"Ha-halo!" Aku memberanikan diri, melawan ego, bahkan menjatuhkan harga diri menghubungi cowok bernama Shaka itu malam ini. Ya, gimana lagi, habisnya tuh cowok gak minta nomor teleponku tadi. Main nyelonong pergi aja. Harusnya kan dia yang hubungi aku, eh malah aku yang hubungi dia.
"Vanila ... ini Vanila, kan?"
OMG, ini jantung denger suaranya yang merdu itu rasanya pengen keluar aja.
"He'em ... he he!" Aku cengengesan ngusir ketegangan.
"Kenapa, Vanila?"
Wah, nih cowok bener-bener ikut nguji kesabaranku apa? Katanya tadi kalau mau dilamar suruh hubungi, sekarang malah tanya kenapa. Kan aku malu kalau harus bilang 'lamar aku ... lamar aku, dong!'
"Em ... Mas!"
"Ya?"
"Maksudku ... aduh aku manggilnya apa, ya?" Aku menggigiti bibir bawahku malu.
"Senyaman kamu saja, kamu mau manggil aku apa?"
Walah, malah tanya balik.
"Apa?"
"Ya, apa?" tanyanya bolak-balik.
"Mas aja deh!"
"Boleh!" Aku merasakan dia pasti tersenyum di sana. Sok-sokan nebak sebenarnya.
"Kira-kira kamu jadi gak, ngelamar aku, Mas?" Aku meremas kuat ujung kaus ini. Ini harga diri sebenarnya udah kayak di injek-injek sapi.
"Jadi, kamu mau?"
Ya jelas mau lah, bisa nyesel seumur hidup kalau nolak. Ya walaupun belum kenal, khususon orang tampan, urusan sikapnya kayak apa itu belakangan. Yang penting gak malu-maluin kalau diajak kondangan, sekalian aku mau pamerin ke tetangga dan teman-temanku.
"Iya, Mas! Besok soalnya ada yang mau ngelamar aku."
"Baiklah, Vanila. Besok aku akan ke rumah untuk melamarmu! Ada yang perlu kamu bicarakan lagi?"
Sebenarnya aku pengen bicara banyak, tapi apa? Sumpah, aku udah grogi duluan.
"Eng-gak, Mas!"
"Ya sudah. Selamat malam, mimpi indah, ya!" Ucapan penutupnya membuat aku tersipu malu. Dalam hati, ini orang kenapa gaya bahasanya kok jadi formal banget. Pengen ketawa aja bawaannya. Aku melempar tubuh ini ke ranjang. Berharap bertemu dia di mimpi malam ini. Yaelah kok aku gampang jatuh cinta gini, ya?
***
Pagi-pagi Mama terus mengetuk-ngetuk pintu kamarku. "Nil!" teriakannya melengking. Sebenarnya aku bisa aja mengabaikan Mama, cuma karena jarak antar rumah di sini begitu dekat, aku gak mau suara Mama buat dosa para tetangga. Udah bosen banget dighibahin anak perawan pemalas sama mereka.
"Apa, sih, Ma?" gerutuku.
"Itu ada tamu! Dia cowok yang kamu maksud, ya?"
Pertanyaan Mama membuat mataku melebar sempurna. "Si-siapa?" Aku menabrak Mama biar gak ngalangin jalanku, kemudian celingukan ke ruang tamu. Melihatnya dari atas, ada Mas Shaka di sana sedang berbicara pada Papa. Kenapa lamaran harus sepagi ini? Mana gak ada persiapan sama sekali.
"Ganteng juga cowokmu?" sindir Mama.
"Makanya aku ogah dijodohin sama Mas Agus!" sindirku pada Mama dengan menyunggingkan bibir atas. Aku bergegas mandi dan gak lagi memedulikan Mama.
Saat aku turun dari tangga dan menghampiri mereka. Terdengar, "Ya sudah kalau maunya Mas Shaka secepatnya untuk menikah dengan Nila, ya saya bisa apa?"
Loh, loh ... kenapa bisa-bisanya Papa langsung mengiyakan lamaran Mas Shaka, katanya mau dipertimbangkan dengan benar dulu. Aku terdiam kebingungan menatap empat orang yang berada di sofa itu.
"Vanila?" sapanya dengan semringah menatapku. Aku kikuk dong. Mana di sana ada Ayah Ibunya juga. Eh ... tapi tunggu! Kenapa wajah mereka gak ada mirip-miripnya sama Mas Shaka, ya?
"Ini anak perawan jam segini baru bangun! Maaf loh Mas, ya?" ucap Papa dengan penuh rasa bersalah.
Wah, pelanggaran nih Papa. Kenapa harus bongkar aib anak sendiri ke calon suami sama mertuanya?
"Gak apa-apa, Om! Mungkin Vanila kelelahan," jawab Mas Shaka dengan santainya. Nah, ini calon suami yang baik. Aku tersenyum lebar dong.
Aku melihat Papa dan Mas Shaka terlihat langsung akrab. Bahkan kedua orangtuanya itu seperti tak dianggap. Mereka hanya terdiam dan sesekali tersenyum terpaksa. Aneh 'kan?
"Jadi, Papa setuju aku menikah dengan Mas Shaka?" tanyaku memecah pembicaraan mereka yang konyol tak terarah itu.
"Ya, setuju dong!" jawab Papa dengan yakin. Dahiku mengkerut memikirkannya. Bagaimana bisa Mas Shaka secepat itu merayu Papa yang kepala batu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sang
jadi gini pak, Shaka lagi indent 3 unit bugati, 1 untuk Shaka dan istri, 1 untuk papa dan mama, 1 lagi untuk ayah mertua, kira-2 boleh nggak Shaka jadi menantu bapak ? 🤣🤣🤣🤣
2022-01-06
0
Risma Arsita
Sepertinya Shaka membawa orang tua palsu nih alias sewaan🤭🤭
2021-11-25
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
ayah ibu Shaka... jangan2 itu pelayannya 🤭
2021-11-15
0