Lintang beranjak membawa piring makanan ke bawah, tapi Yuji sudah menekan tombol agar seseorang naik ke atas.
"Duduk dan temani suamimu disini !"
Lintang lalu memberikan air minum untuk suaminya. Yuji merasa sangat bahagia saat ini. Mungkin jika terus seperti ini dia akan mampu melawan dan sembuh dari penyakit lakn*tnya ini.
Salah satu pelayan cafe masuk dan membawa piring tadi. Menunduk hormat pada Yuji dengan sangat canggung. Lintang yang melihatnya menyunggingkan senyuman.
"Kenapa tersenyum seperti itu huh? " Yuji bertanya sambil membuka kancing lengan kemejanya. Lintang langsung menyambarnya dan menggulung kemeja suaminya dengan rapi.
Yuji dengan senang hati menyodorkan tangan satunya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Lin? "
"Yang mana lagi abang....? " Sibuk menggulung lengan kemeja panjang suaminya dengan rapi, tanpa menoleh.
"Kenapa tersenyum, ,saat ada pelayan tadi?" Lintang sudah terbiasa dengan Yuji yang suka membelai rambut lebat panjangnya.
"Oh.. itu. "
"Itu loh Bang, mereka itu takut dengan abang. Terlihat galak serem."
"Haaaah. "
"Makanya jangan marah - marah melulu, jadi tu urat - urat jadi menegang. Tambah tua. " Kembali tersenyum, membuat Yuji gemas dan menoel-noel pipi mulusnya.
"Ihhhhh kebiasaan. " Menepis tangan Yuji.
"Loe nggak suka Lin? "
"Nggak suka. "
Aksi nakalnya berhenti saat handphonenya berbunyi. Lintang dengan jeli melihat siapa yang meneleponnya. Yuji beranjak menuju balkon untuk menjawabnya.
Sementara Lintang langsung mengambil jaket dan benda pipihnya. Lalu dengan segera berlari turun ke bawah. Tak lupa dia bilang kepada salah satu pelayannya, jika ingin meninggalkan cafe.
Mata Yuji membola saat melihat dari balkon, melihat tiga motor sport dengan model yang sama berhenti dengan cogan-cogan keren alias cowok ganteng yang keren, bahkan lebih keren dari dirinya. Seumuran dengan istrinya. Terlihat menyalami istrinya.
Mereka nampak berbincang serius satu sama lain. Yuji mematikan sambungan telepon secara sepihak dan bergegas lari ke bawah. Rahangnya mengeras melihat bagaimana istrinya dengan ramah berbincang dengan mereka.
Yuji secepat kilat masuk ke dalam mobilnya dan membuntuti istrinya. Mengacak rambutnya frustrasi saat mengingat kejadian tadi yang membuat hatinya panas terbakar.
Motor mereka berhenti di sebuah bank ternama. Namun hanya Lintang dan satu cowok yang masuk. Sementara dua cowok ganteng dan dua cewek lainnya hanya menunggu di luar. Yuji semakin dibakar api cemburu saat melihat Lintang keluar sambil tertawa gembira dengan cowok ganteng tadi.
Sejenak mereka berkumpul dan terlihat Lintang menaruh backpacknya di depan. Lintang terlihat menghubungi seseorang dan menoleh ke arah suaminya. Yuji sangat kaget mendengar handphonenya berbunyi.
"Lintang.... "Gumannya.
"Ya halo. " Tergagap seperti maling ketangkap.
"Aku bukan ODP Bang, ngapain abang kepoh ngikutin Lin? Udah sana urus pelac*rmu itu! "
"Loe cemburu? " Yuji kepedean.
"Hahahah najis dah cemburu, yang benar sajalah saingan ma pelac*r..Bang. " Membuat teman-temannya menahan tawa. Yuji santai saja dengan mulut bar barnya.
"Udah sana pergi, kasihan tu mobil baru, ntar lecet dan hancur. Pelac*rmu bakal kecewa nggak bisa ngerasain naik mobil mewah. " Ada penekanan disetiap kata-katanya.
TUT
"Hahahhahaa gila loe Lin, bar bar abis. " Teman-temannya tertawa.
"Somplak memang loe. " Salah satu cewek menimpali.
"Udah ach, makin lama makin gila mikirin pak tua mesum itu. " Melajukan motornya dengan pelan sementara yang lain melindunginya dari arah samping kiri dan kanan serta belakang.
