Pertemuan awal

"Iya, sayang. Maaf ya udah buat kamu khawatir," sambarnya melirik sekilas kearah mami. Setelah itu menatap kearah ku.

"Oh," jawabku singkat.

"Ya udah aku pamit dulu ya Mi. Sayang aku pulang dulu ya? Kamu istirahat yang cukup, bobok yang manis. Jangan lupa mimpiin aku," ujarnya seketika membuat hatiku menghangat. Kecurigaan yang sempat menyelinap di hati. Mencair, kala kalimat itu terucap dari bibir manisnya.

"Iya, kamu juga ya Mas. Makasih, udah anter Mami pergi ke rumah temannya," balasku tersenyum lebar padanya.

Pria itu mulai melangkahkan kakinya keluar rumah. Saat melintas didepan ku. Aku melihat nada noda putih di celananya. Tepat di bagian intim pria tersebut. Dan baunya yang menyengat, membuat aku ingin muntah. Membuat aku bertanya noda apakah itu?

"Ya udah Ra. Mami ke kamar dulu ya. Capek seharian kerja," ucap Mami mulai menarik diri dari kursi.

"Iya Mi," jawabku menyusul berdiri. Hingga kami jalan beriringan. Disaat itu juga aku melihat ada tanda merah di leher mami. Tanda seperti bekas kismark yang di buat oleh orang yang profesional.

"Mi, itu kenapa lehernya merah-merah kek gitu?"

Pertanyaanku membuat mami gugup dan kesulitan menjawabnya.

Wanita yang memakai dres berwarna hitam itu menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arahku, setelah itu memegangi lehernya. Kemudian berkata, "Ini tadi di gigit nyamuk. Mobil mami nyemplung di got. Jadi, banyak nyamuk-nyamuk nakal, hehehe."

Aku berusaha berpikiran positif, dan percaya apa yang di katakan mami. Meski sedikit rasa curiga memupuk dalam benak.

**********

Keesokan harinya, saat matahari sudah mulai menunjukkan pesonanya. Aku bergegas pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan di rumah maupun di cafe. Kalau pagi-pagi begini biasanya sayuran maupun buah-buahan masih segar. Masih banyak pilihan.

Selain harganya yang murah, aku lebih senang belanja di pasar karena tempatnya dekat dari rumah. Tidak perlu jalan jauh untuk sampai di sana.

"Neng Aira mau ke pasar ya?" tegur bu Melda, istri pak RT di komplek kami.

"Iya, Bu. Tumben udah pulang?" balasku, kemudian bertanya.

"Hehehehe, iya. Mau ada acara nanti malam. Kamu datang ya?" ujarnya sambil tersenyum menyeringai. "Ajak mamimu juga, jangan mainnya sama berondong Mulu," sambung wanita yang bertubuh sedikit berisi itu menyindir mami.

"Ah, Bu Melda bisa aja. Mami saya gak kayak gitu kok," kilahku sedikit tak terima jika mami dijelek-jelekkan orang lain.

"Hahahaha, kamu msh polos. Jadi gak tahu kelakuan mamimu gimana. Ya udah lah, saya permisi dulu." Beliau berpamitan.

"Iya, Bu. Saya juga mau berangkat ke pasar."

Aku hanya menggeleng kecil dengan kelakuan beliau. Yang selalu mengatai mami yang tidak-tidak. Padahal, beliau tidak tahu sendiri. Dan hanya tahu dari orang. Itupun masih 'katanya'. Belum tentu kebenarannya.

Sesampainya di pasar. Aku mulai memilih-milih sayuran yang akan dibeli. Berjalan dari tempat satu ke tempat lainnya. Setelah keranjang penuh, aku memutuskan untuk mencari tukang ojek yang mangkal disekitar pasar.

"Titip belanjaannya ya Bu," ucapku pada bu Retno, penjual kue-kue tradisional.

"Iya, Neng. Taruh aja disitu!" sambutnya dengan senyum ramah.

Aku mulai berjalan kedepan, sekitar tiga lapak para pedagang. Sampai juga di pangkalan ojek. Karena fokus melihat mas ojek langganan, tidak sengaja menabrak seseorang.

"Shittt, basah deh!" decak pria yang bertubuh tinggi, tubuh atletis fokus melihat kearah sepatutnya.

"Aduh, Mas. Maaf ya gak sengaja." Aku langsung meminta maaf pada pria itu.

Setelah ia mendongak ke atas. Kekesalan yang sempat menylinapi wajahnya. Sedikit memudar. Pria itu mengupaskan senyum paling manisnya padaku.

"Nggak apa, kok. Ini cuma basah dikit," ujar pria itu padaku. "Oh iya, kalau boleh tahu kamu sering belanja disini ya?" Dia langsung mencecar pertanyaan membuat aku sedikit tak nyaman.

"I--ya,", jawabku singkat. "Kalau gitu, saya permisi dulu ya?"

Aku pamit, dan mulai beranjak. Belum juga kaki ini bergerak. Ia memanggilku kembali.

"Eh, tunggu! Kita belum kenalan loh!" serunya mengulurkan tangan.

Aku hanya bisa memandang tangannya yang putih, mulus, tak ada sedikitpun kulitnya yang menebal. Pertanda, pria itu orang berada. Tak pernah bekerja keras. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, dia kembali bersuara.

"Hai, boleh saya tahu namamu?"

Sontak mengangetkan aku dalam lamunan. Sambil mengerjap, untuk membuang kegugupan. Aku menyambut uluran tangannya.

"Saya Aira," sambutku singkat. Dia fokus memandang wajahku.

"Aira, nama yang indah. Kayak orangnya," goda pria itu, setengah tergelak menahan malu.

"Maaf, jika tidak ada keperluan lagi. Saya permisi, dulu." Aku lekas pergi dari tempat itu, untuk membuang kegugupan.

Ya Tuhan, aku sampai tidak sempat menanyakan namanya. Eh, buat apa juga sih. Aku kan udah punya mas Raka yang sangat mencintaiku. Belum juga jauh, kaki ini melangkah. Pria itu memanggil lagi.

"Aira!" teriaknya. Memaksa diri untuk berhenti. Aku menoleh, disaat bersamaan dia sudah berada tepat dibelakang ku. Sehingga tatapan kami bertemu.

Saat melihat sorot matanya, ada sinyal kagum didalamnya. Lama, kami berada diposisi ini. Akhirnya, aku yang sadar duluan.

"Ada apa, Mas?" Aku menarik pandangan kearah sembarang. Entah kenapa, setiap kali berdekatan dengan pria ini. Jantungku berdegup kencang, seolah akan keluar dari sarangnya.

"Boleh saya mengenalmu lebih dekat lagi," ucapnya setengah terbata. Entah apa yang dipikirkan oleh pria yang sekarang berdiri di hadapanku. Saya Suraj maholtra." Dia mengulurkan tangannya lagi. "Panggil saja saya Suraj." Seraya tersenyum padaku, ia memperkenalkan diri.

"Saya kagum sama kamu, boleh saya tahu dimana tempat tinggal mu?"

Sungguh pria yang nekat, Suraj ini. Tapi, apa mungkin yang ia katakan itu benar adanya. Aku sedikit ragu, untuk memberitahu, alamat rumah padanya. Sunyi sejenak, kami larut dalam pikiran masing-masing. Sesaat kemudian, dia yang sadar lebih dulu.

"Aira," panggilnya. "Apa kau mendengarku?"

Terpopuler

Comments

Re Han

Re Han

sama Suraj aja Aira kayak nya dia suka sama kamu

2022-11-25

0

Muhyati Umi

Muhyati Umi

Aira benar2 polos. percaya banget Raka mencintainya

2022-11-09

0

Yusni Ali

Yusni Ali

Terlalu polos jd gampang di bohongi...

