Chapter 3

Seperti biasa, Mey harus pulang malam karena hari ini pelanggan lumayan ramai. Mey berjalan kaki menunju rumahnya. Karena hari ini ia tak punya uang untuk naik ojek. Teman-temannya banyak yang menawarkan tumpangan. Namun Mey menolaknya karena alasan jalan rumah mereka lain arah. Mey tidak mau merepotkan mereka. Lagian Mey juga sudah sering pulang malam dengan berjalan kaki. Jarak kafe dengan rumahnya juga tak terlalu jauh, dua puluh menit berjalan kaki langsung sampai.

Saat ini Mey melewati lorong sepi dan agak gelap karena tak ada penerangan. Bahkan tempat itu sangat jarang di lalui orang. Di sana hanya ada gudang bekas dan rumah kosong yang hampir runtuh. Sekitar lima menit lagi ia akan sampai rumah. Mey tak sabar untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hanya itu yang ada dalam bayangannya saat ini.

Mey tak menyadari jika dirinya tengah diikuti oleh beberapa preman. Lalu salah satu dari mereka membekap mulut Mey dan menariknya ke dalam gudang. Mey berusaha memberontak dan melepaskan bekapan orang asing itu. Namun tenaganya tak sekuat itu. Mey terus memberontak, berharap lelaki itu melepaskannya.

Mey yang merasa terancam pun segera menggigit tangan besar yang membekap mulutnya. Sontak pemilik tangan itu menjerit kesakitan dan Mey pun berhasil lepas. Gadis itu langsung berlari kencang untuk keluar dari gudang yang minim penerangan itu. Karena tak bisa melihat dengan jelas, kakinya tersandung sebuah balok dan terjatuh. Mey meringis kesakitan karena perih di bagian lutut dan pergelangan kakinya berdenyut hebat. Para preman itu sepertinya akan menangkapnya lagi. Ia bisa mendengar derap kaki mereka yang mulai mendekat.

Dengan gerak cepat, Mey mengambil ponsel jadulnya dan menekan salah satu nomor kontaknya. Mey menghubungi Tasya. Setelah nada sambung terdengar, Mey langsung bicara dan meminta bantuan. Setidaknya jika dirinya mati, ada seseorang yang tahu di mana posisinya.

"Sya, tolong gw. Beberapa preman nyulik gw di gudang bekas di lorong rumah. Lo pasti tahu tempatnya. Sya, gw minta maaf kalau punya banyak salah. Tolong temuin mayat gw kalau misalnya gw mati ya?"

Brak!

Mey terkejut karena salah satu preman merebut ponselnya dan membantingnya dengan keras. Tubuh Mey menggigil ketakutan.

"Lo pikir bisa minta bantuan huh? Mana Mey yang sok berani itu? Kenapa lo? Takut sekarang."

Mey melayangkan tatapan tajam pada lelaki bertubuh besar itu. Meski penerangan yang minim, Mey masih bisa mengenali orang itu. Orang itu tak lain adalah preman yang tadi siang datang ke rumahnya.

"Brengsek! Mau apa kalian?" Bentak Mey berusaha menghilangkan rasa takutnya. Ia juga sedikit mundur dan meringis karena rasa sakit di pergelangan kakinya.

"Bawa dia keruangan yang udah di siapkan. Bos udah nunggu dia di sana." Perintah preman itu pada anak buahnya.

"Oh, jadi kakek peyot itu yang nyuruh kalian nyulik gw? Pengecut lo semua, beraninya main keroyokan. Gak malu apa ama tongkat bisbol di balik celana kalian itu huh?" Semprot Mey berusaha mengulur waktu. Ia sangat yakin Tasya akan mengirim bantuan untuknya. Ia tahu keluarga Tasya memilik banyak anak buah.

Para preman itu malah tertawa mendengar perkataan Mey. "Lo bakal tahu setelah merasakan betapa kuatnya tongkat bisbol kami. Cepat bawa dia."

Dua orang lelaki bertubuh jangkung itu menarik Mey ke sebuah ruangan gelap. Mey sama sekali tak berontak kali ini.

