Tak terasa jam belajar telah usai bel pulang sekolah pun berbunyi. Yang tadinya badan lesu, lemas, lunglai, letih, lapar langsung kembali on 100% semangat. Kupercepat langkah kakiku karena aku pulang dengan bus umum takut ketinggalan.
Melewati parkiran motor anak-anak otomotif dan di sana aku melihat Doni dengan beberapa temannya sedang bercengkrama. Doni itu satu -satunya anak MO yang care kepadaku. Itu karena dia mempunyai perasaan lebih kepadaku. Perasaan melebihi teman dia pernah menyatakan dan aku tolak secara baik-baik. Tentu saja karena aku sudah punya Adji dan aku tidak punya perasaan apapun kepada Doni selain sebagai teman. Semenjak saat itu aku merasa canggung sekali tapi dia selalu mencoba mencairkan keadaan. Sebenarnya dia orang yang receh banyak candaannya pandai membuat orang tertawa tidak jauh berbeda dengan Adji. Bahkan waktu dia tiba-tiba sok serius bilang suka lalu menuntut jawaban ku, sontak aku malah tertawa lepas, aku kira itu salah satu cara dia nge prank. Nyatanya dia benar-benar dalam mode serius dan sekejap membuatku kaku dan canggung. Seperti saat ini misalnya, dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang.
"Syila..!! Pulang sama siapa ??". Tanyanya.
"Ramean sama orang banyak". Jawabku sambil terkekeh. Diapun tahu aku pulang naik bus umum yang pastinya banyak orang. Diapun tersenyum simpul mendengar jawabanku. Bagaimanapun aku berusaha mengembalikan suasana seperti sebelum dia menyatakan perasaannya.
"Mau ngojek ga ??". Jeda sebentar "Bayarnya make cinta".
"Hhhuuuooooo..!!" Sontak dan serempak dia mendapat sorakkan bak pendukung timnas beserta toyoran dari salah satu temannya.
Yang di sorakin pasang muka cool sambil tersenyum simpul membuatku menggelengkan kepala malu, mau menjawabnya di antara gombal, bercanda, dan sok romantis.
Tanpa menjawab aku pilih berlalu begitu saja. Daripada panjang urusannya yang ada malah tambah heboh dan aku juga bisa ketinggalan busku.
Kubuka ponselku yang tadi tersimpan di tas dengan satu tujuan Adji ketika sudah duduk manis di salah satu kursi penumpang. Ternyata belum juga ada notif chat dari dia. Kucoba chat lagi dengan menanyakan dia sedang apa hingga aku sampai di rumah pun belum dia baca bahkan sampai makan malamku selesai.
Kuputuskan untuk telepon saja. Diangkat, huhh kesal sekali rasanya sekaligus lega.
"Halo." Kupasang telingaku terdengar bising sekali dengan suara petikan gitar.
"Apa yank ? Sudah selesai makan ? Sudah belajar belum ??". Tanyanya banyak. Dia tahu aku beberapa bulan lagi akan melakukan ujian di sekolah makanya dia selalu mengingatkan belajar yang rajin agar lulus dengan nilai yang bagus. Sudah melebihi Ibuku saja.
"Lagi dimana ? Lagi ngapain ? Kenapa pesanku tidak dibalas ?? Jawab jujur !" Bukannya menjawab pertanyaannya aku malah balas bertanya dengan memaksa.
Terdengar helaan nafas. "Lagi kumpul sama Nuril, Devan, dan Vicky".
Deg
Tiba-tiba aku punya firasat tidak enak. Pasalnya mereka adalah teman yang menjerumuskan dengan hal-hal yang tidak baik seperti mengajaknya bermabuk-mabukan. Dan tiba-tiba "Dji, nambah lagi ga ?? Tuangin sekalian yah". Apa itu apa yang dituangin membuat fellingku menajam dan tadi kenapa suara perempuan. Kuhalau pikiran negatifku aku percaya dia sebenarnya orang baik, bahkan demi aku dia mau merubah kebiasaan buruk lamanya, hal itu di perjelas oleh kakak kandungnya sendiri yang beberapa tempo hari lalu berterimakasih kepadaku karena mau merubah Adji jadi orang yang lebih baik itu membuatku tersanjung sebegitu sayangnya Adji kepadaku. Tapi yang susah dia tinggalkan adalah mabuk. Aku amat tidak menyukainya karena dari penilaianku mabuk itu tidak ada manfaatnya merusak badan dan membuat kita tidak bisa mengontrol diri. Aku menunggu Adji bicara entah apa yang di lakukannya.
