Lihat Aku, Buka Hatimu
Siang itu di sebuah mansion mewah, sebuah keluarga sedang berada di ruang tamu tengah berbincang membicarakan suatu yang sepertinya cukup penting.
"Vir, Ayah tidak mau tahu. Kau harus menerima perjodohan ini!" ucap seorang pria paruh baya penuh penekanan, Ia adalah Hans Shawan ayah dari Virendra.
Mendengar ucapan sang Ayah, sontak Vir menatap tak suka, telinganya selalu saja panas saat mendengar pembahasan ini. Seketika atmosfer di ruangan itu berubah drastis, udara dingin yang keluar dari mesin penyejuk yang menempel di dinding seolah tak mampu meredam hawa panas menggebu yang ditimbulkan oleh pembahasan yang menguras emosi.
"Yah, Ayah tidak bisa seperti ini! Aku sudah punya calon sendiri! Aku tidak akan menikah dengan siapa pun selain Fia!"
Vir tak habis pikir, bagaimana mungkin orang tuanya masih tega melakukan ini. Sedangkan mereka tahu bahwa dia dan Fia sudah lama menjalin hubungan dan berencana menikah setelah Fia melakukan pengobatan. Walaupun Vir tahu, dari awal orang tuanya selalu menentang hubungannya dengan Fia.
Fia sendiri saat ini sedang menjalankan kemoterapi di luar negeri, ia didiagnosa terkena kanker getah bening. Beruntung akar kanker itu sudah terdeteksi sejak dini, sehingga peluang untuk kemungkinan sembuhannya Sangatlah besar.
"Sampai kapan pun Ayah tidak akan merestui hubungan kalian dan membiarkan kau menikah dengan wanita itu, jangan harap Ayah akan mengakui mu sebagai anak jika kau tak mau menikah dengan Aileen!"
Entah apa yang membuat Orang tua Vir begitu menentang keras hubungan itu, Selain karena keterpautan usia Fia yang tak seberapa, Virendra yakin pasti ada alasan lain yang membuat orang tuanya menolak Fia.
Namun ia tetap bersikekeh dan melanjutkan hubungan mereka meski tanpa restu orang tuanya sekali pun.
Virendra tersenyum kecut.
"Oh, atau mungkin keluarga mereka mengancam keluarga kita, sehingga kalian bersi keras ingin aku menerima perjodohan ini?” tanyanya dengan tatapan memicing.
“Kenapa bukan Kak Vino saja yang dijodohkan? Dia anak kebanggaan kalian, kan?" ketusnya lagi.
Ia menatap penuh selidik,
Virendra mengatakan hal ini bukan tanpa alasan, ia tahu keluarga Utama terkenal akan kekuasaannya. Ia juga tahu jika perusahaan keluarga Utama lah yang membantu perusahaan papanya yang hampir gulung tikar
"Arshaka Virendra, jaga bicaramu!" Suara bariton Hans menggema di ruangan itu.
"Mereka tidak pernah melakukan apa pun."
“Perjodohan ini terjadi karena memang opa kalian lah yang meminta, kalian sudah dijodohkan sejak kecil dan yang dijodohkan kau, bukan Kakakmu!" ketus Hans yang mulai tersulut emosi menghadapi Vir yang sangat keras kepala, sangat berbeda dengan Vino yang sangat penurut.
Itulah sebabnya Orang tuanya lebih menyayangi Vino dibanding Vir. Tanpa mereka sadari, sikap pilih kasih itu membuat Virendra menjadi sosok yang arogan dan pembangkang sebagai aksi protesnya pada sikap orang tuanya.
Bahkan saking keras kepalanya ia tak mau jadi penerus perusahaan sang Ayah. Virendra lebih memilih membangun usahanya sendiri dari nol, ia tidak merasa bangga jika harus sukses dari bantuan orang tuanya, itu sebabnya dia lebih memilih berdiri di atas kakinya sendiri dan memulai semuanya dari awal. Namun terbukti, hasil kerja kerasnya sudah membuahi hasil, di usianya yang masih muda ia sudah berhasil membangun sebuah hotel dan sudah berjalan hampir 5 tahun, hotel itu sangat berkembang pesat.
Melinda yang melihat suaminya mulai memegangi dada langsung berusaha menenangkan pria paruh baya itu dengan mengusap lembut punggungnya
"Bicaralah yang sopan pada Ayah, Vir! Kau ini keras kepala sekali." Melinda lalu membawa Ayah Hans kembali duduk di sofa.
Vir yang masih duduk tak bergeming, ia menatap sekilas ke arah orang tuanya.
"Aku memang selalu di anak tirikan, kalian selalu lebih menghargai Vino dibandingkan aku." Virendra membanting bantal sofa dengan tatapan sinis dan langsung beranjak pergi dari sana.
Hans yang melihat kelakuan Vir semakin dibuat sesak, nafasnya mulai tak teratur, ia memegangi dadanya yang terasa sakit.
"Aa-ahk ... A-anak itu, di-dia sudah keterlaluan... Huuh!" Dada Hans kembang kempis menahan sakit.
"Ayah kenapa? Jantung Ayah kumat lagi ya?" kata Melinda yang mulai panik melihat keadaan suaminya. Tubuhnya lunglai, merosot terbaring tak sadarkan diri di sofa.
Melinda yang semakin panik langsung berteriak histeris meneriaki pelayan agar menelpon ambulance.
Tidak butuh waktu lama ambulance pun datang, para perawat itu mengeluarkan branker dan langsung membopong tubuh lemah Hans ke atasnya.
Suara sirine ambulance berbunyi sepanjang jalan.
Selang beberapa menit mereka tiba di rumah sakit. Branker itu lalu di dorong menuju ruang IGD. Namun beberapa menit menunggu tak ada satupun Dokter yang datang menangani Hans membuat Melinda semakin panik
"Suster ini dokternya mana?"
"Maaf bu. Tunggu sebentar lagi, beberapa dokter spesialis jantung sedang mengadakan rapat sedangkan yang lainnya sedang menjalankan operasi bedah."
Mendengar ucapan suster membuat Melinda semakin gusar, takut Hans terlambat ditangani dan akan terjadi sesuatu pada suaminya.
Kebetulan Seorang dokter wanita yang memakai masker lewat di depan ruangan itu.
"Dok, dokter tolong tangani suami saya, sedari tadi belum ada dokter yang datang menangani, saya takut dia kenapa-kenapa, hikss." Melinda terisak sambil memohon pada dokter itu.
Baru suster yang berada di samping dokter itu ingin mengatakan sesuatu, dokter yang menggunakan masker itu mengisyaratkannya untuk diam.
Dokter itu pun langsung masuk ke ruang IGD untuk memeriksa pasien.
Melinda bernafas lega, ia hendak ikut masuk, tapi dicegah oleh suster.
"Maaf bu, ibu silahkan tunggu di luar selagi dokter melakukan pemeriksaan."
Melinda pun langsung duduk di kursi tunggu, ia tak henti-hentinya menangis memikirkan keadaan Hans, sungguh ia takut jika terjadi sesuatu pada suaminya.
Pelayan yang ikut mengantar ke rumah sakit merasa iba melihat keadaan majikannya, ia berusaha untuk menenangkan.
"Nyonya yang tenang ya, saya yakin pasti Tuan akan baik baik saja!" Katanya seraya mengelus bahu Melinda.
.
.
Sementara itu, di sebuah cafe terlihat dua pria tengah asyik mengobrol. Dia adalah Virendra dan Dito yang merupakan asisten sekaligus sahabatnya.
"Wajahmu terlihat murung, ada masalah apa?" tanya Dito dengan kening mengkerut.
Virendra menghembuskan nafas kasar. Ia meraih minuman di depannya.
"Kau tahukan keluargaku ingin menjodohkan aku dengan Aileen, anak keluarga Utama."
"Lalu apa masalahnya, dia seorang dokter, cantik dan kaya raya. Aku bahkan tidak akan menolak jika dijodohkan dengannya, Paket komplit!" Dito tersenyum mengingat Wajah cantik Aileen, walaupun ia hanya beberapa kali bertemu saat di rumah sakit, namun menurutnya Aileen cukup baik, meskipun wajahnya terlihat judes.
"Cih menjijikkan! kau dan Ayah ku sama saja.. Kalian kan tahu aku sudah ada Fia!" Vir tak suka Dito memuji Aileen didepannya. Entah mengapa ia begitu membenci wanita itu, padahal ia sama sekali belum mengenalnya, ia hanya tahu namanya tidak dengan kehidupannya.
"Kau masih mengharapkan Fia? Kau kan tahu dia sakit parah, belum lagi orang tuamu tidak merestui hubungan kalian"
"Damn it, Kau ini kenapa Dit? Kenapa kau malah menjelekkan Fia, sebenarnya sahabatmu aku atau ayah?” tanya Vir seraya menggebrak meja dan langsung pergi begitu saja. Entah mengapa hari ini Ia begitu sensitif.
Sementara Dito hanya menggeleng melihat tingkah laku Virendra yang sangat keras kepala.
