Happy reading 😘😘😘
Selama satu Minggu, Abimana beserta keluarga mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pernikahan Adithya dan Khanza.
Mereka mengundang keluarga dan para sahabat dekat untuk menghadiri acara akad nikah yang hanya akan digelar secara sederhana sesuai permintaan kedua calon pengantin.
Seolah, pasir waktu berjalan dengan sangat cepat. Hari yang telah ditetapkan oleh Abimana untuk menikahkan putrinya dengan Adithya pun tiba.
Halaman rumah Abimana disulap bak kebun istana yang dipenuhi dengan rangkaian bunga mawar putih. Kursi tamu tertata sangat rapi. Semua di dekor dengan warna yang melambangkan kesucian sesuai dengan masukan dari Kirana, ibunda calon mempelai wanita.
Khusus untuk kursi pengantin dipenuhi dengan taburan kelopak bunga mawar putih yang menambah nuansa romantis.
....
"Saya terima nikah dan kawinnya Saqueena Khanza Humaira Binti Abimana Surya Saputra dengan maskawin yang tersebut diatas tunai.” Adithya mengucapkan kalimat kabul dengan sangat lancar.
"Bagaimana para saksi, SAH?" tanya Bapak pengghulu yang kemudian mendapat balasan dari para saksi.
"SAH ...," jawab para saksi dengan sangat kompak.
"Alhamdulillah ...."
Bapak penghulu menengadahkan kedua telapak tangannya seraya melangitkan pinta kepada Sang Maha Kasih untuk kedua mempelai, Adithya dan Khanza.
Senyum sang mentari di pagi ini sebagai pertanda alam pun ikut berbahagia atas pernikahan putri kesayangan Abimana dengan seorang pria yang memiliki ketulusan cinta. Demi rasa cinta yang teramat besar dan tulus terhadap Khanza, Adithya rela merubah penampilannya menjadi buruk, jauh dari wajah aslinya yang sangat rupawan.
Kini, Saqueena Khanza Humaira telah sah menjadi istri Adithya, pendamping hidup sehidup sesurga. Raut bahagia terlukis jelas di wajah Adithya, ibundanya, dan keluarga mempelai wanita, terkecuali Khanza.
Raut wajah Khanza terlihat sendu dan terbingkai bulir bening kesedihan. Pernikahan tanpa cinta, meremukkan hatinya.
Raina memeluk tubuh dan mengusap punggung Khanza dengan gerakan naik turun seraya memberi ketenangan. Ia sangat memahami lara hati yang tengah mendera adik iparnya. Namun Raina sangat yakin, hanya Adithya lah sosok pria sempurna yang tepat menjadi pendamping hidup Khanza.
"Za, jangan menangis lagi sayang! Yakinlah bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik. Lagi pula, Adithya pemuda yang sangat baik. Mbak Raina yakin, Adithya sosok pria yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan Albirru --"
"Tapi, Khanza sama sekali tidak mencintai Adithya, Mbak --"
"Za, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya sang waktu. Pepatah Jawa menyebutkan 'TRESNA JALARAN SAKA KULINA'. Banyak sekali contoh pasangan yang dahulu menikah tanpa dilandasi oleh rasa cinta, tetapi kini rumah tangga mereka sangat harmonis," tutur Raina.
"Contohnya ... Ayah Abi dengan Bunda Kiran. Papa Raikhan dengan Mama Alya. Kak Alyra dengan Mas Ikhsan. Dan ... Albirru dengan Zahra," imbuhnya.
Khanza bergeming. Ia membenarkan ucapan kakak iparnya. Khanza berusaha menguatkan hati, menerima kenyataan yang tidak selaras dengan keinginan. Bagaimana pun juga, Adithya adalah jodoh yang ditakdirkan Illahi untuknya. Bukan Albirru atau pemuda yang lainnya.
"Za, ayo kita temui suamimu! Pasti, Adithya sudah tidak sabar ingin duduk bersanding dengan istrinya yang teramat cantik."
Khanza menurut. Dengan malas ia beranjak dari sofa setelah menyeka wajah cantiknya yang telah basah.
Raina menggamit lengan Khanza sebelum keduanya melangkahkan kaki keluar dari kamar untuk menemui mempelai pria.
Netra Adithya tidak berkedip kala melihat wajah kekasih halalnya yang sangat cantik. Wajahnya terbingkai senyum dan batinnya melisankan tasbih. Adithya sangat bersyukur atas anugerah terindah yang telah diberikan Illahi untuknya, Saqueena Khanza Humaira. Gadis cantik nan comel yang selama ini sangat ia cintai.
Khanza mendaratkan tubuhnya di kursi pengantin, bersebelahan dengan Adithya.
Kemudian Bapak penghulu mempersilahkan kedua mempelai untuk menandatangani buku nikah.
Tanpa membaca nama panjang suaminya yang tertera di buku nikah, Khanza membubuhkan tanda tangan.
Setelah keduanya menanda tangani buku nikah, acara pun dilanjutkan dengan serah terima mahar dan tukar cincin.
Perlahan, Adithya meraih tangan Khanza lalu menyematkan cincin pernikahan di jari manis gadis yang kini telah sah menjadi istrinya.
Tanpa meminta ijin pada Khanza, Adithya mengecup kening wanita pujaan hatinya dengan lembut dan penuh cinta. Khanza tertunduk. Ia merasakan getaran dan kasih sayang yang mengalir hangat di sekujur tubuhnya karena kecupan pertama yang diberikan oleh Adithya. Seumur hidup, Khanza tidak pernah mengijinkan lelaki manapun untuk mengecup ataupun menciumnya, kecuali saat ini ....
Dengan tangan gemetar dan kepala yang masih setia menunduk, Khanza mencium punggung tangan suaminya atas perintah sang bunda setelah menyematkan cincin di jari manis Adithya.
"Saqueena Khanza Humaira, dengan mengucap Bismillah kita memulai hubungan ini. Insya Allah, kita akan mewujudkan rumah tangga sakinah, mawadah, warahmah. Aku berjanji akan menjaga dan mencurahi kasih sayang untukmu, wahai istriku ...," tutur Adithya dengan kesungguhan hati.
Khanza tetap dalam mode diam. Bibirnya serasa sulit untuk berucap karena tercekat oleh rasa yang menyesakkan dada.
Tiba saatnya acara sungkeman. Kedua mempelai mencium punggung tangan Abimana dan Kirana secara bergantian sebagai tanda bakti, penghormatan, dan permohonan restu.
Kirana memeluk tubuh putrinya dengan sangat erat. Keduanya sudah tidak mampu lagi menahan titik-titik air yang sedari tadi menganak di kelopak mata.
"Bundaaaa ...."
"Sayang, jadilah istri yang berbakti pada suami. Layani suamimu dengan penuh keikhlasan --" Suara Kirana tercekat. Ia tidak mampu lagi untuk melanjutkan ucapannya.
Tiba-tiba, pandangan netra Khanza tertuju pada Nabila, ibunda Rangga. Seketika ia melerai pelukan lantas menghampiri Nabila.
"Tante Nabila ...," pekik Khanza sembari menghambur ke pelukan Nabila.
"Khanza sayang, selamat atas pernikahanmu dengan Adithya --" tutur Nabila. Ia membalas pelukan Khanza dan mencium pucuk kepala gadis yang sangat dicintai oleh putranya, Rangga Adithya Fairuz.
"Te, maafkan Khanza karena pernah menolak Rangga. Bahkan, Khanza yang menjadi penyebab Rangga pergi dari kota ini. Sekarang, Khanza sudah mendapatkan karma yang setimpal ... dinikahi oleh makhluk seperti dia --" Khanza sesenggukan. Rasa sesal yang kembali hadir karena pernah menolak Rangga membuat dadanya serasa sesak.
"Kamu tidak salah, Za. Sudah menjadi hak mu untuk menolak atau menerima putra tante sebagai calon imam. Yang terpenting, saat ini kalian sudah menjadi sepasang suami istri --" sahut Nabila tanpa sadar.
Pikiran Khanza terusik oleh ucapan Nabila. Gadis comel yang kini telah berstatus sebagai istri Adithya itu melerai pelukan. Lantas ia menatap manik mata ibunda Rangga dengan intens seolah tengah mencari kejujuran yang tersirat.
"Maksud Tante Nabila apa?"
Nabila terkesiap kala mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Khanza. Terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa ia tengah kebingungan untuk memberi jawaban yang tepat.
"Tante ...."
"Mmmm, anu Za --"
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Eaaaaa, Nabila mau menjawab apa? 😁
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like 👍
Beri komentar
Rate 5
Gift atau vote jika berkenan mendukung author agar tetap berkarya
Trimakasih dan banyak cinta ❤😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Andi Fitri
Rangga ternyata yg nyamar jdi adithya..🤣
2023-03-03
0
rista_su
kayaknya rangga deh
2023-02-02
1
Ana Krinyol
khanza..kena Prank sama RanggaAditya...😃😃😃
2022-03-13
1