2022-02-27

0

lihat semua
Episodes
1 Perselingkuhan
2 Pertemuan awal
3 Pergumulan panas
4 Kayaknya aku kenal deh
5 Panas
6 Api cemburu
7 Rencana licik
8 Dinginnya udara puncak
9 Rencana terselubung
10 Sang pujangga cinta
11 Kegundahan hati
12 Dituntut
13 Permohonan maaf
14 Berbunga-bunga
15 Undangan
16 Momen indah
17 Masa lalu
18 Kejutan dari mami
19 Kegundahan hati Aira
20 Tak sabar
21 Di desak
22 Kepergok
23 Bukti
24 Pesan dari Bellian
25 Video itu
26 Penjelasan Citra
27 Kejutan
28 Sah
29 Sandiwara mereka
30 Persiapan
31 Pengantin baru
32 Melanjutkan yang tertunda
33 Terbatas
34 Tugas pertama sebagai istri
35 Rencana yang bagus
36 Di ujung kesesatan
37 Jelas, sudah
38 Rapuh
39 Mengulangnya
40 Ancaman
41 Memalukan
42 Bangkit
43 Plan Aira dan Suraj
44 Memulai hubungan baru
45 Ketegasan Aira
46 Kebusukan Citra
47 Terbiasa
48 Pelanggan baru
49 Hampir saja
50 Kepanikan Citra
51 Kemarahan Citra
52 Firasat Aira
53 Siapa, Mawar?
54 Good idea
55 Hasilnya
56 Akhirnya, aku menemukannya
57 Masih harus menunggu
58 Niat jahat
59 Dalam bahaya
60 Penyelamat
61 Akal busuk Citra
62 Surat gugatan cerai
63 Resmi menjanda
64 Perasaan aneh
65 Kabar Aira
66 Terhina
67 Kemana Aira
68 Tak sepadan
69 Terbuka semua
70 Puncak penderitaan Aira
71 Hilang sudah
72 Setitik harapan
73 Kerjasama
74 Memulai dari awal
75 Kakak akan bantu
76 Rindu
77 Dua orang baik
78 Awal kesuksesan Aira
79 Tenang, melihat wajahnya
80 Bukan jodoh
81 Tiga tahun kemudian + visual
82 Rencana Maholtra
83 Kehancuran Citra
84 Aira kembali
85 Gagal
86 Masalah baru
87 Tawaran kerja sama
88 Pengumuman
89 Karma
90 Kejutan dari Maholtra
91 Meluapkan rasa rindu itu
92 Aku seperti mengenalmu
93 Insiden
94 Seandainya, dia adalah aku?
95 Kehancuran Raka dimulai
96 Kettyera adalah Aira
97 Pelelangan
98 Terungkap sudah
99 Haru
100 Akhir yang bahagia
101 Kebahagiaan yang hakiki
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Perselingkuhan
2
Pertemuan awal
3
Pergumulan panas
4
Kayaknya aku kenal deh
5
Panas
6
Api cemburu
7
Rencana licik
8
Dinginnya udara puncak
9
Rencana terselubung
10
Sang pujangga cinta
11
Kegundahan hati
12
Dituntut
13
Permohonan maaf
14
Berbunga-bunga
15
Undangan
16
Momen indah
17
Masa lalu
18
Kejutan dari mami
19
Kegundahan hati Aira
20
Tak sabar
21
Di desak
22
Kepergok
23
Bukti
24
Pesan dari Bellian
25
Video itu
26
Penjelasan Citra
27
Kejutan
28
Sah
29
Sandiwara mereka
30
Persiapan
31
Pengantin baru
32
Melanjutkan yang tertunda
33
Terbatas
34
Tugas pertama sebagai istri
35
Rencana yang bagus
36
Di ujung kesesatan
37
Jelas, sudah
38
Rapuh
39
Mengulangnya
40
Ancaman
41
Memalukan
42
Bangkit
43
Plan Aira dan Suraj
44
Memulai hubungan baru
45
Ketegasan Aira
46
Kebusukan Citra
47
Terbiasa
48
Pelanggan baru
49
Hampir saja
50
Kepanikan Citra
51
Kemarahan Citra
52
Firasat Aira
53
Siapa, Mawar?
54
Good idea
55
Hasilnya
56
Akhirnya, aku menemukannya
57
Masih harus menunggu
58
Niat jahat
59
Dalam bahaya
60
Penyelamat
61
Akal busuk Citra
62
Surat gugatan cerai
63
Resmi menjanda
64
Perasaan aneh
65
Kabar Aira
66
Terhina
67
Kemana Aira
68
Tak sepadan
69
Terbuka semua
70
Puncak penderitaan Aira
71
Hilang sudah
72
Setitik harapan
73
Kerjasama
74
Memulai dari awal
75
Kakak akan bantu
76
Rindu
77
Dua orang baik
78
Awal kesuksesan Aira
79
Tenang, melihat wajahnya
80
Bukan jodoh
81
Tiga tahun kemudian + visual
82
Rencana Maholtra
83
Kehancuran Citra
84
Aira kembali
85
Gagal
86
Masalah baru
87
Tawaran kerja sama
88
Pengumuman
89
Karma
90
Kejutan dari Maholtra
91
Meluapkan rasa rindu itu
92
Aku seperti mengenalmu
93
Insiden
94
Seandainya, dia adalah aku?
95
Kehancuran Raka dimulai
96
Kettyera adalah Aira
97
Pelelangan
98
Terungkap sudah
99
Haru
100
Akhir yang bahagia
101
Kebahagiaan yang hakiki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!