"Semoga pintu hati mu segera terbuka Vir, Aku juga tidak rela bila kau masih bersama Fia. Aku lebih mendukungmu dengan dokter itun" lirih Dito yang terus memandang kepergian Vir sampai pria itu menghilang tak terlihat di balik pintu.
.
.
Di rumah sakit, Melinda yang masih menunggu dokter keluar, harap harap cemas dengan keadaan di dalam, ia sudah mencoba menghubungi Virendra untuk memberi tahu bahwa Ayahnya sakit, namun pria itu tak menjawab panggilan telepon darinya.
Tak dapat jawaban, Melinda pun langsung mengirimkan Putranya itu pesan, berharap agar dia segera datang.
Dokter pun keluar dari dalam ruangan.
"Dok bagaimana keadaan suami saya?" tanya Melinda penasaran
Dokter itu lalu membuka maskernya, dan menampakkan wajah cantiknya, ya dokter itu memang seorang Wanita.
"Eil, kau yang menangani suami tante?" kata melinda saat melihat wajah dokter yang ternyata adalah Aileen.
Ya, dia adalah Aileen Xavierra Utama, wanita yang akan dijodohkan dengan Virendra putranya.
Aileen tersenyum ramah.
"Kondisi Om Hans sudah lumayan membaik, kita hanya perlu menunggu dokter spesialis jantung untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut." Sambung Aileen menjelaskan.
"Terima kasih Eil, jika kau tidak ada tante tidak tahu lagi apa yang terjadi. Tante takut sekali Eil, tante takut om kenapa-kenapa!" Melinda Benar-benar khawatir.
"Tante yang tenang ya, lagipula kondisi om sudah lumayan membaik." Aileen mengusap lembut bahu Melinda untuk sekedar memberikan semangat. "Kalau begitu aku tinggal dulu yan tante, masih ada urusan yang harus aku selesaikan." Aileen pun segera pergi.
Hari ini ia memang akan mengadakan kunjungan ke beberapa tempat terpencil, namun karena melihat ada pasien yang membutuhkan penanganan ia mengundur waktunya, apalagi pasiennya adalah orang yang ia kenal, tanpa berpikir panjang ia pun menunda jadwalnya dan langsung segera membantu.
Saat berjalan di koridor Aileen berpapasan dengan Virendra yang baru saja tiba. Namun, Virendra malah membuang muka. Aileen hanya tersenyum kecut dan terus berlalu
"Bu, bagaimana keadaan Ayah?"
"Ayah sudah ditangani, Aileen lah yang menanganinya," ucap Ibu tanpa menoleh "Ini semua karena kau Vir, Ayah mu jadi sakit karena tingkah mu yang sudah keterlaluan! Ibu benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuanmu, kami bahkan tidak pernah mendidik mu untuk jadi anak yang pembangkang!"
Melinda Sangat geram mengingat tingkah laku putranya itu.
Mendengar itu Vir hanya diam, dia tersenyum dan menunduk, ia tahu kali ini ia benar-benar salah.
"Lihat Aileen, dia bukan siapa-siapa malah perduli dengan Ayah dan mau menanganinya" Kata Ibu, ia tahu tadi dari gelagatnya Aileen ada urusan mendesak
"Lho, itukan sudah kewajiban dia sebagai seorang dokter." Vir tak terima karena Ibunya membanggakan Aileen.
"Ibu tahu ini memang kewajibannya, Tapi kamu tidak tahukan hari ini semua dokter spesialis jantung sedang mengadakan rapat dan sisanya sedang melakukan operasi bedah pada pasiennya.. beruntung Aileen lewat dan langsung mau menangani Ayah, padahal dia sendiri sedang ada urusan mendesak!" Jelas Ibu panjang lebar. Ia sengaja agar hati Vir sedikit terbuka.
Ia sendiri tidak habis pikir, kenapa putranya itu menolak perjodohan dengan wanita seperti Aileen sudah cantik, baik, mandiri dan pekerja keras, bisa dibilang dia adalah paket komplit.
Vir pun hanya menghela nafas panjang mendengar ocehan mamanya. Ia lebih memilih bungkam daripada menjawab yang ujung-ujungnya dialah yang akan terpojok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Vinoya Chan
aku mampir kak, semangat ya 💪🙏
2022-12-11
0
hanakirey
hy kk maaf baru hadir ini,, aku baru aktif lagi di MT .. keren ceritanya ka.. 😍
2022-08-21
0
Giantara
fiks ini mah nama ponakan saya thor, bedanya di belakang nmanya ada nama bapaknya
2022-06-21
1