Sudah hampir 2 bulan pernikahan kontrak ini berjalan. Lintang tidak perlu mengurus suaminya, awal memang mereka tinggal terpisah. Tetapi sebulan yang lalu Yuji pindah ke rumah utama. Biasanya tinggal di penthouse pribadinya.
Tugas Lintang hanya fokus menjaga ayah mertuanya sekaligus ayah angkatnya. Beliau lumpuh setelah mengalami kecelakaan bersama mendiang almarhumah istri.
Yuji, Tuan Haris dan Lintang tengah berada di meja makan, menikmati makan malam dalam diam dan tenang. Tampak Yuji tidak berkedip menatap kesungguhan Lintang merawat ayahnya, dengan baik menyajikan makanannya. Setelah selesai mereka duduk bersama di ruang santai utama.
Tuan Haris adalah sosok yang terbuka dan akrab. Beliau menyukai keterbukaan dalam keluarga. Karena itu beliau menerapkannya pada Yuji dari dulu lagi dan sekarang kepada Lintang. Agar terjadi keakraban dan saling terbuka dengan semua masalah.
"Makan dulu yah buahnya!" Lintang memberikan buah yang telah di kupasnya. Sembari membenarkan posisi duduk ayahnya dengan baik. Semua itu tak luput dari penglihatan Yuji. Terlihat dia menyunggingkan senyuman.
"Terima kasih banyak nak.... " Lintang tersenyum dan mengangguk.
" Oh ya.. bagaimana kuliahmu nak? " Menoleh ke arah Lintang dengan mulut penuh buah.
"Lin.. mau break dulu yah. Ada kerjaan yang harus Lin selesaikan secepatnya. "
Yuji tidak mau menyela, dia hanya diam mendengarkan percakapan mereka. Sejak menikahi Lintang, Yuji jarang sekali melihat senyuman atau canda tawa dari adik angkatnya itu. Lintang semakin hari juga makin jarang bercakap dengannya. Bahkan lebih sering mengangguk dan menggeleng. Kalaupun Lintang buka suara, itupun hanya dua atau tiga patah kata saja. Sangat ngirit suara.
"Kapan rencana mau berikan ayah cucu.. nak? " Yuji terlihat gelagapan. Sedangkan Lintang terbatuk mendengar ayahnya menanyakan hal sakral itu. Dadanya tiba-tiba sesak.
"Uhuk.. uhuk.... " Yuji langsung menepuk-nepuk punggung Lintang. Tapi Sang Empunya langsung melotot menatapnya.
"Kalau makan tuh pelan-pelan, nggak ada yang minta. " Menyodorkan segelas air putih.
"Maaf ayah.... " Duduk mendekat pada Tuan Haris, dengan cepat Lintang mengambil bantal sofa dan menaruhnya disebelahnya, menghindar dari Yuji untuk tidak semakin mendekat.
"Stop disitu! jangan mendekat. " Kata-katanya melalui bahasa matanya. Yuji malah terkekeh dibuatnya. Istri kecilnya itu sungguh imut dan polos.
Lintang menghembuskan nafas panjang, ia bingung dan takut mau menjawabnya seperti apa. Karena selama ini baik dirinya dan Yuji terikat kontrak dengan sedondon peraturan. Dirinya sangat hati-hati dan menjaga jarak dari predator penjahat kelam*n di sebelahnya. Meski mereka sah suami istri, tapi bagi Lintang hal itu sangatlah sulit, mengingat pernikahan ini hanya untuk menutupi segala perilaku buruknya dari dunia luar. Lintang hanya menyandarkan badannya pada bahu ayahnya itu.
"Ayah takut ,ayah tak mampu melihat cucu -cucu ayah jika ayah keburu dipanggil yang di Atas. " Tampak kesedihan di raut muka beliau. Beliau juga tahu kondisi rumah tangga anaknya itu.
"Usiamu juga sudah sangat matang untuk punya anak. Sudahi petualangan burukmu itu!' Tuan Haris hanya pasrah tapi ia selalu berdoa agar anak kandungnya bisa bertobat sesegera mungkin. Dapat hidayah dari Sang Maha Pencipta untuk menjadi seorang yang lebih baik.
Lintang berpura-pura tidak mendengarnya, sedangkan Yuji menjawab dengan asal.
"Secepatnya ayah." Membuat Lintang gemetaran.
Hari semakin larut dan mereka memutuskan untuk beristirahat. Lintang mengantarkan ayahnya ke kamarnya. Lalu berlalu menuju paviliun belakang khusus untuk dirinya. Yuji masih duduk di sofa saat Lintang melewatinya.
"Lin.. kita perlu bicara! " Serius.
"Lin.. ngantuk Bang, maaf. " Mencoba menghindar.
"Besok saja Bang.. ya? " Memohon karena memang Lintang tidak suka dan sebisa mungkin tidak berdekatan dengannya.
"Sebentar saja. " Akhirnya Lintang kembali duduk di sofa. Kali ini mereka duduk berjauhan. Lintang di pojok kiri senangkan suaminya Yuji di pojok sebelah kanan.
Beberapa menit berlalu hanya ada kesunyian, sampai akhirnya Lintang buka suara.
"Ada apa sih Bang? Buruan! " Sudah mulai galaknya.
"Apa kamu tidak kasihan ma ayah Lin....? " Yuji tiba-tiba menyinggung ayahnya. Lintang menaikkan alisnya heran. Yuji sendiri tersenyum licik, karena sudah mampu masuk pertahanan Lintang.
"Maksudnya abang ini apa sih? Tumben sekali ingat dan peduli ayah. Biasanya juga sibuk ma urusan selangkang*n." Dengan berani Lintang menyindirnya.
"Lin.. mau tidur, ngantuk. " Bangun dari duduknya.
"Stop. Duduk dulu! " Lintang mendudukkan bokongnya kembali dengan malas. Waspada jika Yuji macam-macam.
Yuji mendekat dan ditahan oleh Lintang.
"Jangan cuba-cuba mendekat." Membuat Yuji semakin gemas.
"Lin...."
"Hmmmm. "
"Kita revisi perjanjian kita ya. "
"Nggak. Enak saja main revisi. Abang pikir perjanjian itu, novel ya? Sesuka hati main revisi. " Kesal sekali.
"Demi ayah Lin.... " Merayu.
"Nggak bisa. Jangan gunakan ayah sebagai alasan. "
"Tapi Lin...." Tiba-tiba dari pintu ruang tamu muncul wanita sexy dengan baju kurang bahan. Dengan senyum mengembang mendekat dan langsung duduk menghimpit Yuji. Wanita itu tanpa malu mencium Yuji di depan Lintang, istrinya.
Lintang menatapnya dengan dingin sekali. Tersenyum getir, lagi dan lagi harus melihat adegan langsung tanpa sensor dari suaminya sendiri bersama perempuan bayarannya.
Meski hatinya perih, ia mencoba untuk bersikap tenang dan acuh. Lintang sesegera mungkin berpaling dan setengah berlari meninggalkan suaminya sendiri.
Yuji mengusap rambutnya kasar. Hatinya mulai resah. Entah kenapa tatapan itu seakan menghujam bagai belati menusuk hatinya. Yuji juga akui, jika sangat sulit untuk menundukkan Lintang, istri kecilnya itu.
"Sebaiknya kau pergi, jangan khawatir gajimu. Akan aku transfer sekarang. "Suaranya berubah berat dengan emosi di dalamnya.
Wanita itu bingung bercampur heran dengan bosnya itu. Tubuhnya yang setengah tel*nj*ng dihempaskan begitu saja oleh Yuji. Stella terlihat sangat geram dan tingkah tidak biasa Yuji.
Dengan cepat merapikan pakaianmya dan berlalu meninggalkan rumah Yuji.
Sementara Lintang tak mampu memejamkan matanya. Rasa kantuknya hilang, mengingat adegan tadi. Ia lalu keluar paviliun dan duduk di kursi taman. Malam ini gelap sekali ,ditemani angin malam yang berhembus dengan kencangnya. Lintang mendongak ke atas, tetapi malam ini sama sekali nggak ada bintang - bintang bertebaran. Terasa sunyi sekali.
Bersandar pada bangku panjang itu, Lintang menitikkan air mata. Mensyukuri hidupnya .Ia mencoba memejamkan matanya tapi bunyi ponselnya, mengganggu suasana.
"Ya halo. "
"Ini aku.. Lin. Maaf malam-malam ibu ganggu. "
Ibu panti yang menghubungi tampak tidak enak hati, karena telah menelponnya malam hari. Tetapi ibu panti merasa tidak enak jika tidak menghubungi Lintang segera.
"Oh iya bu ada apa? "Lintang dengan ramah.
"Ibu ingin berterimakasih banyak kepadamu, terimakasih atas bantuannya Lin.... "
"Sama-sama bu, semoga bermanfaat ya. Lagipula tidak seberapa..kok. " Lintang dengan tersenyum manis .
"Alhamdulillah amin amin amin. Terima kasih banyak nak, malam. "
"Malam. "
TUT
TUT
TUT
Lintang masih enggan untuk masuk. Dinginnya angin malam seakan tidak berpengaruh padanya. Masih setia duduk ditemankan angin malam.
Yuji berdiri tak jauh dari tempat itu. Ingin mendekat tapi pasti Lintang akan marah dan menjauhinya. Lintang akan merasa mual jika berdekatan dengan suaminya itu.Tak jarang juga, Lintang langsung muntah. Entah karena apa tapi itu yang selalu terjadi.
≠≠\=≠\=\=\=\=\=\=
Si Lintang jijik kali ya? Suaminya tukang celup 🤣🤣🤣.
Thanks to all reader, all the support. And to be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sukses
2023-08-01
0
Sulati Cus
pdhl bukan teh celup tp hobi gelap celup😂
2022-03-15
0
Sulati Cus
astaga knp jd pgn nyanyi dinginnya angin malam ini menerpa tubuhku
namun tdk dapat dinginkan panasnya hatiku ini
2022-03-15
0