Sedangkan di rumah mewah, Tasya terlihat cemas dan terus mondar-mandir di depan pintu kamar. Setelah mendapat panggilan dari Mey tadi, ia langsung menghubungi David yang masih lembur di kantor dan meminta bantuannya. Kebetulan kantor David tak terlalu jauh dari rumah Mey.

"Ya Allah, tolong lindungi sahabat hamba." Tasya terus melafalkan doa untuk keselamatan sahabatnya.

Kembali ke gudang bekas, Mey di lempar asal di atas sebuah meja besar. Penciuamannya langsung menajam saat menangkap aroma rokok yang menyengat. Matanya juga menangkap bayangan hitam berjalan pelan ke arahnya. Mey beringsut mundur. Berusaha menjauhi orang itu.

"Brengsek kau kakek peyot! Beraninya satu lawan sepuluh. Udah tahu gak punya lagi tenaga, masih aja kegatelan sama perempuan." Cerca Mey berusaha untuk memancing emosi orang itu. Ia sangat mengenal bau lelaki tua itu. Bau rokok yang begitu menyengat. Gak heran kalau gigi lelaki itu hampir menghitam semua.

Mey tersentak kala mendengar suara gelak tawa lelaki tua itu. "Kamu memang calon istriku yang pengertian, bisa memahmi suamimu ini. Karena itu jangan terlalu banyak bergerak saat kamu berada di bawahku. Diam dan nikmati saja permainan panasku."

Mey yang mendengar itu tertawa kencang. Membuat para preman di luar sana merasa heran.

"Sepertinya Bos berhasil menyenangkan wanita itu. Jadi pengen icip." Bisik salah satu preman itu.

"Sabar aja, tar kalau si Bos bosan kita juga bakal dapat jatah. Buktinya kita udah pernah icip semua istri dia." Beberapa preman itu tertawa kecil. Mereka benar-benar tak sabar untuk mendapat jatah itu. Meski Mey memiliki tubuh yang kecil. Namun gadis itu memiliku lekuk tubuh yang indah.

"Aduh... sakit perut gw. Hey kakek tua, emangnya lo masih bisa panasin ranjang? Berdiri aja lo susah. Gw gak yakin lo bisa naklukin gw." Ledek Mey kembali tertawa.

"Kamu pikir aku terpancing dengan ledekan kamu huh? Kamu akan tahu saat tongkat bisbol milikku masuk sepenuhnya dalam sarangmu."

Mey melotot mendengar perkataan frontal lelaki mesum itu. "Jadi penasraan. Ayolah, Kek. Gak asik kalau kita gelap-gelapan. Kayaknya kalau terang lebih seru mainnya." Tawar Mey dengan ribuan rencana licik di kepalanya.

"Bener juga, mana enak kalau kita ***-*** tanpa saling pandang." Mey tersenyum senang mendengar itu. Dengan cahaya terang, ia bisa bebas bertindak.

"Dul... hidupin lampunya." Teriak Kakek tua itu dan lampu pun menyala.

Mey menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya. Lalu matanya terbuka lebar saat melihat lelaki tua itu hanya mengenakan kain sarung.

Dasar kakek tua gila! Gw harus segera keluar dari sini. Gw gak rela kalau kesucian gw dia renggut. Please... siapa pun tolong gw. Kaki gw sakit banget. Ringis Mey dalam hati.

Lelaki tua itu pun perlahan menghampiri Mey dengan tatapan nakal. Tatapan itu seakan menelanjangi lawannya. Mey menelan air ludahnya dan mulai ketakutan. Ia akui otot kakek tua itu masih terlihat kekar dan bisa dengan mudah mengoyak kulitnya. Karena sebenarnya lelaki itu tidak terlalu tua. Hanya saja Mey memanggilnya Kakek peyot karena sangking bencinya pada lelaki mesum itu.

"Kenapa? Mulai takut huh?" Lelaki itu menyeringai dan terus mendekati Mey. Mey yang merasa waswas pun semakin mundur. Namun dengan gerak cepat lelaki itu menarik kaki Mey dan menghapus jarak di antara mereka.

"Brengsek! Jangan sentuh gw, najis gw." Teriak Mey sambil menendang lelaki tua itu. Namun lagi-lagi pergerakannya dengan mudah di tahan. Kini kedua kaki Mey berada dalam cengkraman lelaki itu.

"Tolong!" Teriak Mey mulai frustasi. Bahkan tak terlihat bala bantuan dari Tasya setelah sekian lama.

Entah bagaimana lekaki itu sudah berada di atas Mey dan mengunci kedua tangannya. Mey berteriak kesakitan karena lelaki itu menghimpit kakinya yang terkilir. Bahkan cengkraman tangan lelaki itu begitu kuat dan menimbulkan rasa sakit.

"Lepasin gw, gak sudi gw di sentuh sama lo!" Bentak Mey yang berhasil menyulut emosi lelaki itu. Dan Mey pun mendapat sebuah tamparan keras dipipinya. Darah segar pun keluar dari sudut bibirnya. Mey merasa tubuhnya sangat lemas akibat tamparan itu.

Lelaki itu menyeringai dan hendak mencumbu Mey. Namun hal itu tak sempat terjadi karena tubuhnya lebih dulu tersungkur. Seseorang menendangnya dengan sangat kuat.

Dengan pandangan kabur, Mey bisa melihat bayangan laki-laki bertubuh besar dengan sorot mata yang tajam.

"Brengsek! Berani sekali kau menyentuh gadis kesayangan putriku." Suara bariton itu berhasil membuat perasaan Mey tenang. Mey tahu siapa orang itu. Siapa lagi kalau bukan Om duda tampan. Ya, David lah yang menendang lelaki mesum itu.

David menghajari lelaki itu tanpa ampun. Sampai lelaki itu lemah tak berdaya di lantai. Lalu David pun menghampiri Mey yang masih terbaring di atas meja.

"Kamu tidak apa-apa? Saya sempat salah jalan, jadi datang terlambat."

Mey tersenyum simpul. Kenapa ia merasa saat ini dirinya tengah di selamatkan oleh kekasihnya? Bahkan David menjelaskan alasannya terlambat.

"Terima kasih," ucap Mey pelan.

"Kamu bisa bangun?" Tanya David membantu Mey bangun dari posisinya. Mey meringis saat David tak sengaja menyentuh tangannya yang terkena kopi panas.

"Sorry," ucap David menjauhkan tangannya dari Mey. Lalu merangkul gadis itu untuk membantunya berdiri. Namun lagi-lagi Mey meringis kesakitan karena kakinya yang terkilir. Ia juga terduduk kembali di atas meja.

David berdecak kesal dan tanpa banyak berpikir lagi ia langsung menggendong Mey. Tentu saja Mey kaget dan langsung mencengkram kemeja David. Mey mengangkat wajahnya untuk melihat wajah lelaki itu. Jantung Mey berdetak kencang saat melihat wajah tampan itu dari jarak dekat. Lalu mata coklat Mey bertemu langsung dengan netra biru gelap milik David. Namun lelaki itu langsung memalingkan wajahnya dari Mey.

"Bereskan mereka semua, bawa mereka ke kantor polisi." Perintah David pada anak buahnya.

"Baik, Sir."

David membawa Mey keluar dari gudang itu dengan memasang wajah datar. Sedangkan Mey tanpa malu terus menatap wajah tampan itu sampai puas. Bahkan dengan berani Mey membenamkan wajahnya di dada bidang David.

"Mey... ya Tuhan." Pekik Tasya yang baru saja keluar dari mobil. Ia sangat terkejut saat melihat penampilan Mey yang cukup berantakan. David yang melihat itu memberikan tatapan tajam pada putrinya.

"Siapa yang mengizinkanmu keluar malam-malam seperti ini, Sasa?"

"Sorry, Dad. Sasa cuma khawatir dengan Mey."

"Sudahlah, kita harus bawa teman kamu ke rumah sakit." Ujar David berjalan cepat menuju mobilnya.

Tasya tersenyum penuh arti saat melihat kedekatan dua orang itu. Kemudian ia pun masuk kembali dalam mobilnya. "Ikutin mobil Daddy, Pak."

"Baik, Non."

Terpopuler

Comments

Nora Yulanda

Nora Yulanda

eakkk 😂

2021-12-07

1

Wulandari

Wulandari

upuo

2021-11-03

0

Wulandari

Wulandari

up

2021-11-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!