"Ngomong-ngomong Nita lagi dimana nih?'' tanya Dini sambil celingukan mencari keberadaan sahabatnya itu.
Afryan hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak mengerti.
Dini mengambil ponsel dan langsung menghubungi Nita.
''Dimana Nit?''
''-----''
''Oalah.. yaudah nggak papa,''
Dini langsung mematikan panggilan telepon.
''Kemana mereka?'' tanya Fryan.
''Udah pulang duluan,''
''Pengertian sekali, padahal aku yakin mereka masih disini, terimakasih Kak Nit, bang Aldo hehe" batin Fryan senang.
Sejauh ini, Nita sudah mengetahui apa yang dirasakan oleh adiknya, ia sangat mendukung, tetapi takut jika sahabatnya menolak dan persahabatan mereka menjadi canggung.
Nita hanya memberi pesan kepada adiknya untuk tidak gegabah, segala sesuatunya harus dilakukan secara hati-hati.
Tetapi, ntah bagaimana kenyataan yang dilakukan oleh Fryan, ia juga memiliki kekhawatiran jika ada yang mendahuluinya.
''Kak Dini,'' panggil Fryan.
''Hem''
''Kakak sudah punya pacar?''
''Haha belum nih, jomblo senior,''
Fryan sangat lega mendengarnya, setidaknya masih ada kesempatan.
∆∆∆∆
''Kak''
''Apa lagi Kapriii??''
''Aku suka sama seseorang,''
''Nyatain dong, nanti keburu diambil orang lain,'' jawab Dini santai.
''Takut di tolak Kak,'' ucap Fryan sedih.
''Yaahhh, belum apa-apa udah nyerah duluan..''kata Dini.
''Kak, kalau misalnya ada yang bilang cinta ke Kakak, tapi kakak nggak suka sama orang itu.. tapii, sebelumnya kalian itu udah kenal baik, ibaratnya temenlah, setelah mendengar pernyataan itu Kakak masih mau temenan nggak sama dia?''
''Ngomong apa sih Prii..''
''Ya kalau orangnya itu bisa memaklumi perasaan kakak ya kita tetep temenan dong.'' jelas Dini.
''Emang kamu lagi naksir sama anak mana sih?''
''Naksir Kakak''
''Hah? Hahahahahahahaha''
Dini tidak bisa menahan gelak tawanya, ia menganggap perkataan Fryan hanyalah sebuah guyonan.
''Adekku sekarang pinter ngegombal hahaha''
''Aku serius Kak,'' Fryan meraih kedua tangan Dini dan langsung menggenggam dengan erat.
''Aku serius dengan apa yang aku katakan ke kakak, ntah ini terlalu buru-buru, gegabah atau apa, yang jelas aku cinta sama Kak Dini sudah dari lama, sekarang aku yakin kalau rasa ini bukan perasaan biasa, aku cinta sama Kakak,'' ucap Fryan menatap serius pada Dini.
∆∆∆
Huufffttttt
Afryan mengusap wajahnya dengan gusar, karena membayangkan menyatakan cinta ke Dini, ia masih belum memiliki keberanian, ia takut akan penolakan.
"Kenapa Pri?" tanya Dini bingung.
"Hehe nggak papa Kak, aku laper lagi nih.." jawab Fryan tersadar dari lamunannya.
"Yaudah makan kalau laper," ujar Dini.
"Kakak masih mau disini kah?" tanya Fryan.
"Nggak sih, kayaknya cuacanya makin gelap,"
"Yaudah kita pulang aja ya, sekalian cari makan diluar aja," ajak Fryan.
"Oke,"
Fryan dan Dini menuju ke arah parkiran dan langsung tancap gas keluar dari area pantai untuk mencari cafe.
Lima belas menit, Fryan memarkirkan motornya pada sebuah cafe yang tidak jauh dari lokasi pantai. Fryan memang mudah lapar dan ingin segera mengisi perutnya dengan segelas kopi agar tidak mengantuk.
Setelah selesai mengisi perutnya dan cukup beristirahat, Dini dan Fryan langsung menuju arah jalan pulang.
''Loh kenapa berhenti?'' tanya Dini bingung.
Fryan menyerongkan duduknya dan menghadap ke belakang.
