Mau kemana Mas?
Tanya Rania, saat Mas Tejo sudah berdandan rapi lengkap dengan semerbak harum parfume beraroma maskulin favoritnya.
"Ada meeting sama klien.."
Jawab Mas Tejo sambil lalu, kemudian mengambil ponsel untuk mengetik sebuah pesan.
"Alya panas mas, dari tadi rewel terus, nggak mau makan"
Keluh Rania sambil membawa anak bungsunya yang terus menangis di gendongan.
"Namanya anak kecil wajar kalau nangis, apalagi lagi sakit, sudah dikasih obat?"
Jawab Mas Tejo dengan mata tak lepas dari ponselnya.
"Meeting apalagi Mas? Kemarin kan sudah meeting? Malam sebelumnya juga? Apa setiap malam selalu ada meeting? Ini kan malam minggu. Kapan Mas meluangkan waktu buat keluarga. Anak-anak juga masih butuh Ayahnya."
Rania tak tahan untuk tidak mengomeli suaminya. Rania lelah melakukan semuanya seorang diri. Mengurus rumah dan mengurus anak-anak benar-benar membuat energinya terkuras. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi juga lelah hati dan pikirannya. Apalagi belakangan ini dia sama sekali tak merasakan kehadiran suaminya. Mas Tejo jarang sekali ada dirumah. Saat sekalinya berada dirumah, hanya fisiknya saja yang hadir, ekspresinya datar dan tak ada antusiasme yang terpancar, entah hati dan pikirannya sedang berkelana kemana. Rasanya semua beban kini tertumpu di pundak Rania. Rasa lelah, penat, kesal, bosan, marah, semua berkumpul jadi satu. Entah kemana semua perasaan negatif itu akan dilampiaskan. Rania rasanya ingin meledak.
"Arrgh, kamu cerewet banget sih, sudah aku bilang aku ada meeting."
Jawab Mas Tejo tanpa merasa bersalah. Rania sudah benar-benar menangis sekarang. Suara tangisnya seakan berlomba dengan tangisan Alya yang terus meronta di gendongannya. Tapi Mas Tejo tetap tidak peduli.
"Maaf, tapi aku benar-benar harus pergi sekarang. Aku sudah terlambat."
Jawab Mas Tejo akhirnya. Dengan berat hati Mas Tejo tetap melangkah pergi. Di pintu saat menjumpai Mbok Sum, Mas Tejo menyampaikan pesan.
"Mbok Sum, Saya harus pergi sekarang, minta tolong titip Ibu sama anak-anak, tolong dibantu, hubungi saya kalau ada apa-apa"
"Baik Den"
Jawab Mbok Sum dengan patuh. Mbok Sum adalah pembantu kepercayaan keluarga Tejo yang sudah mengabdi sejak Tejo masih kecil.
Mas Tejo akhirnya meluncur meninggalkan rumah dengan sedan hitamnya.
"Bu...Ibu kenapa nangis?"
Tanya Rendra, anak sulung Rania yang berusia sembilan tahun.
"Nggak papa nak, nggak papa."
Rania menjawab asal, tak siap dengan kedatangan anak sulungnya. Lalu buru-buru dihapusnya air mata di wajahnya. Bagaimapun kacaunya hati dan pikirannya, Rania ingin tetap terlihat baik-baik saja di depan anaknya.
"Alya sayang...ciluk ba"
Rendra mencoba menghibur adik kecilnya yang masih menangis. Tangisan Alya seketika terhenti, berganti dengan senyum manis yang melengkung dari mulut mungilnya.
"Lala dimana Kak?"
Rania menanyakan keberadaan anak keduanya pada Rendra.
"Ketiduran Bu, tadi habis makan terus kita main sebentar terus si Lala malah ketiduran deh"
Jawab Rendra sambil menjelaskan panjang lebar.
"Sini biar kakak gendong, Alya sayang...jangan rewel ya...nanti Ibu capek.."
Rendra mengambil alih Alya dari gendongan Ibunya, lalu mengajak Alya bercakap-cakap seolah Alya mengerti apa yang dia katakan. Rendra, anak laki-laki sulungnya memang amat manis dan pengertian. Dengan senang hati Rendra membantunya menjaga adik-adiknya dan mengajak mereka bermain.
Alya menjadi lebih tenang saat berada di gendongan Rendra. Beberapa saat kemudian Alya yang kekelahan jatuh tertidur. Rendra menidurkan adiknya di tempat tidur lalu Rania menyusui bayinya sambil menyentuhkan punggung tangannya ke kening bayinya. Alya masih panas. Tapi setidaknya sementara waktu Alya sudah tertidur dan tidak rewel. Rania memilih ikut beristirahat bersama anak-anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Endang Priya
perjuangan istri yg tak dihargai..
2022-04-28
1
Chaca Veikha
baca y kak
2021-12-06
0
Chaca Veikha
suka
2021-12-06
0