~Aku masih sama. Namun keadaan sedikit merubahku untuk lebih dewasa. Bulan
.
.
.
Selesai saling berkenalan semua orang langsung menuju ruang makan. Jangan ditanya bagaimana mood Bulan saat ini. Niat hati berkumpul keluarga untuk melepas rindu, malah ia disuguhkan pria tua yang membuatnya dongkol karna tatapan tajam yang terus mengarah kepada dirinya.
Suasana ruangan itu nampak sepi hanya dentingan sendok yang berbunyi serta Rafa yang kadang mengoceh tak jelas. Saat Bulan hendak mengambil lauk rupanya ada seseorang juga tengah berusaha mengambil lauk yang akan Bulan ambil. Bulan pun mendongak
deg....
Tatapan pria tua dan gadis ceroboh bertemu dengan sengitnya. Bulan mencoba menarik namun pria itu tak mau kalah. Akhirnya mereka saling tarik menarik ayam goreng menggunakan garpu nya masing-masing.
srek srek srek
Hingga ibunya angkat bicara seraya geleng-geleng kepala.
"Bulan, kamu makan ikan aja ya. Biar ayam gorengnya untuk nak Dirga." Sontak membuat Bulan menarik sendok nya dan tatapan sengit terus ia berikan pada pria di depannya.
Dirga menarik bibir nya tersenyum miring
"Gadis ceroboh ini ternyata punya nyali yang besar. Lihat saja, aku akan membuat tatapan mu itu tunduk di hadapan ku." gumamnya dalam hati.
Setelah selesai makan malam mereka pun beranjak menuju ruang keluarga. Bang Wisnu pun telah berpamitan pulang karna Rafa telah tertidur.
"Bulan juga pamit ke kamar dulu ya buk, kak." pamit Bulan untuk menghindari manusia menjengkelkan itu.
"Sini dulu dek. Ada yang mau diomongin mas Dirga sama kamu." cegah Alyssa agar Bulan tak beranjak dari duduknya.
"ehemm...Jadi begini Bulan, saya ingin menawarkan pekerjaan untukmu. Kebetulan saya sedang membutuhkan karyawan di kantor saya. Sekalian saya izin sama ibu untuk mengizinkan Bulan bekerja dengan saya. Saya juga sudah mendiskusikan ini dengan Alyssa. Bagaimana Bu??" Dirga to the poin.
"Kalau ibu sih dukung-dukung saja nak, apalagi sekarang cari kerja susah. Jadi ini mungkin yang terbaik untuk Bulan memulai karier. Apalagi kerja sama nak Dirga, jadi ibu nggak akan cemas sama Bulan. Bukan begitu nak?? kamu setuju kan??" Ibu mengarahkan pandangannya pada Bulan seolah meminta persetujuan.
Bulan mendelik tak percaya dengan apa yang diucapkan ibunya. Ibunya seolah memberikan pernyataan bukan pertanyaan.
"i...iya buk setuju." jawab nya terpaksa.
"Baiklah besok kamu bisa langsung datang ke perusahaan saya. Ini kartu nama saya, disitu tertera alamat dan nomor hp saya." Dirga menyerahkan kartu namanya dengan senyum penuh kemenangan.
"Permainan baru akan dimulai. Selamat datang di neraka penyiksaan, gadis ceroboh!!" ucapnya dalam hati.
…
keesokan harinya...
Bulan telah bersiap memakai setelan jas wanita berwarna abu-abu yang diberi oleh sang kakak. Ia mengucir rambutnya kebelakang serta memakai sedikit polesan make up untuk mempertegas tampilannya.
"Bulan berangkat dulu ya buk. Assalamualaikum." pamitnya sambil mengecup tangan, dan pipi ibunya.
"Hati-hati di jalan jangan ngebut-ngebut. Waalaikumsalam."
Sesampainya di halaman rumah motor telah disiapkan pak Maman sopir sekaligus tukang kebun rumah kami.
"Makasih ya pak, Bulan berangkat dulu. Assalamualaikum." Ia pun meraih tangan pak Maman dan mengecupnya.
"Waalaikumsalam neng. Hati-hati bawa motornya." jawabnya yang di balas dengan anggukan dan jempol Bulan.
Sesampainya di depan gerbang ia dicegat oleh pria bertopeng lalu membekap mulutnya.
"Emmmphh..." tanpa pikir panjang Bulan yang notabene nya pandai bela diri langsung menyikut perut pria itu.
"Aduuuuuhhh..." pria itu mengaduh kesakitan. Belum sempat ia membuka topengnya serangan dari sepatu Bulan sudah menyasar empuk kepalanya.
"Aaarrrrgggghhh.... Bulaaaaaaan." teriak pria itu. Yang merasa namanya disebut pun merasa tidak asing dengan suara itu.
"Eh... kayak kenal," gumam Bulan. Saat pria itu membuka topengnya Bulan pun langsung terlonjak kaget dan segera meninggalkan motornya. "Bimaaa" bukannya menolong Bima, Bulan malah mencubiti Bima gemas.
"Eh buset. Ampun Lan."
"Bodo amat!! urusan gue belum kelar ama elu. Gue buru-buru. Nanti lagi berantemnya." ujar Bulan langsung tancap gas meninggalkan Bima yang kesakitan.
"Woyyyy dasar Bulan sabit awas aja lo." teriaknya mengantar kepergian Bulan.
Pak Maman yang sedari tadi menyaksikan kedua anak muda itu hanya geleng-geleng kepala.
…
sesampainya di Perusahaan Baskara Group
Sejenak ia mendongakkan kepalanya ke atas bangunan yang menjulang tinggi tersebut.
"palingan juga perusahaan bokap nya hahaha" Gumam Bulan mengejek pak tuanya
eh, salah... pak tua aja ya. Nggak pake -nya. bisa-bisa mekar hidungnya kalo sampe keceplosan 😆
Dengan segera ia menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruang HRD
"Permisi mbak. Saya ingin melamar pekerjaan di sini. Boleh tau ruangan HRD nya dimana mbak?" tanya Bulan dengan sopan.
"Atas nama siapa ya mbak?" Resepsionis itu balik bertanya.
"Bulan mbak. Bulan Leo Putri."
"Tunggu sebentar ya."
Nampak resepsionis itu menghubungi seseorang terlebih dahulu dengan menyebutkan nama Bulan.
"Tunggu sebentar di sini ya mbak. Sebentar lagi Pak Marcel turun." ujar resepsionis itu.
Tanpa banyak bertanya Bulan pun meng iya kan perkataan resepsionis tersebut. Sibuk memperhatikan luar ruangan melihat lalu lalang kendaraan, tiba-tiba suara ada yang mengejutkannya.
"Maaf, dengan Nona Bulan?" sapa lelaki itu sopan. "Perkenalkan saya Marcel Asisten pribadi Tuan Dirga." lanjutnya memperkenalkan diri.
Bulan pun berdiri dan membalas uluran tangan pria tampan di depannya.
"Bulan" jawab nya singkat. Pria itu pun tersenyum dengan manisnya.
"Baiklah mari saya antar ke ruangan Tuan Dirga." ajak pria itu.
"Maaf, bukannya saya harus ke ruangan HRD dulu untuk menyerahkan berkas ini?"
"Itu urusan gampang Nona. Tuan Dirga sudah menunggu kita. mari." ajaknya lagi.
Mereka pun berjalan menuju lift dan menuju ruang kebesaran Tuan Dirga.
tok tok tok...
Setelah ada sahutan dari dalam mereka pun masuk.
"Permisi Tuan. Saya telah membawa nona Bulan kemari." ucapnya dengan sangat sopan namun tegas.
"Oke. Kau boleh keluar." jawabnya dengan nada angkuh. "Duduk," ia memerintahkan Bulan duduk berhadapan dengannya
"Ini surat kontrak kerjamu. Berlaku hingga 1 tahun." imbuhnya dengan menyerahkan lembar kertas yang siap dibubuhi tanda tangan.
Bulan membaca dari awal hingga akhir isi surat kontrak tersebut. Ia melotot tidak percaya dengan isi surat itu. Pasalnya ada beberapa poin yang memberatkan dirinya dan yang paling mencolok ialah "Semua yang dikatakan Boss ialah perintah dan tidak ada bantahan" dan masih banyak lagi yang membuat Bulan kesal. Bulan tahu Tuan Dirga ingin menindas nya karna masih dendam dengan kejadian di Bandara kemarin.
"Baiklah tuan, silahkan mulai permainan anda" gumamnya dalam hati dengan tersenyum licik.
"Apakah ada yang keberatan? Harusnya tidak ada karna itu sudah termasuk saya ringankan. Biasanya yang menjadi sekertaris saya akan lebih sulit dari itu." ia menjelaskan dengan senyuman miring nya "Permainan akan segera dimulai."
"Baiklah. Dimana saya akan tanda tangan?" ucap Bulan dengan tenang.
Tuan Dirga sedikit kaget dengan gadis gila di depannya ini. Pasalnya ia tak sama sekali protes dengan isi surat kontrak itu yang sengaja ia persulit. Dia justru terlihat tenang.
"Apakah kau sudah membacanya dengan jelas?" ia berusaha menguasai mimik wajahnya agar tetap terlihat cool. Pertanyaan hanya dijawab anggukan kepala Bulan. "Silahkan disini," Tuan Dirga mempersilahkan Bulan untuk tanda tangan.
"Ini tuan." Bulan menyerahkan kertas kontrak kerja itu.
"Baiklah besok akan menjadi hari pertamamu bekerja. Bersiaplah" ucapnya "bersiaplah untuk pekerjaan yang melelahkan dan permainan yang akan ku buat."
"Terimakasih Tuan, saya permisi." pamit Bulan sopan.
Dirga yang sudah menegapkan tubuhnya bersiap untuk dijabat tangannya oleh Bulan berakhir zonk. Bulan berlalu begitu saja setelah pamit.
"Tunggu," cegah Tuan Dirga. "Kau bisa bertanya dulu pada Asistenku dimana ruangan mu berada. Dan berkas mu ini. serahkan saja padanya" perintahnya.
"Baik tuan, permisi." pamit Bulan lagi.
"siaaaal. Bisa-bisanya aku berharap ia menjabat tanganku." Geramnya dalam hati merutuki kebodohannya.
***
"Permisi Tuan Marcel," Bulan menghampiri Asisten boss nya itu.
"Ada yang bisa saya bantu nona?" Marcel berdiri dari duduknya.
"Tolong tunjukkan dimana ruangan yang akan saya tempati nanti."
"Tempatnya tepat di samping ruangan Tuan Dirga, nona." Marcel menunjukkan ruangan tersebut.
" Baiklah Tuan Marcel terimakasih. Besok saya akan mulai bekerja. Mohon bimbingannya." Bulan berkata dengan sopan.
"Tentu nona. Dengan senang hati bisa membantu anda." Marcel tersenyum dengan manisnya.
Setelah keluar dari perusahaan tempat ia akan bekerja, Bulan berencana untuk berbelanja ke mall terlebih dahulu untuk membeli beberapa helai baju kerjanya. Sedikit untuk melupakan kekesalan hatinya. Pasalnya Pak tua itu tidak mengatakan bila ia akan di tempatkan sebagai sekretaris pribadinya. Kalau tahu dari awal ia pasti akan menolak tawaran itu. Karna pasti selalu di hadapan kan dengan wajah sok gantengnya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ikutin terus lanjutan ceritanya ya guys.... Jangan lupa like, komen, and vote 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
karakter wanita yg tegas dan mandiri Bulan
2024-11-13
0
Cahyaning Fitri
lanjut....tetep semangat 💪💪💪
2022-05-18
0
Na_Ar
Aku mampir ;")
2022-03-07
0