Sementara itu, Dira menunggu di sebelah mobilnya Juragan Rohman. Akhirnya, Juragan Rohman keluar juga supermarket itu. Betapa kagetnya beliau saat melihat Dira sudah ada di sebelah mobilnya.
"Mmm... assalamu'alaikum, Juragan! Saya Dira Shifa. Saya yang mau tinggal di kontrakan Juragan," kata Dira sopan memperkenalkan dirinya.
Juragan Rohman terdiam sejenak. Kemudian beliau teringat. Memang Dira sudah memesan sewaktu ia masih di Bandung.
"Oh...iya, Dira yang itu. Ayo, silahkan bareng saya ke sana!" kata Juragan Rohman sambil meminta Dira memasuki mobilnya.
Dira pun masuk ke jok belakang mobil. Sementara Juragan Rohman duduk di sebelah supirnya, yang ternyata bernama Pak Edi. Dan perjalanan pulang pun dimulai. Hingga akhirnya sampailah di rumahnya Juragan Rohman.
Rumahnya benar-benar seperti istana Majapahit. Dan ternyata, beliau punya masjid sendiri. Masjidnya terletak di sebelah kanan rumahnya. Jadi kalau anak-anak Kamar Adam mau sholat di masjid atau sholat Jum'at, tinggal datangi saja masjid itu. Lagipula, itu juga masjid umum. Siapapun boleh datang.
Sebelum Dira menuju ke rumah kontrakannya, ia harus memberikan dulu uangnya pada Juragan Rohman. Dan setelah membayar, barulah ia mengambil kunci rumahnya. Rumah kontrakannya memang tidak bertingkat, tapi ini masih lumayan mendekati mewah.
Ketika Dira masuk dan mendapat kunci rumahnya dari Juragan Rohman, ternyata ada cowok yang melihatnya. Itulah Aril, yang pertama kali melihat Dira. Wajahnya langsung terpana, matanya pun berbinar-binar. Dan hatinya jadi kecewa saat Dira keluar rumahnya Juragan Rohman (rumah Kamar Adam).
"Gila, cantik banget tuh cewek!" serunya memuji dengan suara bisikan.
Ketika sedang asyik mengagumi sosok Dira walaupun gadis itu sudah pergi, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Aril dari belakang.
"Hayooo, lihatin siapa?!" katanya yang ternyata adalah Rio.
"Ish, Yo! Loe ngagetin aja! Untung gua nggak jantungan," balas Aril sambil mengatur nafas dan mengusap dadanya.
"Lagian, loe liatinnya serius banget. Lihat siapa, sih?"
"Kayaknya, itu cewek yang pernah Papi Rohman kasih tahu ke kita, kalau bakalan ada gadis yang nempatin kontrakannya."
Rio jadi sedikit kaget. Ia pun ikut menoleh ke pintu luar. Hanya ada Juragan Rohman yang tengah menghitung uang sekarang. Dan saat Juragan Rohman mau meninggalkan ruang tamu sambil membawa uang itu, Aril dan Rio segera bergegas kembali ke kamar mereka.
Aril sudah sangat senang melihat Dira, saat ia membayangkan sosoknya di ranjang susun kamarnya. Ia menempati kasur atas. Baginya, sungguh mempesona gadis berkacamata dan berjilbab segitiga itu.
"Pokoknya, cantik-keren, Yo! Gila abis!" seru Aril ke kasur bawah tempat Rio tidur sambil menjentikkan jarinya.
"Gue pengen lihat tuh cewek!" pinta Rio penuh harap.
"Kita lihat sore nanti, sebelum magrib."
...***...
Sorenya, Rio dan Aril mulai bersiap ke rumahnya Dira. Terlihat oleh Hendrik, yang sedang memainkan gitarnya di taman depan rumah, lebih tepatnya di ayunan lebar sebelah air mancur.
"Loe berdua mau kemana?" tanyanya setelah menghentikan memetik gitar biasanya.
"Mau lihat Dira, cewek baru yang ngontrakin rumahnya Papi Rohman. Loe mau ikut?" jawab Aril dengan sedikit menjerit lalu bertanya.
Hendrik tertawa kecil dan menjawab, "Loe berdua nakalin ceweknya belum hilang juga, ya! Tobat, Bung! Jadi, sorry ya!"
Rio tersenyum nakal dan membalas, "Sok alim loe, Hen! Terlalu lembek sih jadi cowok! Ya udah kalau nggak mau ikut."
Rio pun mengajak Aril untuk segera ke rumahnya Dira. Melihat kedua sahabatnya pergi itu, Hendrik hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya lalu lanjut memetik gitarnya.
Ketika sudah sampai di pagar rumah Dira, dua cowok itu berhenti berjalan. Wajah keduanya jadi merah padam. Malu yang luar biasa mulai menyelimuti hati keduanya. Tak tahu bagaimana cara berkenalan dengan Dira. Keduanya pun saling berdiskusi serius, seperti seorang mata-mata yang sedang mengawasi orang yang jadi tersangka.
"Gue malu nih, Ril!" Rio mengakui.
"Gue juga. Kita mesti ngomong apa sama Dira?" tanya Aril sambil menggigit bibir bawahnya.
"Mmm..."
"Jangan lama-lama bengongin mikirnya!"
"Iya, gue juga tahu, Ril!"
Keduanya hanya bisa melamun. Namun, Rio mematung karena sedang berpikir caranya untuk bisa mengobrol dengan Dira. Sementara Aril malah gemetar seperti ketakutan.
Sampai akhirnya Rio mendapatkan sebuah ide yang menurutnya brilian. Ia pun menepuk pundak kirinya Aril.
Namun baru saja akan berbisik untuk memberitahu idenya pada Aril, tiba-tiba Dira keluar dari rumah. Ia membuka pintu rumahnya sambil membuang keresek hitam kecil, yang ternyata berisi sampah. Ia hendak membuang sampah ke tempat sampah di sebelah rumahnya.
"Wah, ada tamu ternyata!" serunya senang saat menyadari kehadirannya Aril dan Rio di depan pagar rumahnya.
"Mmm..." Rio dan Aril bersamaan malu-malu. Wajah keduanya masih memerah padam.
Hingga akhirnya, Rio mendapatkan ide dan berbisik sejenak ke telinga kirinya Aril. Aril pun menyetujuinya dan berkata, "Permisi, Neng Dira! Udah mau adzan magrib, kita pulang dulu!"
Langsung saja dua cowok yang lebih tua 10 tahun dari Dira itu tancap gas pulang ke rumahnya Juragan Rohman.
Dira langsung mengerutkan keningnya, tak mengerti. Baginya, dua cowok yang baru ia temui itu sangat aneh. Namun, ia pun berlagak tak peduli dan kembali masuk ke rumahnya, setelah memasukkan keresek sampah itu pada tempatnya.
...✓✓✓...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments