Sepanjang perjalanan pulang, Tasya terus termenung. Ia masih memikirkan kondisi sahabatnya. David yang melihat itu mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi mulus Tasya.
"Mereka akan baik-baik aja, jangan khawatir." Ucap David mencoba menenangkan hati putrinya yang tengah gundah.
"Sasa sayang banget sama Mey, Dad. Cuma Mey yang tulus berteman sama Sasa. Tanpa embel-embel status keluarga kita."
"Daddy tahu."
"Sasa takut orang-orang itu menyakiti Mey lagi. Dia keliatannya aja berani, padahal hatinya takut. Sasa tahu itu, Dad."
David terdiam dan tak berniat menanggapi.
"Ini semua karena Ibu tirinya Mey. Wanita itu selalu menimbulkan kesulitan dalam hidup Mey. Dan sekarang Mey jadi jamiman buat hutangnya. Sasa gak mau Mey menjadi istri tua bangka itu, Dad. Sasa tahu betul seperti apa lelaki tua itu. Istrinya sudah tiga dan usianya sudah tidak muda lagi." Tasya kembali menangis sesegukan.
"Itu tidak akan terjadi," ucap David mengusap kepala putrinya. Tasya yang mendengar itu langsung menatap David lekat.
"Dad, boleh Sasa minta sesuatu? Selama ini Sasa tidak pernah meminta apa pun dari Daddy. Kali ini, boleh kan Daddy kabulin keinginan Sasa?"
David mengernyit bingung. "Memangnya permintaan apa huh?"
Tasya terdiam sejenak. "Menikahlah dengan Mey."
"What?" Seru David terkejut dengan permintaan tak masuk akal putrinya. Hampir saja David membanting setir karena keterkejutannya. Beruntung ia bisa mengontrol rasa kagetnya itu.
"Jangan gila, Sasa. Daddy tidak mungkin menikahi gadis ingusan itu."
"Dad, Mey bukan lagi gadis ingusan. Lagian Sasa lihat Mey juga tertarik sama Daddy."
"Cukup Sasa. Di luar sana banyak wanita yang tertarik dengan Daddy, apa Daddy juga harus menikahi mereka?"
"Nope, Dad. Sasa cuma mau Mey yang menjadi Mommy baru di rumah kita. Bukan orang lain. Apa Daddy menolak karena Daddy ingin menikahi wanita matre itu?"
David berdecak kesal mendengar perkataan putrinya. "Namanya Nindy, bukan wanita matre, Sasa."
"Sasa tidak mau tahu, hanya Mey yang bisa masuk dalam keluarga kita. Sasa juga akan membahas ini dengan Oma dan Opa, Sasa yakin mereka setuju. Tidak ada yang menerima wanita metre itu di rumah kita." Tegas Tasya memalingkan wajahnya ke luar jendela.
David yang mendengar itu mengeratkan rahangnya. Ia juga tak mampu membatah perkataan putrinya. Juga tak mungkin menikahi gadis dekil dan bar bar itu. David sendiri bingung, sudah lama ia dekat dengan wanita bernama Nindy itu. Namun wanita itu belum juga berhasil mengambil hati putri dan keluarganya.
Ya Tuhan, aku tak pernah membayangkan punya istri dekil dan urak-urakan seperti itu. Sangat jauh dari seleraku.
***
Setelah mengurus Bapaknya. Mey meminta izin untuk berangkat kerja. Karena jam kerjanya hampir tiba. Sebenarnya Mey tak tega meninggalkan Bapaknya sendirian, tetapi ia juga butuh uang untuk membeli obat dan keperluan rumah.
Saat Mey hendak keluar dari rumah. Ia sedikit terkejut karena melihat Ibu tirinya yang pulang dengan beberapa paper bag dengan logo brand yang cukup tekenal. Bahkan penampilan wanita itu terlihat seperti wanita kaya raya. Mey sama sekali tak terkejut lagi dengan penampilan Ibu tirinya itu, karena sudah terbiasa melihatnya.
"Kalau jadi orang gak mampu itu gak perlu berlagak tinggi. Ujung-ujungnya bakal malu sendiri. Oh iya, untuk hutang baru itu bayar aja sendiri. Jangan harap aku mau jadi bahan jaminan. Kenapa gak sekalian aja kamu jadi istri keempat kakek peyot itu? Kan enak bisa hidup mewah." Ledek Mey yang langsung bergegas pergi.
Melda, Ibu tirinya itu merasa kesal mendengar perkataan Mey. Meski ia sudah sering mendengar ucapan pedas Mey, tapi tetap saja sangat kesal saat gadis itu mencerca dirinya.
"Huh, kita liat aja. Setelah aku berhasil menikahkanmu dengan tua bangka itu. Apa mulut manisnya itu masih bisa bersuara?" Melda menyeringai. Membayangkan betapa menderitanya Mey saat menjalani kehidupan sebagai istri keempat lintah darat itu. Sedangkan dirinya akan memanfaatkan posisinya sebagai ibu mertua dari tua bangka itu.
Sejak awal Melda menikahi Bapak Mey hanya karena itu. Ia ingin hidup enak dengan mengorbankan anak tirinya. Menurutnya kehidupan enak itu harus rela mengorbankan sesuatu. Mey lah salah satu korbannya kali ini.
Mey memasuki sebuah kafe tempatnya bekerja dengan wajah kusut. Sehingga membuat teman-temannya merasa heran. Biasanya juga Mey akan membuat keributan saat dirinya datang. Namun kali ini ia tampak senyap.
Pemilik kafe pun merasa heran melihat keterdiaman Mey. Ia menghampiri gadis itu. "Mey, tumben loyo gitu? Ada masalah?"
Mey menatap Ibu bosnya dengan tatapan sendu. "Biasa, Buk. Nenek lampir buat ulah lagi. Saya ganti baju dulu ya buk, permisi."
Mey pun bergegas menuju ruang ganti untuk berganti seragam. Neny sang pemilik kafe hanya bisa menghela napas berat. Ia tahu betul kehidupan Mey seperti apa. Karena hubungan mereka lumayan dekat. Mey bukan tipe orang yang tertutup. Karena itu Neny menyukai pekerja seperti Mey. Selain rajin, ia juga sering menghibur para karyawan dan beberapa tamu langganan. Tak heran lagi jika nama Mey populer di kafe ini.
Saat ini Mey sudah rapi dengan seragam merah hitamnya. Gadis itu keluar dari ruang ganti, lalu berjalan pasti menuju meja barista. Untuk mengantar pesana para pengunjung.
"Mey, antar ini ke meja delapan ya?" Perintah sang barista berwajah tampan.
"Sip." Tanpa banyak basa-basi, Mey langsung mengantar kopi itu ke meja delapan.
"Selamat menikmati," ucap Mey meletakkan cangkir berisi kopi itu di atas meja. Sepasang kekasih yang duduk di sana pun tersenyum dan berterima kasih. Lalu Mey pun kembali ke meja barista untuk mengantar pesanan yang lain.
Saat Mey hendak melangkah menuju meja lainnya, seorang wanita cantik bangun dari posisinya dan tak sengaja menyenggol lengan Mey. Sontak nampan yang Mey pegang pun terdorong dan kopi panas itu mengenai tangannya.
"Awh...." ringis Mey secara refleks meletakkan nampan itu di atas meja. Lalu mengusap lengannya yang mulai memerah.
"Ya ampun, Mbak. Kalau jalan itu hati-hati, untung tangan situ yang kena. Kalau saya yang kena gimana?" Omel sang pelanggan yang menyenggol Mey tadi.
"Mohoh maaf atas ketidak nyamanannya, Mbak." Ucap Mey tersenyum kecut. Beruntung ini kafe, jika kejadiannya di luar. Mungkin Mey sudah mencaci orang tak tahu malu ini. Mey masih tahu posisinya saat ini dan tak mungkin membuat keributan yang akan merugikan kafe.
Mey langsung meninggalkan tempat itu dan kembali ke meja barista. Sang barista tampan itu terkejut saat melihat tangan Mey yang sudah memerah. Tentu saja ia melihat kejadian tadi. Karena posisi meja berista berada di tengah dan bisa melihat kesemua penjuru.
"Mey, tangan lo harus diobatin. Tar bisa melepuh." Kata sang barista tampan bernama Alex.
"Iya, gw obatin bentar ya. Tar kalau Buk Neny tanya, bilang aja gw ke belakang."
"Ok sip."
Mey pun beranjak menuju ruangan belakang. Lalu mencari kotak p3k untuk mengobati lengannya yang kini terasa sangat perih dan panas. Setelah mendapat benda itu, Mey duduk di sofa kecil dan mulai mengolesi lukanya dengan salep. Sampai tak menyadari Buk Neny masuk ke ruangan itu dan menghampirinya.
"Kenapa bisa seperti ini sih, Mey?"
Mey tersentak kaget saat Bun Neny duduk di bibir sofa. Kemudian menarik lengannya yang terluka.
"Eh, Ibu. Itu tadi saya ceroboh dan gak sengaja nyenggol pelanggan. Maaf ya gara-gara saya Ibu jadi rugi hari ini." Jelas Mey merasa bersalah.
"Ck, kamu ini. Tangan kamu luka kayak gini masih aja mikirin untung rugi. Gak usah mikirin kerugian, lagian satu gelas kopi gak bakal buat saya bangkrut. Lihat, sampe merah gini." Omel Buk Neny sambil meneliti tangan Mey yang terkena kopi panas. Lalu meniup lembut kulit Mey yang memerah.
Mey tersenyum bahagia, perhatian Buk Neny membuat Mey marsakan perhatian Ibu kandungnga lagi. Sepuluh tahun Mey tak lagi merasakan kasih sayang seorang Ibu. Kehidupannya yang keras membuat Mey harus menjadi gadis mandiri dan berani.
"Terima kasih, Buk. Saya merasa punya Ibu lagi." Ucap Mey yang tanpa sadar meneteskan air matanya.
Buk Neny yang melihat itu langsung menarik Mey dalam dekapannya. "Ibu senang ada kamu di sini, Mey. Kamu sudah Ibu anggap seperti anak sendiri."
Tangisan Mey pun pecah seketika. Saat ini ia butuh sandaran seorang Ibu. Benar kata Tasya, Mey tampak tegar diluarnya saja. Tapi hatinya sangat rapuh. Sedikit saja ternggol akan merobohkan segalanya. Buk Neny tak keberatan Mey menumpahkan segala unek-unek dalam hatinya. Ia siap menampung itu semua. Entahlah, sejak Mey berkerja di kafenya. Mey benar-benar mencuri hatinya. Tak heran jika karyawan lain merasa cemburu pada Mey karena perhatian lebih dari Buk Neny. Pada dasarnya Buk Neny sangat menyayangi anak-anak yatim maupun piatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
re
Dasar ibu tiri jahat
2022-09-21
1
Wulandari
up bnyak
2021-11-03
0
Wulandari
lanjut upbanyak
2021-11-03
0