Ternyata istri kecilnya ini lebih pintar darinya. Lintang bahkan tahu dirinya sedang diikuti. Yuji menyandarkan kepalanya pada kursi mobilnya. Yuji hanya mampu menghela nafas panjang. Mood nya hancur gara-gara Duree.
Perkataan Lintang terus berputar seperti gulungan kaset yang telah rusak, putar lagi dan berputar lagi. Kali ini sindirannya menembus ke lubuk hatinya. Ada rasa tak suka dan kebencian yang terkandung didalamnya.
"Kau benar-benar membuatku gila. "
Yuji memutuskan untuk pulang dan menunggunya untuk penjelasan, karena telah pergi tanpa pamit pada suaminya dulu.
PANTI JOMPO AMANAH
Deru suara motor gede memenuhi halaman panti yang luas itu. Panti yang terletak di puncak bukit yang sangat indah, hijau dan asri. Sebuah panti milik almarhumah mamanya. Warisan dari sang kakek dari mama.
Bangunan semi permanen yang kokoh dan sangat nyaman. Tempat beberapa para lansia yang sengaja dititipkan dan ada yang memang ditelantarkan oleh anggota keluarganya. Di panti itu ada ibu panti, yang bernama Umi Aisah dan beberapa staff, dari dokter, suster dan pembantu. Mereka volunteer sejak mamanya Lintang masih hidup.
Almarhumah mamanya adalah dokter spesialis kejiwaan. Wanita berdarah Jepang-Belanda. Sedangkan papanya bergerak dalam bidang usaha cafe. Bukan orang kaya tapi berkecukupan. Dari kecil sudah diajarkan dengan baik bagaimana menjadi seorang yang gemar berbagi dan berempati. Memiliki jiwa sosial tinggi.
Sampai ia menyanggupi ide konyol abang angkatnya Yuji demi membuat ayahnya bahagia. Uang yang Yuji berikan, Lintang sumbangkan untuk kesejahteraan panti. Dia bertahan dari dua usaha cafe miliknya.Tanpa mengusik 3 kartu pemberian suami.
Hari sudah sore, tapi mereka masih asyik mengobrol dengan para staff dan ibu panti. Lintang dan kawan-kawan masih satu kampus namun berbeda jurusan. Mereka tergabung dalam komunitas peduli amanah yang diketuai Lintang sendiri.
***
ATMOJO HOUSE
Tuan Haris sedang ditemankan suster cantik Sabrina. Pintar dan cantik serta ramah. Sabrina tengah memeriksa tekanan darahnya saat Yuji masuk.
Yuji menatap fokus pada apa yang suster itu lakukan. Ia sangat protektif dan posesif jika itu mengenai ayahnya. Rela membayar dengan gaji super mahal hanya untuk ayahnya.
"Gimana keadaan ayah sus? "
"Tuan besar baik dan sehat tuan. Tekanan darahnya juga normal. " Berlalu meninggalkan mereka berdua, anak dan bapak.
"Kenapa mukamu kusut seperti itu son? "
"Hehehhe nggak apa - apa yah. " Mendorong kursi rodanya ke ruang santai.
Tuan Haris tau ,sekarang ini Yuji mulai dekat dengan adik angkatnya itu dan sudah jatuh hati padanya.
"Kenapa, berantem lagi ya? "
"Tidak yah. " Mengangkat tubuh ayahnya dan mendudukkannya di sofa empuk itu.
"Dia pulang agak larut, ada kegiatan bersama rekan-rekannya di panti."
"Panti, panti mana yah? " Yuji bertanya lagi.
"Panti Jompo Amanah, milik mendiang almarhumah mamanya. "
Yuji tersenyum mendengar penuturan ayahnya. Kata ayahnya, Lintang juga telah minta izin pada ayahnya semalam.
"Dia bukan seperti jal*ngmu yang gila harta. Jadi jangan perlakukan dia dengan memamerkan uangmu. "
"Yah.... "
"Meski urakan dia tulus menolong dan menjaga ayah dengan baik. Jadi jika kamu hanya ingin mempermainkan perasaannya, baik kamu sudahi saja. "
DUAR
Yuji tak menyangka jika ayahnya sendiri berkata seperti itu.
"Tidak yah.. aku.. aku.... " Terbata bingung mau bagaimana menjelaskan pada ayahnya.
"Ayah sudah tahu dengan akal bulusmu itu, jadi ini adalah peringatan awal dariku. "
"Yah.... "
Mereka terdiam saat mendengar derap langkah kaki mendekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sulati Cus
kabuuuuur dr si beo yg ada akhlak
2022-03-15
1