Aku mengangguk mengiyakan. Lagi-lagi tuh cowok tersenyum memandangku. Entah apa gak capek, atau emang mau pamer lesung pipi, aku juga gak ngerti. Dia berjalan memasuki mobilnya. Namun, sebelum masuk, dia menoleh ke arahku.
"Kamu cari tempatnya! Nanti aku ikutin dari belakang!" teriaknya dengan langsung masuk dalam mobilnya.
Aku terdiam sejenak. Cari tempat di mana? Dilihat dari penampilannya nih cowok kayaknya tajir. Aku mempunyai ide mengajaknya di cafe.
Eh ... tapi tunggu dulu!
Pakaianku aja terlalu santai kayak gini, yang ada bakalan malu sendiri duduk berdua sama dia.
"Ayo!" teriaknya dengan kepala aja yang keluar dadi kaca mobilnya. Aku memberi senyum setengah dan mengangguk.
Tak ada jalan pikiran lain, aku mengendari motorku ke mini market Papa. Sebelum dia membelokkan mobilnya masuk ke depan mini market, dengan bergegas aku merapikan rambut dengan sisir alami yaitu jari-jariku yang lentik ini. Secepatnya juga aku berkaca di spion motor.
Baiklah, namanya juga dadakan!
Aku berdiri tegak menatapnya yang keluar dari mobil. Dia berlari kecil mendekatiku. "Kita bicara di sini?" tanyanya.
"I-iya, ini mini market keluargaku. Kita duduk di sana!" Aku menunjuk kursi yang memang disediakan Papa di depan mini market. Ini adalah usaha kami satu-satunya. Ya, lumayan lah pendapatannya. Walaupun tak didahului ucapan 'selamat datang, selamat belanja' bagi pembelinya seperti di maret-maret sana.
Tuh cowok ngikutin aku dong! Aku mempersikahkan duduk, dan berlari kecil mengambilkan minum dalam kulkas. Si pucuk-pucuk cukup kali ya menemani siang yang terik ini. Masak iya si prut teh dikira mau adu bibir. Eh, apaan adu bibir?
"Diminum!" Aku mempersilahkan dan duduk di hadapannya.
Tanpa rasa canggung lagi karena kehausan nih, aku minum aja tuh si pucuk. Eh, dia malah ngelihatin aku. "Kamu ada perlu apa?"
"Oh, iya, kenalin lagi aku Shaka! Gini, mungkin ini akan mengagetkanmu, Vanila. Tapi, aku serius, aku ingin melamarmu!"
Eh buset!
"Melamar?" tanyaku ragu. Dia mengangguk antusias. "Ka-mu ... a-ku?"
"Iya. Aku mendengar kamu akan dijodohkan dengan laki-laki yang gak kamu sukai."
Dengar dari mana? Apa Mama udah pamer ke tetangga kalau aku bakal dilamar Mas Agus? Aku terdiam sejenak.
"Kamu tau dari mana?" tanyaku menyelidik. Walaupun dia tampan, aku harus tetap sok jual mahal dong!
"Em ... ada seseorang yang memberitahuku. Vanila, mungkin kita baru kenal. Dan kamu mungkin menganggapku asing. Tapi, percayalah niatku serius untuk melamarmu," ucapnya dengan lugas.
Aku terdiam lagi memikirkannya. "Tapi, kita kan gak saling kenal. Kamu siapa, aku aja gak tau."
Jangan bilang lagi kamu Shaka! Aku tinggal juga nih lama-lama. Batinku guys.
"Ya, aku tau itu. Kamu belum mengenalku. Tapi, aku mengenalmu. Aku mengagumimu!"
What?
"Mengagumi?" Aku mengernyit tak percaya. Apa dia selama ini mengintaiku, ya?
Waduh ... kok aku jadi takut gini!
"Vanila, aku tau kamu wanita baik-baik. Umurmu dua puluh empat tahun, kamu sering membantu orangtuamu mengelola mini market ini. Kamu suka mie ayam, suka warna ungu dan benci hewan berbulu, kan?"
Loh, dari mana dia tau? Aku mengerutukan dahi dan menjauhkan kepala menatapnya.
"Nama Papamu Indrajaya, nama Mamamu Sinta, kamu anak tunggal dan ...."
"Stop!" Aku berusaha menghentikan tebakannya. Kenapa benar semua?
"Jadi, gimana?" tanyanya lagi.
Aku mengigiti bibir bawah dan mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari. Kalau bilang mau nanti dibilang murahan sama netizen, kalau bilang gak mau, berarti aku harus nikah sama Mas Agus dong!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
WHHAAAATTT...Gak kenal gak pernah ketemu,Sekali ketemu langsung ngelamar aja,Yg benar?? Jangan2 ada udang di balik bakwan...😁
2024-03-03
0
Susi Andriani
penggemar rahasia tuh
2023-08-15
0
Putri Minwa
🤭🤭🤭
2023-03-06
0