Nandini sudah bangun lebih awal dari hari-hari biasanya, karena berdasarkan perjanjiannya dengan Nita, mereka akan berangkat cepat untuk menghindari kemacetan.
''Bu, aku nggak sarapan di rumah, soalnya menurut info dari Nita sih katanya sudah memesan tempat untuk sarapan,'' Ujar Dini kepada ibunya.
''Beneran?'' tanya ibu.
''Katanya sih gitu.. lihat aja nanti si kapri datengnya cepet apa mundur, kalau cepet berarti ya beneran Bu..'' jelas Dini.
''Kamu ini Din, seenaknya aja manggil nama anak orang, bagus-bagus di kasih nama eh malah kamu ganti si kapri,'' omel Ibu pada Dini.
''Ihh nggak papa Bu.. itu panggilan sayang dari kakak Dini buat dede kapri haha,'' jawab Dini yang diikuti oleh gelak tawanya.
''Nggak boleh gitu Dini.. jangan diulangi atuh, manggil yang bener..''
''Emang siapa Bu namanya?'' tanya Dini menggodai ibunya.
''Nak Pryan''
Buahahaha
Nandini tidak bisa menahan gelak tawanya saat mendengar sang ibu menyebutkan nama Afryan.
''Ibu aja nggak bener tuh nyebut nama si kapri..'' Dini sudah sering mendengar jika ibunya menyebut huruf F dan V otomatis berubah menjadi huruf P.
''Afffryan'' Ibu membenarkan penyebutan nama dengan kesal.
''Nahh itu ibu bisa nyebut huruf F...'' protes Dini.
''Itu hanyalah contoh!'' kata Ibu langsung melenggang meninggalkan Dini yang sedang cekikikan.
''Emak-emak kalah debat langsung pergi haha.. eh astaghfirullah ngetawain emak sendiri, dosa tau Din..huuu kau ini jaga mulutmu!!'' oceh Dini kepada dirinya sendiri.
Dini langsung kembali ke kamar, mempersiapkan tas, dompet, hp, jangan sampai ada yang tertinggal.
Kapri : Kakak, aku oteweh
Dini membaca pesan dari adek ketemu gedenya lalu menggelengkan kepala.
Dini : Oke dede
Kapri : 😘
''Kumat alay nih anak,'' gumam Dini tanpa berniat membalas pesan balasan dari Fryan.
Sepuluh menit Dini menunggu, akhirnya mendengar suara moge masuk ke halaman rumah Nandini.
"Dini.. nak Pri eh Fffryan udah datang!" teriak ibu.
"Iya Bu." Dini langsung bergegas keluar dari kamar.
"Langsung aja ya Kak, Nita udah pesen G.P.L!" ujar Fryan menirukan nada bicara kakaknya.
"Haha dasar adek kurang ajar, manggil yang bener, KAKAK NITA!"
"Salahnya kecil." balas Fryan.
"Heh nggak boleh menghina ciptaan Tuhan"
"Aw sakit Kak!!" pekik Fryan karena masih pagi sudah mendapat cubitan dari Dini.
"Badan doang yang gagah, cubit dikit nangesss..." Dini langsung kembali ke dalam untuk berpamitan kepada ibunya.
Dini kembali ke ruang tamu bersama dengan ibunya yang sedari tadi masih di dapur.
"Hati-hati ya nak, jangan kebut-kebutan." pesan ibu.
"Siap Bu.." jawab Fryan.
Mereka pamitan dan langsung menaiki motor menuju ke lokasi tujuan.
Lokasi pertama adalah menikmati sarapan terlebih dahulu bersama dengan Nita dan para anggota komunitas Aldo.
Tiga puluh menit selesai, mereka langsung melanjutkan perjalanan ke sebuah pantai yang akhir-akhir ini sedang viral.
Maka dari itu, Aldo bersama teman-temannya tidak ingin sampai tidak kebagian tempat apalagi hari ini adalah akhir pekan, mereka memilih membooking tempat terlebih dahulu beserta konsumsi untuk makan siang.
Satu jam perjalanan, mereka sudah tiba di lokasi tujuan, benar saja, akhir pekan yang sangat ramai.
Mobil dan motor sudah berjejer rapi di parkiran dari ujung ke ujung, ntah sejak kapan mereka sudah tiba disini.
Rombongan langsung menuju ke tempat yang sudah di booking dengan arahan dari seorang laki-laki.
.
Komunitas Aldo bukan hanya anak motor biasa, mereka selalu rutin setiap bulannya melakukan kegiatan sosial ke beberapa tempat secara bergilir, seperti yayasan yatim piatu atau mereka para pekerja jalanan. Bahkan pertemuan mereka saat ini juga sedang melakukan koordinasi untuk kegiatan sosial selanjutnya, lokasi mana lagi yang tepat untuk menjadi sasaran mereka.
Setelah pembahasan selesai, mereka lanjut menikmati makan siang yang baru selesai dihidangkan dari salah satu rumah makan yang ada di pantai tersebut, menu utamanya tentu saja hasil tangkapan laut.
Fryan selalu berada di dekat kakak-kakaknya, ia belum berminat untuk bergabung dengan komunitas calon kakak iparnya itu, ia masih ingin fokus ke bisnisnya sendiri, bergabung dalam suatu komunitas tidaklah mudah menurutnya, karena setiap manusia memiliki pola pikir yang berbeda, dan ia belum siap dengan segala perbedaan dalam sebuah anggota komunitas. Saat ini Fryan memilih hanya menjadi pendengar setia saja.
.
Mereka menikmati keindahan pantai di bawah sinar matahari yang lumayan redup, cuaca memang sedikit mendung.
Beberapa jepretan sudah berhasil diabadikan oleh tukang foto sewaan, karena anggota komunitas Aldo akan pulang terlebih dahulu, mereka hadir dari berbagai profesi yang hanya meluangkan sedikit waktunya, sedangkan Aldo masih ingin bersama dengan kekasihnya mumpung hari libur.
''Thanks ya semuanya, hati-hati di jalan,'' ucap Aldo kepada teman-temannya.
''Wokeee.'' jawab mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments