"Ayo.. ayoo.. Syila.. Syila... Lita.. Lita...semangattt.. semangattt... nyonteknya" Ibu ketua niat menyemangati tapi sambil tertawa.
Heii.. konsentrasiku terganggu gara-gara yel yel ibu ketua satu ini. Lagian itu memberi semangat apa sedang meledek sih.
Tak lama kemudian bel tanda masuk pun berbunyi. Ahhh belum selesai lagi. Aku masih maraton sambil merapal doa semoga Pak Kafri tidak hadir.
Tap tap tap..
Terdengar suara sepatu hells masuk ke ruang kelasku.
Loh kok Bu Ardiyan ?? Tambah pucat mukaku. Pasalnya beliau adalah guru yang tidak galak tapi dingin dengan segala wibawanya. Kalau sedang di tatap, seperti di tatap sama monster. Sebenarnya cantik dan anggun tapi tetap saja horor dipandanganku karena dia guru akuntansi juga.
"Pagi anak-anak!!" Sapanya.
"Pagi Bu.." jawab kami serempak
"Wahh... rajin sekali yaa sudah pada belajar sendiri belum juga ada tugas dari gurunya". Ucapnya kala melihat meja kami berantakan dengan peralatan tempur.
"Itu memuji apa menyindir yaa ??". Bisikku pada Talita yang hanya mendapatkan sikutan kecil di tanganku.
"Hari ini ada tugas dari Pak Kafri. Beliau berhalangan datang". Ucap bu Ardiyan.
"Yes..!!"
Serempak satu kelas membuat bu Ardiyan tampak cengo terkejut.
"Loh kenapa ?? Senang ya tugas belum selesai gurunya berhalangan !!" Tanya bu Ardiyan setengah menyindir lagi.
"Mana sekretarisnya ??" Tanya beliau lagi yang sontak membuatku langsung berdiri.
Aku maju dengan perasaan horor. Entahlah berdekatan dengan guru ini membuatku merinding seketika.
Aku mengangguk-anggukkan kepala setelah mengerti tugas apa yang harus aku tulis agar teman-temanku mengerjakannya.
"Kalau sudah selesai tugasnya dikumpulkan ya. Semuanya termasuk tugas kemarin." Perintah Bu Ardiyan yang di iya kan oleh teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
semangat kakak... aku datang... tapi baca pelan-pelan
2022-03-06
1
pensi
meledek itu namanya 😀
2022-02-27
0
pensi
nggak menentu
2022-02-27
0