sesekali Bima melihat ke arah Nafisa yang sedang di peluk Bik Sumi, ia ingin memastikan istrinya baik-baik saja sambil melajukan mobilnya.
sesampainya di rumah sakit Bima segera meminta pertolongan perawat. ia sangat panik dengan keadaan Nafisa,bima menggendong Nafisa meminta bantuan petugas rumah sakit
"sus tolong istri saya dia tidak sadarkan diri" ucap Bima sambil menggendong Nafisa
Nafisa segera di tangani suster yang bertugas dan Bima disuruh menunggu di luar ruangan.
di ruang tunggu yang udaranya dingin tak mampu membuat hati Bima tenang.
terus saja dia bergumam dalam hatinya
"kamu harus baik-baik saja sayang. aku akan menjaga kamu semampu ku." gumamnya dalam hati
di samping Bima ada Bik Sumi yang juga cemas menunggu. Bik Sumi duduk dengan wajah khawatir, karena bagi Bik Sumi Nafisa sudah seperti keluarganya sendiri
"Nafisa kenapa Bik? kenapa bisa sampai begitu?" tanya Bima khawatir menatap Bik Sumi dari samping
"saya tidak tahu Tuan, tadi saya sedang beres-beres, lalu saya melihat nyonya kesakitan, setelah itu pingsan". jawab Bik Sumi yang juga khawatir
Karena penanganan yang lama membuat bima khawatir. Terus saja dia berdiri di depan pintu UGD lalu duduk lagi, begitu terus sampai dokter yang menangani Nafisa datang. selang beberapa lama dokter yang menangani Nafisa pun keluar, dan mencari keluarga Nafisa
"keluarga pasien"? tanya dokter yang baru keluar dari UGD
"saya suaminya dok".jawab Bima gugup berdiri dari duduknya
"bisa ikut keruangan saya sebentar? ada yang harus di bicarakan".pinta dokter berdiri di hadapan Bima
"iya bisa dok"jawab Bima sambil mengangguk an kepala.
dengan segera Bima mengikuti langkah dokter itu. Hati kecil Bima menciut fikiranya tak karuan banyak pertanyaan dalam otaknya, ia takut jika Nafisa memiliki penyakit yang serius
sesampainya di ruangan dokter, Bima di persilahkan duduk di kursi. Bima segera duduk di kursi di sebrang dokter lalu memandang wajah dokter penuh dengan tanda tanya
"apa sebelumnya ada keluhan yang di alami istri anda pak?" tanya dokter menatap mata Bima serius
"setahu saya istri saya selalu baik-baik saja dok. dia tidak pernah mengeluh sakit." jawab Bima menyakinkan sambil mengingat
"memangnya istri saya sakit apa dok?"tanya Bima penasaran
"setelah di lakukan pemeriksaan di rahim istri anda terdapat kista, tapi untuk memastikannya harus di lakukan pemeriksaan lebih lanjut."jawab dokter menjelaskan dengan raut wajah serius
Bima pun kaget dengan pernyataan dokter,bagai petir yang menyambar di hatinya karena dia merasa selama ini istrinya baik-baik saja. dia tidak pernah mengeluh apa lagi kesakitan.
"apa itu mempengaruhi rahimnya dok?".tanya Bima ingat akan kondisi Nafisa
"iya. kemungkinan akan sulit hamil.".jawab dokter memastikan
badan Bima mulai lemas, padahal selama ini ia sangat ingin sekali mempunyai seorang anak. mendengar pernyataan dokter semangat Bima mulai sedikit hilang
"lakukan yang terbaik untuk istri saya dok. saya ingin istri saya sehat kembali seperti semula". ucap Bima lirih mengutarakan keinginannya
setelah selesai berbicara dengan dokter, bima kembali keruangan UGD, sepanjang perjalan Bima memikirkan ucapan dokter tadi, ia tak menyangka jika Nafisa mempunyai kista
Bima sudah kembali keruang tunggu, segera dia masuk ke ruang UGD untuk melihat keadaan istrinya, badannya masih gemetar memdengar pernyataan dokter tadi
dengan mata yang berkaca kaca dia melihat istrinya terbaring lemah, wajahnya yang pucat dan tangan yang dingin membuat Bima tidak tega.
"cepat sembuh sayang". ucap Bima sambil memegang tangan Nafisa.
"Umi harus kuat, Umi harus melawan sakit Umi. Abi akan selalu ada buat kamu sayang." ucapnya lagi masih memegang tangan Nafisa
Bima terdiam sejenak teringat akan ucapan dokter tadi. tapi bagi Bima Nafisa adalah wanita yang sempurna, dan selalu bisa menjadi pengisi hatinya
"Kamu buat Abi masih wanita yang sempurna umi, ini ujian buat rumah tangga kita. Semoga kita bisa melewati semua. Abi akan mengerti keadaan umi meskipun umi tidak bisa memberikan keturunan buat Abi". ucap Bima mencium tangan Nafisa
tak terasa Bima mulai menitikkan air matanya. ia tau istrinya orang yang kuat. orang yang tidak mudah menyerah. hanya saja ia takut hal yang di alami ayahnya akan di alami ia juga.
ibunya meninggal saat Bima masih kecil dan hidup hanya berdua dengan ayahnya.
hal itu membuat dirinya kurang mendapat kasih sayang seorang ibu dan menjadikannya seseorang yang mandiri dan kuat
Ketika Bima asyik dengan lamunannya tiba-tiba di kagetkan oleh suara suster dari belakangnya yang akan memindahkan Nafisa keruang rawat inap
"permisi Tuan saya mau memindahkan pasien ke ruang rawat inap".kata suster sambil mengambil cairan infus Nafisa
"oh iya sus silahkan".timpal Bima lalu berdiri dari duduknya.
Bima pun mengikuti kemana Nafisa di bawa pergi oleh suster. tak hentinya Bima selalu berdoa kepada Allah supaya istrinya baik-baik saja.
hari sudah mulai gelap, tapi Nafisa tetap belum bangun dari pingsannya. dengan setia Bima menjaga di samping Nafisa mengusap wajah dan kepalanya.
"Abi mencintai mu umi, jangan tinggalkan Abi ya". ucap Bima sambil mencium tangan istrinya.
Entah kebetulan atau tidak begitu Bima membisikan kata cinta Nafisa sadar dan terbangun.
tangan Nafisa mulai bergerak, matanya pun terbuka. Bima yang tau Nafisa sudah sadar langsung mendekati wajah Nafisa.
"Alhamdulillah Umi sudah sadar. Umi mau minum?". tanya Bima penuh kegembiraan
Nafisa hanya mengangguk. karena bingung kenapa dirinya bisa di disini. tatapan mata Nafisa nampak kosong, ia hanya menatap langit langit ruangan nya, tanpa mengucap sepatah kata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments