Aku berjalan mendengkus kesal keluar rumah. Menaiki motor matic kesayangku yang pastinya beli sendiri dulu, waktu aku masih kerja di salah satu bank swasta. Cuma ini kenangan satu-satunya setelah aku gak kerja, penyebab gak betah ya karena gak pernah target tiap bulannya.
"Eh, Nila! Mau ke mana?" teriak tetanggaku yang bernama Melati dengan hebohnya. Aku berhenti sejenak di depannya. Sebenarnya, aku juga gak tau mau ke mana. Pokoknya pengen kabur tapi balik lagi aja.
"Em ... mau ke mini market, Mbak!" jawabku asal.
"Nah, kebetulan! Anterin aku sampai depan komplek dong! Gak ada kendaraan di rumah."
Waduh, kenapa jadi tukang ojek gini?
Mbak Melati langsung naik aja tuh ke jok belakang motorku tanpa aba-aba. Sumpah, tuh badan segedhe dugong bikin ilang keseimbanganku. Untung kakiku sanggup menahan beban hidup yang aku jalani sekarang.
"Bilang-bilang dong kalau mau naik!" gerutuku. Ini tetangga satu emang ngeselin. Gak tau kenapa, semua orang di dekatku pada ngeselin.
Aku langsung tancap gas tanpa bertanya Mbak Melati udah pegangan apa belum?
Yang pasti dia kaget ingin terjungkal ke belakang dan ujung-ujungnya badannya mental ke punggungku juga. Sial, aku lagi yang kena.
Dia ngomel-ngomel gak jelas gitu. Bodo amat lah, aku tambah lagi kecepatan motor ini lalu aku rem mendadak yang buat rambut kami gak kayak duta sampo.
"Pelan-pelan dong, Nil!" Mbak Melati menepuk keras bahuku lalu membenahi rambutnya yang seperti benang kusut. Aku merengut kesal, udah ditumpangi masih ngomel-ngomel.
Tanpa terima kasih, Mbak Melati pergi gitu aja ninggalin aku. Dasar, tetangga gak tau diuntung!
Aku kembali meneruskan perjalananku ke mini market Papa. Ya, berhubung gak ada tujuan juga mau ke mana akhirnya aku tancap gas ke sana.
Tin tin
Aku menoleh ke arah spion motorku. Sebuah mobil BMW berwarna hitam yang aku sendiri juga lupa tipe apa, terus aja membuatku tambah kesal. Maksudnya tuh mobil klakson-klakson aku kenapa, sih? Aku kan udah minggir banget.
Nah, akhirnya aku berhenti, tapi tuh mobil juga ikut berhenti dengan menghadangku. Aku tambah kesel dong!
Maunya apa coba?
Atau jangan-jangan mau culik aku? Mataku melebar seketika memikirkannya.
Tiba-tiba pemilik mobil itu keluar, dengan setelan jas dan kaca mata hitam, aku terpana melihat ketampanan yang terpancar di sana. Kulit putih bersih, alisnya tebal, hidung mancung, mata sipit-sipit gimana gitu.. Sumpah, ini bagiku kayak pangeran. Rasanya ingin berteriak, 'Kalau kamu penculik, culik aku dong!'
"Vanila ... namamu Vanila, kan?"
OMG pemirsa!
Ternyata tuh cowok kenal namaku. Aku masih tergagap karena dia semakin mendekatiku. Sumpah nih ludah kenapa gak ada etika gini, rasanya mulutku penuh bahkan tak sanggup nampungnya.
Dia mengangkat kedua alisnya menatapku. Mungkin karena saking lemotnya aku kali ya gak jawab-jawab pertanyaannya.
"I-iya!" jawabku gugup jadi mampunya cuma satu kata.
Tuh cowok tersenyum dengan memamerkan lesung pipinya.
MasyaAllah
Sumpah guys, rasanya mau terjungkal ke lesung pipi itu.
"Kenalin, aku Shaka! Boleh aku meminta waktumu sebentar?"
Jangankan meminta waktu, minta hatiku aja bakal aku belahin dada ini buat kamu. Bercanda ya!
Aku berdehem sok jual mahal. "Kamu siapa, ya?" tanyaku.
"Aku Shaka."
Ya Allah, ini yang oneng aku apa dia?
"I-iya maksudku ... kamu ada perlu apa?" Nah loh, beda lagi pertanyaanku. Maklum aku grogi banget sekarang guys.
"Kita bisa cari tempat teduh untuk bicara!"
Kita? Ya ampun, dia bilang 'kita' aja aku udah baper. Sorry ya Seno, aku udah menduakan hatimu yang abu-abu itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Susi Andriani
langsung baper🤣🤣🤣
2023-08-15
0
Susi Andriani
ais babang saka aku suka lesung pipimu
2022-09-20
0
I Gusti Ayu Widawati
Asyiiik ceriteraku bagus.
2022-07-17
0