''Kak Dini harus pegangan yang kuat Kak.. ini jalannya berkelok-kelok, aku takut Kakak ketinggalan,''
''Enak aja, nggak-nggak kalau jatuh..'' tolak Dini, setiap di bonceng Dini selalu menolak pegangan, jika terpaksa pun hanya memegangi sisi kanan kiri baju yang menyetir.
''Aku yang takut Kakak, udah deh gini, gini.. kan enak kalau mau ngebut, keburu ujan tuh..'' ujar Fryan, ia langsung meraih tangan Dini untuk dilingkarkan pada pinggangnya hingga depan.
Sesaat senyum Fryan berkembang meskipun jantungnya berdetak lebih kencang.
''Kenapa aku deg-degan?'' batin Dini lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Fryan langsung tancap gas melanjutkan perjalanan, kembali melewati area perkebunan yang sangat panjang tanpa pemukiman penduduk, tiba-tiba rintikan hujan turun dan semakin lebat.
''Sabar ya Kak.. pegangan yang kenceng, di ujung sana ada toko, kita neduh disana'' seru Fryan dengan berteriak.
''Iyaaa'' jawab Dini ikut berteriak.
Dan benar saja, hujan turun sangat lebat, beruntung kedua pemuda ini sudah tiba pada sebuah toko, kebetulan toko tersebut tutup dan di terasnya terdapat sebuah kursi panjang.
Fryan membantu Dini untuk turun dari motor dan menggandengnya untuk berlari ke arah kursi tersebut.
DUAARRRR
Dini tersentak saat mendengar suara guntur menggelegar, ia langsung menutup wajahnya dan spontan mengangkat kedua kakinya naik ke atas kursi.
Dini menggigil kedinginan, badannya mulai gemetar karena pakaiannya sudah lumayan basah.
Fryan sangat tidak tega melihat itu.
''Maaf Kak,'' ucap Fryan. ia melepas jaket tebalnya dan memakaikannya untuk Dini.
DUAARRRR
Dini kembali ketakutan dan reflek menyembunyikan kepalanya dibelakang Fryan yang duduk disampingnya.
Fryan juga menjadi ikut terkejut karena Dini.
''Kakak takut banget ya sama suara guntur?''
Dini hanya mengangguk.
Melihat wanita yang dicintainya kedinginan membuat Fryan tidak tega.
''Maaf Kak, jangan mikir yang aneh-aneh ya, aku cuma mau bantu Kakak,'' ucap Fryan lirih.
Fryan mendekatkan posisi duduknya dan meraih bahu Dini untuk ia bawa di pelukannya.
Dini merasa lebih baik, pelukan Fryan membuatnya lebih tenang dan hangat.
Tapi, ia tak berfikir macam-macam, Fryan sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, ini adalah pelukan seorang adik kepada kakaknya, begitu pikir Dini.
Fryan merasa senang bisa sedekat ini, meskipun jantungnya terasa mau copot.
Ia semakin menguatkan pelukannya, tidak sadar hujan sudah mulai berkurang volumenya.
Dini mendongakkan kepalanya menatap Fryan yang ternyata matanya terpejam, tetapi tangannya terus mengelus rambut Dini.
''Kapri!''
''Eh iya Kak?''
''Lepasin, udah reda.''
''Kok cepet sih..'' batinnya.
''Oh iya hehe''
''Kak Dini masih kedinginan, bibir Kakak kelihatan masih gemeteran..'' ujar Fryan, membuat Dini langsung reflek menutup bibirnya.
''Ah nggak papa ini, biasa kalau dingin, ayok pulang.'' Kata Dini.
Fryan mengangguk setuju.
''Sabar Fryan.. sabaarrr.. suatu hari nanti seluruh tubuhnya pasti menjadi milikmu '' batin Fryan merana, melihat bibir Dini gemeteran berasa ingin langsung menghangatkannya.
Karena hujan sudah reda, mereka langsung melanjutkan perjalanan agar tidak kemalaman tiba di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
harwanti unyil
sabar" jangan terlalu cepet entr dia gk nyaman
2023-09-15
0
kavena ayunda
semangat pri😂😂
2022-12-05
0
Amih Fadlan Nurhasanah
yupppp kalo udah sah jangankan bibir😅
2022-03-07
1