"Halo..?" Tanyanya
"Iya.. kau sedang apa ?? Siapa dia tadi ?? Lagi ga mabuk kan ?!! Jujur..!!". Lagi-lagi jawabanku adalah pertanyaan untuknya. Dan aku mempunyai felling dia mau bohong.
Terdengar ******* berat "Dia Naya. Aku lagi merayakan pencapaian Naya, dia di terima disalah satu perusahaan besar. Maaf tadi ga kasih kabar takut ganggu belajar kamu. Dan... i iya aku lagi pesta minuman berakohol. Yank tapi aku..." Ku matikan secara sepihak. Penuturan apa tadi dia merayakan pencapaian perempuan lain dengan cara mabuk-mabukkan. Padahal dia sudah janji akan menjauhi minuman itu dan gara-gara itu dia tidak memberiku kabar sama sekali.
Keterlaluan...!! Fix.. aku marah detik itu pula.
Bukannya lebai. Namun kenyataan yang ada orang tuaku selalu mengomporiku untuk kelak mendapatkan suami yang tidak macam - macam tingkahnya salah satunya tidak pemabuk. Karena dari segi pengalamannya, Ayahku mempunyai adik wanita. Dia meninggal ditangan suaminya sendiri ketika si suami sedang mabuk. Gara-gara si istri memergoki suaminya bermain gila dengan janda yang saat itu juga sama mabuknya dengan suaminya.
Tentu Ayah was-was, aku putri kesayangannya.
Kurasakan getaran diponselku yang kuacuhkan, kulihat siapa pemanggilnya aku yakin itu Adji. Dan benar. Aku malas. Aku masih marah. Aku masih kesal. Sungguh tak berminat meladeninya. Lalu karena tidak aku respon ia pun mengirimi beberapa chat.
"Yank jangan marah"
"Janji ini aja yang terakhir"
"Aku minta maaf"
"Aku sayang sama kamu"
Huftt.. Apa tadi sayang ?? Sayang kok bikin aku kecewa terus.
Karena sedang jengkel aku memilih membuka akun sosmedku. Kulihat postingan fotoku ketika sedang santai meminum kopiku. Ehh.. ada yang mengirimi pesan pribadi. Kubuka pesannya.
"Lagi apa Syila ?? Anak SMK 5 Sila Bakti ya ?? Putrinya Bapak Herman ??"
Loh kok tau nama Ayah siapa ini. Tanya batinku penasaran. Kulihat foto-fotonya. Pria dewasa yang sangat tampan dan manis. Aku tertarik dengan caranya menatap, alis dan mata itu membuatku sedikit terpesona.
Yang mulanya aku tidak berniat membalas pesannya namun tiba-tiba aku tertarik hanya karena dia tau nama Ayahku dan sekolahku.
"Lagi santai aja. Ini siapa ya ?"
"Aku Dika. Tetangga kampung. Seangkatan sama sepupumu Arief Adiawan. Pasti ga kenal." Balas Dika dengan emot tertawa canggung.
Kuingat-ingat sekeras apapun aku mencoba ingat nyatanya memang tidak ingat. Arief 7 tahun lebih tua dariku jelas aku tidak terlalu faham dengan teman seangkatannya apa lagi beda kampung.
"Hehehe iya tidak tau dan tidak kenal". Jujurku
"Ya sudah ayo kenalan kalau begitu." Ajaknya yang tanpa sepengetahuannya aku angguki kepalaku.
Dan mulai saat itu kami bertukar nomor ponsel. Yang entah mengapa dengan mudahnya aku berikan, biasanya tidak seperti ini. Efek hati panas dan kecewa mungkin, gara-gara Adji yang melanggar janjinya menjadikan aku tidak bisa mengontrol emosi.
Ternyata dia juga sudah bekerja di ibu kota. Sama seperti Adji. Hanya beda wilayah saja. Di suatu perusahaan textile.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Elina zivana
mantap 👍👍👍👍
semangat terus Kak 💪
bolehlah ya kita saling mendukung.. hehehe 😊
kalau suka novel bergenre misteri atau thriller, jika berkenan mampir juga ya di karya aku.
judulnya: malam tadi.
2022-07-31
1
Indah Nihayati
bagus thor
2022-03-01
0
pensi
kenalan juga dia 🥰😀
2022-02-27
0