NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Kedua Majikan

Kesedihan Bunga

Pagi ini, Bella melangkah masuk kedalam rumah mewah yang sudah seminggu ini dia tinggalkan, yah... sebagai model terkenal, Bella sangat sibuk pemotretan diluar negeri tepatnya Singapura.

“Mami....” teriak Cecilio kecil menghambur ingin memeluk sang mami yang dirindukan nya.

“Hay Cecilio,” membalas senyuman anaknya sekilas.

“Mami gendong.” merengek sambil merentangkan tangan mungilnya.

“Udah, ngak usah manja dan peluk Mami terus, Mami masih capek dan gerah, please Cecilio ngertiin kondisi Mami. main sama mbak Bunga dulu ya.” tolak Bella ingin masuk ke kamar nya istrahat.

“Tapi Cecilio masih pengen main sama Mami.” mengerutkan bibir mungilnya.

“Udah deh jangan cengeng jadi anak laki.” mendorong tubuh Cecilio yang masih ingin memeluknya.

“Mami....Mami...hu...hu...” tangis bocah itu tidak bisa dibendung lagi.

“Udah, sini sayang mbak buatin susu coklat kesukaan Cecilio.” Bunga mendekat dan mengajak bocah kecil itu menjauh dari kamar majikannya.

Belum beberapa langkah Bunga menuruni anak tangga, terdengar kembali teriakan Nyonya Bella.

“ Bunga, obat mas Arya harus diberikan tepat waktu. Apa kamu sudah memberikan untuk siang ini.” Teriak Bella.

“Iya, sebentar Nyonya saya ambilkan dulu.”

Bunga berjalan ketempat penyimpanan obat khusus Tuan muda Arya. suami dari Nyonya Bella sendiri, yang kecelakaan enam bulan lalu sehingga dia hanya bisa duduk di kursi roda akibat sel-sel tulang belakang nya yang tidak berfungsi dengan normal lagi.

“Mbak Bunga, susu buat Cio mana?” rengek bocah tampan itu.

“Sebentar ya sayang, mbak kasih obat ini dulu ke papi Cio, “ bujuk Bunga.

“Cecilio sayang, biar bibi aja yang buatin susu coklat nya ya.” Bujuk bi Ratna tukang masak yang bekerja dirumah ini juga.

“Okey bi.” Balas Cecilio meskipun dia hanya ingin Bunga yang mengurus segala kebutuhan dan keinginan nya.

Dengan setengah berlari, Bunga berjalan menuju kamar pribadi Tuan Arya. membantu memberikan nya obat tepat waktu, kadang kala Bunga juga harus membantu menggantikan pakaian pria dewasa yang terlihat sangat tampan itu.

Meskipun semula Bunga risih, namun dia bisa apa. karena begitu banyak jasa-jasa keluarga Tuan Arya terhadap keluarga nya. terutama Bella dan ibunya Arya Nyonya Sinta, mereka lebih percaya jika Bunga yang merawat Arya secara langsung.

Semua dilakukan dan diawali Bunga dengan semangat dan rasa ikhlas, selain itu Bunga juga harus mengumpulkan uang untuk bekal dia kuliah nantinya.

Bunga yang masih duduk dikelas tiga SMA itu harus pintar-pintar dalam membagi waktu, antara sekolah dan bekerja dirumah Tuan Arya. ini sudah dilakoni Bunga semenjak nenek satu-satunya anggota keluarga yang dimiliki Bunga sudah mulai sering sakit-sakitan. sedangkan kedua orang tua Bunga sudah lama meninggal dunia.

**

Pagi ini Bunga merasa mata pelajaran yang diterangkan pak Ahmad berjalan begitu lambat, bahkan sudah lewat tiga puluh menit dari jam biasanya dia mengajar kan materi. Bunga mulai resah mengingat sepulang sekolah nanti dia harus ke apotik terlebih dahulu untuk membeli obat untuk nenek.

Setelah itu Bunga akan bekerja di Rumah bu Bella, sedangkan malam hari nya Bunga bisa belajar dan istrahat.

“Aduuh, aku bisa telat nanti datang untuk bekerja kerumah bu Bella.” gumam Bunga.

Bel pulang sekolah, seperti menerima gajian bagi Bunga saking senangnya, dengan cepat dia keluar dari kelas dan langsung menuju apotik yang tidak terlalu jauh dari lokasi rumah dan sekolah nya.

Meskipun semula Rendi teman sekelas, yang sudah lama menyukai Bunga. Menawarkan untuk mengantarkan gadis itu menuju apotik dengan motor nya, namun Bunga menolak dengan halus. Dia tidak ingin Rendi berharap lebih padanya.

“ Syukurlah, akirnya aku bisa juga membelikan obat untuk nenek.” gumam Bunga dan segera kembali pulang.

“Nenek, diminum dulu ya obatnya.” membantu meminumkan obat pada neneknya.

“Terimakasih sayang.” Balas nenek mengelus lembut rambut bergelombang Bunga, sambil menatap kasihan cucunya itu.

“Gara-gara nenek, kamu harus terpaksa bekerja nak.” Ucap nya lemah.

“Tidak apa-apa Nek, Bunga ikhlas melakukannya. oya Nek. Bunga ngak bisa lama-lama karena harus memberikan obat juga untuk Tuan muda Arya.” Ucap Bunga segera mengganti pakaian nya.

“Iya, hati-hati ya nak.” Ucap nenek melepas Bunga untuk bekerja.

Baru beberapa langkah Bunga meninggalkan Rumah, teriakan Bu Siti tetangganya, menghentikan langkah kaki gadis remaja tersebut.

“Bunga, nenekmu kejang-kejang.” Teriak bi Siti terlihat panik.

“Apa?”

Bunga langsung berlari kembali masuk kerumahnya, dia tidak peduli lagi dengan pekerjaannya dan tuan Arya yang sedang menunggunya untuk membawakannya obat siang ini.

“Nenek...bangun Nek, nenek kenapa?” tangis Bunga seketika pecah memeluk tubuh nenek yang sudah tidak sadarkan diri lagi.

Dibantu beberapa orang tetangga terdekat nya, nenek dibawa ke klinik, Bunga resah dan berjalan mondar-mandir didepan ruangan pemeriksaan dokter.

Ceklek... pintu ruangan itu terbuka, dokter menghampir Bunga dengan ekspresi wajah yang sudah bisa ditebak Bunga, jika telah terjadi sesuatu yang buruk pada neneknya.

“Kami tahu ini sangat berat bagimu dek, meskipun kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun ini sudah kehendak Allah, kami dari tim dokter turut berduka cita.” Balas dokter sambil berlalu pergi dari hadapan Bunga.

Air mata membanjiri wajah cantik Bunga, dia kembali menangis sambil memeluk tubuh nenek nya yang sudah terbujur kaku.

“Jangan tinggalkan Bunga Nek hu...hu....Bunga tidak punya siapa-siapa lagi.” tubuh mungil Bunga bergetar menahan isakan tangisnya.

“Bunga, sabar dan kuatlah nak. kamu tidak sendirian sayang, ada ibu yang menyayangi mu.” terdengar suara lembut mengusap rambut Bunga. suara yang sangat dikenali nya.

“Bu Sinta hu...hu...nenek Bu.” Ucap Bunga memeluk majikannya, yang merupakan ibu dari tuan muda Arya.

“Belajar ikhlas lah nak, ibu mengerti perasaan mu.” Bujuk Sinta,

Sinta yang semula, tengah menghadiri rapat besar pemegang saham, langsung mewakilkan ke Billy yang merupakan asisten Arya, sementara Sinta langsung menuju Rumah sakit begitu mendengar berita yang menimpa nenek Bunga.

Untuk tugas Bunga yang mengurus Arya, terpaksa dia serahkan pada bi Ratna, untuk menggantikan mengurus Arya sementara waktu, sedangkan istrinya Bella sibuk dengan para sahabat sosialita nya.

Setelah proses pemakaman selesai, Sinta membujuk Bunga untuk pindah dan tinggal bersama mereka dirumah besarnya.

“Bagaimana Bunga, disana kamu tidak akan kesepian sayang. Ibu khawatir meninggalkan kamu tinggal dirumah ini sendirian.” Bujuk Sinta.

“Baiklah Bu.” Bunga mulai berkemas, tidak lupa dia membawa foto keluarga nya, ayah , ibu dan sang nenek. Bunga sudah mengikhlaskan kepergian orang-orang terdekat yang sangat dicintainya.

Tidak pernah terbayangkan oleh Bunga, sekarang dia hidup sendirian tanpa seorang pun anggota keluarga terdekatnya lagi. saat ini hanya Bu Sinta yang sangat peduli padanya.

“Bunga ini kamar mu nak.” tunjuk Sinta pada kamar yang tidak terlalu jauh dari kamar Tuan muda Arya.

“Maaf Nyonya, apa kamar ini tidak salah? Ehm maksud Bunga, kamar ini terlalu mewah untuk pelayan seperti Bunga, sebaiknya Bunga dikamar belakang saja yang berdekatan dengan bibi Ratna.” Tolak bunga sungkan.

Diminta Menjadi Istri Kedua

“Tidak sayang, kamar ini untuk mu. lagian akan mempermudah untuk mu nanti jika Arya butuh sesuatu. kamu tahu sendiri jika Bella istrinya itu sangat sibuk, meskipun ibu heran apa yang dia inginkan lagi. padahal kekayaan Arya tidak akan habis dan mampu untuk menghidupi nya. meskipun saat ini Arya lumpuh.” Ucap Sinta tanpa sadar sudah mengeluarkan unek-uneknya.

Arya begitu mencintai Bella, sehingga dia tidak bisa hidup tanpa Bella, wanita yang lebih mencintai kehidupan nya sendiri, dari pada mengurus anak dan suami nya, hal ini tidak pernah berubah jauh sebelum Arya duduk dikursi roda.

Bella memanfaatkan cinta Arya yang besar untuk dirinya, sedangkan Sinta terpaksa menuruti keinginan Arya anak satu-satunya. meskipun sesungguhnya dia sudah muak melihat tingkah Bella.

Bunga tidak bisa memejamkan matanya, kesedihan atas kepergian sang nenek masih sering membuat air matanya menetes, meskipun sekarang kehidupan nya jauh lebih layak dan nyaman.

“Mbak Bunga.”

Ucap Cecilio tersenyum riang, masuk ke kamar Bunga, mengagetkan gadis cantik itu yang sedang melamun. segera Bunga mengusap pipinya yang masih tergenang air mata.

“Cecilio sayang, ngapain kekamar mbak?” ucap Bunga sambil menarik tubuh Cecilio kedalam pangkuannya.

“Mbak Bunga dipanggil Oma, dan Mami.” Balasnya.

“Begitu ya, baiklah sayang kita langsung kesana."

Bunga membawa Cecilio menuju ruang keluarga. nampak sekali wajah ceria terpancar dari Nyonya Bella dan Bu Sinta. sementara tuan muda Arya terlihat sedih sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. berbanding terbalik dengan raut dua orang wanita dihadapannya nya.

“Duduklah Bunga.” ucap bu Sinta, sambil menunjuk sofa disebelah tuan muda Arya.

“ Ada apa Nyonya?” tanya Bunga yang masih bingung.

“Ya Tuhan, apa aku sudah melakukan kesalahan, dan sekarang aku diminta untuk mempertanggung jawabkan kesalahan ku itu, tapi apa kesalahan ku?” berbagai pertanyaan berkecamuk di benaknya Bunga.

“Bunga, kamu mau ngak untuk menjadi madu ku?” ucap Bella santai dan langsung pada pokok permasalahan yang akan mereka bahas.

“Apa?”

Bunga terlonjak kaget, dengan perkataan Nyonya Bella yang terlihat tanpa beban tersebut, yang meminta dirinya untuk menjadi madu nya.

“Iya Bunga, agar kamu lebih mudah lagi untuk mengurus Arya.” Ucap Bu Sinta menimpali.

Bibir Bunga terasa kelu dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, semua ini terasa aneh dan mendadak. bagaimana mungkin Bunga yang seorang pelayan biasa harus menikah dengan majikannya yang sudah memiliki anak dan istri yang sangat cantik.

Bunga melirik kearah Arya, yang hanya memilih untuk banyak diam. sepertinya laki-laki tampan itu tengah menyembunyikan sesuatu, kemarahan atau penolakan kah? atau malah sebaliknya, yang jelas Bunga tidak bisa mengartikan sikap diam Arya.

Semenjak kecelakaan yang menimpanya, sikap Arya jauh berubah drastis, dia tidak ceria seperti dulu lagi. bahkan untuk bersuara pun Arya seakan-akan enggan dan malas, dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan sendiri.

Sudah banyak cara dan pengobat yang mereka tempuh, berharap Arya bisa sembuh namun hasilnya selalu gagal, mungkin perubahan sikap dan diamnya Arya karena merasa gagal dan tidak bisa disembuhkan kan lagi. atau kecewa dengan sikap istri yang begitu dicintainya, malah lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri. tanpa peduli perasaan suaminya yang sangat menginginkan perhatian istri nya. entahlah hanya Arya yang tahu.

Bunga belum memberikan jawaban apa-apa, Sinta dan Bella memberikan nya kesempatan untuk berfikir selama seminggu ini.

***

Pagi yang cerah, Bunga mendorong kursi roda Arya menuju taman belakang. duduk dibawah terik matahari pagi sambil membantu menyuapi sarapan untuk Tuan mudanya yang tidak mau membalas tatapan lembut dan tulus Bunga.

“Mbak Bunga lagi nyuapin papi atau melamun.” Ucap Cecilio yang ikut menyusul ke taman bersama maminya Bella.

Bunga terlonjak kaget, begitu menyadari jika dia sudah menumpahkan minuman di pakaian Arya.

“Astagfirullah!” pekik Bunga kaget, begitu menyadari jika dia sudah menumpahkan makanan dipakaian Arya. Refleks tangannya mengambil tissue dan membersihkan pakaian Arya.

“Maaf Tuan muda, aku tidak bermaksud seperti ini.” Ucap Bunga panik.

“Jangan pangil Tuan muda lagi Bunga, belajarlah untuk pangil mas, sayang atau calon suami ku terdengar nya lebih bagus.” Ucap Bella tertawa dan tos bareng dengan Cecilio.

Bella sangat yakin, meskipun Arya menikahi Bunga nantinya, itu hanya semata untuk membantu merawatnya saja tidak lebih, sedangkan hati dan cinta mas Arya tidak akan berpaling darinya yang jauh lebih segalanya dibandingkan Bunga.

“Mas Arya hanya mencintai ku, terbukti meskipun Bunga cantik tapi mas Arya tidak berminat untuk meliriknya sedikit pun.” gumam Bella senang.

“Lagi mikirin apa sih Bunga?” ucap Bella duduk disebelah Arya, dan meminum teh nya sendiri, tanpa berniat membantu suami. padahal saat itu Arya begitu menginginkan perhatian kecil dari sang istri yang begitu dicintainya.

“Tuan.” Jawab bunga refleks.

“Ooo jadi kamu mikirin mas Arya.” Balas Bella menggodanya kembali, dia sangat senang melihat wajah kesal Arya yang sangat mencintainya.

Sedangkan Bunga sangat malu, wajah nya langsung menunduk dalam berusaha menetralkan detak jantungnya ketika pandangan nya dan Arya Bertemu sesaat, namun mampu membuat Bunga panas dingin.

Deringan ponsel Bella, membuat tawanya itu terhenti, segera dia mengangkat panggilan dari teman-temannya sosialita nya tersebut dengan antusias.

“Okey, aku akan segera kesana. kamu tunggu ditempat biasanya ya.” Ucap Bella mengakhiri panggilan nya.

“Sayang, aku keluar dulunya. cuma bentar kok.” Ucap Bella melayangkan ciuman dikedua pipi Arya.

“Bunga, jangan lupa obat Tuan diberikan secara teratur ya.” pesan Bella sebelum berangkat, pergi menemui teman-temannya.

“Baik Nyonya.” Ucap Bunga menatap punggung Bella yang mulai menjauh pergi menuju mobilnya.

“Kamu bisa memijit kepala ku?” tiba-tiba Arya bersuara, membuat Bunga melonggo. Karena sudah lama dia tidak mendengar Arya berbicara, bahkan Bunga berfikir jika tuan Arya sudah lupa cara untuk mengeluarkan suara nya.

“Bis....bisa tuan.” Perlahan Bunga berdiri ingin memulai memijit kepala Arya.

“Tunggu, aku hanya ingin memastikan saja. Nanti setelah kita sah sebagai pasangan. kamu boleh melakukan apapun.” Ucap Arya sambil mengulum senyum.

Bunga juga bisa melihat dengan jelas, sudut bibir Arya tergerak. tanda laki-laki itu masih bisa tersenyum.

“Tuhanku, apa ini benar-benar nyata.” gumam Bunga yang masih syok dan tidak percaya.

**

*

Malam ini Bunga berusaha untuk fokus belajar, mengingat besok hari pertama ujian Nasional, untuk kelulusan nya sebagai pelajar disekolah favorit ini. namun dia sama sekali tidak bisa konsentrasi. kejadian tadi masih membekas diingatannya.

“Apa tuan muda Arya menyetujui perjodohan ini?” Gumam Bunga memainkan bolpoin nya.

Selepas sholat Isa, Bunga berdoa untuk orang-orang tercintanya yang sudah lebih dahulu menghadap sang khalik, dia juga meminta diberi petunjuk dari yang diatas tentang jawaban. yang akan diutarakan nya nanti.

Selesai sholat, Bunga memilih untuk tidur, karena jika dia melanjutkan untuk belajar percuma saja, Bunga sudah tidak konsentrasi lagi. namun baru beberapa detik dia memejamkan mata, dia kembali teringat wajah tampan tuan mudanya. yang mana usia mereka juga dudah terpaut cukup jauh.

Resmi Menikah

Bunga mengusap wajahnya kasar, saat kilasan wajah dan senyuman Arya kembali melintas dipeluk matanya. sehingga percuma Bunga memejamkan mata, jika bayangan Arya masih ada yang seolah-olah tersenyum manis kearahnya.

Malam ini, Bunga disuruh untuk menyiapkan teh panas untuk Arya dan Bella yang sedang bersantai di balkon depan kamar mereka.

“Tumben Nyonya Bella lebih sering menyuruh ku sekarang, biasanya dia lebih suka bi Ratna yang menyediakan nya teh.” gumam Bunga.

Meskipun malas dan sangat malu untuk bertemu dengan tuan muda Arya, tapi Bunga tidak kuasa untuk menolaknya.

“Ini Nyonya, tuan muda teh Anda.” Ucap Bunga meletakkan dengan hati-hati di meja kecil dihadapan Arya dan Bella. meskipun saat ini dia berusaha untuk menetralkan detak jantungnya, melihat tatapan Arya yang berbeda dari biasanya.

“Terimakasih ya Bunga.” Balas Bella.

“Sama-sama Nyonya.” Bunga berdiri hendak pergi.

“Tunggu Bunga, besok kamu ujian nasional ya?” tanya Bella.

“Iya Nyonya.”

“Kamu belajar nya yang konsentrasi ya, jangan kebanyakan mikirin mas Arya.” Ucap Bella tersenyum.

“Tidak Nyonya, aku fokus kok belajar nya.” Balas Bunga.

“Bunga tolong pikiran tawaran aku dan Mama kemaren ya, aku mohon. mengingat sebulan ini aku harus disingapura lagi, karena ada pemotretan dan iklan yang harus aku kerjakan. jadi aku sangat berharap sekali kamu bisa mengurus mas Arya dengan baik, dan bisa juga menjadi sosok ibu buat Cecilio.” Ucap Bella.

Sedangkan Arya kembali bungkam, seakan-akan mulutnya sudah terkunci kembali.

“Saya permisi dulu Nyonya, tuan muda.” Balas Bunga berjalan menuju kamar nya sendiri.

***

Bunga sangat bahagia, dia lulus dengan nilai-nilai terbaik disekolah nya. sedangkan untuk tempatnya melanjutkan kuliah, juga sudah disediakan oleh nyonya besarnya Bu Sinta. sebuah Universitas terbaik dan termahal, mustahil bagi seorang gadis seperti Bunga bisa kuliah ditempat bergengsi ini nantinya.

Sehingga Bunga begitu terharu dengan kebaikan Bu Sinta, dia masih ingat dulu Bu Sinta juga banyak membantu biaya pengobatan kedua tuanya, termasuk sang nenek.

Malam ini sesuai kesepakatan dan waktu yang ditentukan, Bunga kembali diminta untuk pergi ke ruang keluarga. disana juga sudah menunggu Arya, Bu Sinta dan istri cantik nya Bella.

Bella sangat yakin, jika dia tidak akan pernah terkalahkan posisi nya oleh seorang Bunga. yang hanya seorang pelayan dan masih bau kencur, tidak bisa dandan dan penampilannya yang sangat sederhana, sangat jauh dengan dirinya yang cantik dan berpenampilan modis. semua yang melekat ditubuh Bella dan peralatan nya barang-barang branded dan limited edition.

Bunga kembali duduk, dia sengaja agak menjauh dari Arya. detak jantungnya terus berpacu, dengan tangannya yang gemetar, Bunga merasa tiba-tiba sangat grogi. ditambah lagi dia harus memberikan jawaban yang tentunya tidak mengecewakan mereka yang ada disini.

“Apa yang harus aku katakan? aku bingung.” gumam Bunga.

“Bagaimana nak, kami di sini sudah tidak sabar menunggu jawaban mu?” tanya Bu Sinta.

Bella berdiri, dia pindah duduk disamping Bunga. sambil menarik tangan Bunga yang dingin kedalam genggamannya yang hangat dan bersahabat.

“Bunga, saya sebagai istri mas Arya tidak bisa menjalankan tugas saya dengan baik, termasuk mengurus dan merawat nya. dan hanya kamu yang kami percaya untuk bisa melakukan ini Bunga, karena kamu wanita yang baik dan tulus,” bujuk Bella menatap Bunga penuh pengharapan.

“Mbak Bunga, mau ya jadi Mama Cecilio.” Bocah kecil itu mengedip matanya, sambil berusaha untuk membujuk Bunga.

“Baiklah, saya bersedia.” jawab Bunga sambil memejamkan matanya. untuk mengumpulkan kekuatan mengeluarkan ucapan dan meyakinkan dirinya, jika keputusan yang diambilnya tidak salah.

Sinta dan Bella langsung memeluk Bunga, bagitu juga dengan Cecilio.

“Hore...asyik, sekarang Cecilio punya dua mami.” terlonjak saking bahagianya. sedangkan wajah Arya sangat sulit diartikan untuk saat ini.

karna dia banyak menyembunyikan sikap dalam diamnya.

Minggu pagi yang cerah, Rumah besar dan mewah Sinta didekor sedemikian cantik, meskipun mereka melangsungkan pernikahan sederhana dan tertutup. namun Sinta tidak tanggung-tanggung dia memesan kebaya dan pakaian Arya dari butik terkenal, tidak peduli dengan harganya yang fantastis, yang terpenting baginya saat ini Arya dan Bunga bisa segera menikah.

Arya sempat tercekat, begitu melihat Bunga duduk disampingnya. Wanita itu begitu cantik setelah didandani dan melekat pakaian mahal ditubuhnya yang indah.

“Saya terima nikah dan kawin nya, Bunga Putri Slavina binti Paijo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas dibayar tunai.”

terdengar suara Arya yang jelas dan lantang.

“Sah.”

“Sah"

"Sah.” Ucap para saksi yang hadir, dilanjutkan dengan doa untuk kedua pasangan pengantin agar mereka menjalani biduk Rumah tangga yang sakinah, mawadah, warahmah.

“Bunga, ayo Salim tangan suami mu.” Ucap Bu Sinta sambil tersenyum lembut dan terpancar kebahagiaan dari wajahnya.

Tangan Bunga yang dingin, terangkat perlahan menyalami tangan Arya, pria yang selama ini menjadi majikan nya, dalam hitungan menit sudah sah menjadi suaminya. ditatap nya Arya sambil mencuri-curi pandang. yang terlihat jauh lebih rapi dan tampan.

"Kalau mau menatap ku, jangan malu-malu lagi. lagian sekarang sudah sah dan halal untuk diapa-apain." bisik Arya, yang membuat wajah Bunga berubah menjadi kepiting rebus.

“Bunga, Arya coba perlihatkan cincin kawin kalian berdua, kita harus mengabadikan momen bahagia ini.” Ucap Mama Sinta.

Bunga dan Arya tersenyum ke arah camera, sambil memperlihatkan cincin berlian yang berukiran indah batu mutiara. Cecilio dan Bu Sinta juga tidak ingin ketinggalan momen bahagia tersebut. sedangkan istrinya Bella sudah terbang ke Singapura, sehari sebelum pernikahan Bunga dan Arya dilangsungkan.

Bunga sadar status nya, menjadi istri kedua tidak lah mudah, meskipun Bella selaku istri pertama memberi restu. namun Arya bukanlah miliknya seutuhnya. meskipun pernikahan ini terasa begitu mendadak, tapi Bunga akan belajar dengan tulus untuk mencintai dan merawat Arya dengan baik.

Bunga kembali mengulangi kesalahan nya, melirik Arya yang duduk diantara para tamu. namun diluar dugaan. Arya juga melirik kearah Bunga, bahkan dia sekarang tidak malu-malu lagi untuk tersenyum lepas kearah Bunga, dengan tatapan yang begitu lembut.

“Bunga, bawalah suamimu Kekamar, kalian berdua istrahat lah.” Ucap Bu Sinta yang sekarang sudah dipanggil dengan sebutan Mama oleh Bunga. atas permintaan Sinta, karena mulai sekarang Bunga juga sudah menjadi menantu nya yang sah, status nya sama dengan Bella istri pertama Arya.

Dengan tangan gemetar dan dingin, Bunga mendorong kursi roda Arya, meskipun Arya bisa melakukannya sendiri dengan tombol otomatis kursi nya, tapi dia membiarkan saja Bunga mendorong nya.

dia merasa begitu bahagia mendapatkan perhatian dan perlakuan Bunga.

Langkah Bunga semakin lambat untuk mencapai kamar.

“Ya Tuhan, apa yang akan terjadi nantinya. apa Tuan muda Arya bisa melakukannya? Aaaagghhh bodoh. ngapain juga aku mikirin itu. mudah-mudahan dia tidak melakukannya...aku takut sekali.” Bunga terus berdoa dalam hatinya, larut dengan pikiran nya sendiri, sehingga dia tidak sadar jika mereka sudah sampai didalam kamar mewah yang merupakan kamar pribadi Arya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!