Sesampainya di gedung parkir dan memarkirkan mobil, Zen membukakan pintu untuk Alsava.
Sava keluar tanpa bicara sepatah katapun karena ia terus merasa terintimidasi berada di dekat Zen.
Sava melangkah menuju ke arah lift dan Zen berjalan di belakangnya sambil mengawasi sekitar.
Zen harus menghafal dan mengenali tempat-tempat yang biasa Sava kunjungi.
di dalam lift
Zen
[berdiri di depan Sava dan menempatkan Sava di belakangnya]
Banyak mata tertuju pada Zen yang memang terlihat sangat menarik perhatian di antara yang berada di dalam lift itu.
Alsava
[dalam hati] Tuh, kan! Baru di dalam lift semua sudah memperhatikannya. Bagaimana kalau aku terlihat jalan bersamanya.
Suasana lift sudah mulai melonggar karena beberapa orang sudah turun di lantai masing-masing.
Ketika pintu lift terbuka di lantai ruang kelas Sava, dengan cepat Sava langsung berjalan meninggalkan Zen menuju ke dalam kelasnya.
Zen fokus melihat ke arah mana Sava melangkah meskipun sekelilingnya justru fokus kepadanya.
mahasiswi 1
Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya.
mahasiswi 2
Aku juga. Apakah mungkin dia ikut pertukaran pelajar?
Banyak bisik-bisik yang menebak-nebak siapa Zen sebenarnya.
Tidak lama setelah Sava duduk di salah satu bangku kosong di deret belakang, Zen tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya dan menatap ke arah mahasiswa yang duduk di sebelah Sava dengan tatapan mengusir.
Tidak butuh waktu lama untuk mahasiswa itu beranjak dari sebelah Sava dan pindah jauh dari sana.
Zen duduk dengan tenang tanpa ada rasa bersalah karena telah seenaknya mengusir orang lain.
Alsava
Kenapa kamu harus masuk ke dalam? [berbisik]
Alsava
Tidak bisakah kamu menunggu di luar saja? [berbisik semakin pelan karena dosen yang akan mengajar sudah masuk]
Zen
[menatap ke arah Sava dengan tatapan datar]
Alsava
Terserahlah!
Sava tidak tahan dengan cara Zen menatapnya
Ia memilih membiarkan Zen melakukan apa yang ia inginkan.
Alsava
Seharusnya dia yang menuruti perintahku. Ini kenapa justru aku yang menurut padanya? [menggerutu dalam hati]
Comments