Bab 5

Sudah satu minggu lebih Karin tak bertemu dengan Mas Tejo, kekasih hatinya. Walaupun masih merasa kesal dengan insiden di pertemuan terakhir mereka, tapi tetap saja Karin merasa rindu. Apalagi jika mendapat pesan dan kata-kata manis dari Mas Tejo. Meskipun hanya lewat benda ajaib bernama telepon seluler, tapi getarannya nyata dirasakan Karin. Skripsi Karin sudah hampir selesai, paling lambat bulan depan Karin akan maju sidang. Hari-hari Karin yang semakin lengang belakangan ini membuat perasaan rindunya makin tak terbendung. Tapi apa daya, Mas Tejo masih saja sibuk dengan urusannya yang entah apa.

Jadi, dari pada bengong dan sakit karena menahan rindu, Karin akhirnya memilih pergi bersama teman-temannya. Girls day out! Bersama dua sahabatnya, yang kadang super jahil dan rese, tapi juga super setia kawan. Risa dan Rara.

"Jadi si Om lagi sibuk apa nih, sampai-sampai lo dianggurin begini?"

Cecar Rara tanpa perasaan.

"Gak tau gue, urusan kelas pejabat kali, gue dianggap masih bocah"

"Nggak bisa gitu donk Rin! Katanya udah ngajak merid, masak masih ada rahasia-rahasiaan, bahaya tahu! Lo juga harus aktif, interogasi! Kalo perlu mata-matain tu calon lakik lo!"

Sahut Risa ikut menanas-manasi.

"Ah, lebay amat, tar dikiranya gue lagi yang cinta mati"

"Makan tu gengsi! Emang lo udah cinta mati, kalau nggak ngapain mau dinikahin sama om-om?"

Karin dibuat mati kutu di serang dua sahabatnya. Meski kata-katanya pedas, tapi sebenarnya nasehat itu untuk kebaikannya. Tapi Karin tak punya cukup keberanian untuk menuruti nasehat kedua sahabatnya, karena hubungannya dengan Mas Tejo tergolong rumit.

"Udah ah, gue keluar sama kalian pengen refreshing, biar nggak keinget terus sama Mas Tejo, eh malah yang dibahas dia lagi dia lagi!"

"Cie...cie... yang lagi kangen berat! Obatnya rindu cuma satu Rin...ketemu! Kalau cuma refreshing tar pulang juga lo udah kangen lagi!"

Celoteh risa tak mau kalah. Karin benar-benar menyerah menghadapi dua sahabatnya.

"Udah-udah, makan yuk...gue yang traktir deh!"

"Hah? Beneran Rin?? Yuk...yuk pilih makanan paling mahal, mumpung mau ditraktir nih sama soon to be Mrs.Tejo Suseno, hahaha"

Tawa mereka berderai di atas kemalangan Karin. Sementara Rara dan Risa sedang sibuk memilih resto mana yang akan mereka kunjungi, Karin memilih menyibukkan diri dengan mengecek ponsel. Siapa tahu ada kabar dari Mas Tejo.

Arrgh. Kenapa lagi-lagi otakku selalu dipenuhi oleh manusia itu.

Karin merutuki kebodohannya sendiri.

Untunglah sebuah pesan whatsapp berhasil mengalihkan perhatian Karin.

Karin, lo sibuk banget ya sekarang? Gue perlu ngomong sesuatu sama lo. Kalo udah ada waktu, please kabarin gue ya?

Itu pesan dari Dito, sahabat Karin sejak kecil sekaligus tetangga satu komplek. Yang setiap orang meihat kedekatan mereka selalu menyangka bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Hey Dito, apa kabar? Nggak sibuk-sibuk banget kok. Tar sore gimana? kamu ada waktu?

Menghabiskan waktu bersama Dito sepertinya ide yang bagus, begitu pikir Karin

"Ih udah senyum-senyum aja si Karin, gimana? Mas Tejo mu udah muncul?"

Tanya Rara yang melihat raut wajah Karin berubah jadi sumringah.

"Bukan Mas Tejo, ini Dito! Emang dia doang satu-satunya orang di dunia ini yang bisa bikin gue senyum!"

"Nah itu lo tahu, laki-laki baik bukan Mas Tejo doang Rin! Kalo kata gue sih, si Dito lebih oke."

"Kok jadi bawa-bawa Dito segala sih? Beda kasus lah, Dito kan bff (best friend forever) gue!"

"Nggak ada salahnya kan, sahabat jadi cinta? Malah bagus lagi udah saling tahu baik busuknya, jadi nggak kaget."

"Eh, kita makan sushi aja gimana? Udah lama nih gue ngidam belum kesampean!"

Kata Risa saat mereka melewati sebuah restoran jepang, yang otomatis mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Boleh deh, kayaknya di resto itu ada ramennya juga kan? Gue lagi pengen yang pedas dan berkuah!"

Timpal Rara menyetujui usulan Risa.

"Ok, gue ngikut aja, yang penting sahabat-sahabat gue happy"

Jawab Karin. Akhirnya mereka masuk dan sibuk memilih menu di restoran jepang itu. Sejenak melupakan perdebatan Mas Tejo vs Dito.

"Serius kan Rin, lo yang traktir, gue mau

pilih yang mahal nih?"

Tanya Rara tanpa rasa malu.

"Seriuslah, kapan sih gue pernah bohong?"

"Ya pasti pernahlah, siapa yang nggak pernah bohong? Cuma masalahnya ketahuan atau nggak?"

"Ngomong-ngomong lo ada rasa curiga nggak sama Mas Tejo, gimana kalau misalnya dia bohongin lo?"

"Eh, kok jadi kesitu lagi sih ngomongnya? Udah ah buruan pesennya, gue laper!"

Setelah dua sahabatnya selesai menuliskan pesanan, Karin segera memanggil pelayan untuk menyerahkan pesanan mereka.

"Gue bakal bayarin, asal kalian berhenti ngomongin Mas Tejo selama kita makan!"

"Wah, ada syarat dan ketentuan ternyata!"

"Jadi habis makan boleh ngomongin lagi dong?

"Shut up!"

Teriak Karin putus asa.

"Hahahaha"

Rara dan Risa, puas menertawakan Karin.

"Ini terakhir deh Rin, Btw sebenarnya gue nggak ada maksud ngeledekin elo terus, tapi gue beneran ngerasa nggak srek aja sama Mas Tejo lo itu. Tapi ya, kalau lo udah ngerasa yakin, gue cuma bisa doain, semoga ini yang terbaik dan semoga lo selalu bahagia dengan pilihan lo."

Kata Risa panjang lebar.

"Wuih, bisa bijak juga lo Ris, gue idem aja deh kalau gitu, nggak bakat gue"

Rara menimpali.

"Iya deh, makasih banyak perhatiannya"

Setelah itu acara mereka benar-benar steril dari pembicaraan tentang Mas Tejo. Meskipun sempat merasa panas dengan sindiran sahabatnya, tapi Karin amat menikmati kebersamaan itu. Entah setelah menikah nanti apakah Karin masih bisa mencuri waktu untuk sekedar berkumpul dan jalan-jalan dengan sahabatnya.

Mereka menikmati makanan sambil mengobrol santai. Risa yang belum lama ini putus dari pacarnya tak menampakkan kesedihan sama sekali.

"Namanya pacaran ya kalau nggak nikah putus, kalau putus ya cari lagi, begitu saja kok repot"

Begitu kilahnya. Sedangkan Rara yang sejak lama tidak punya pacar juga santai saja menjalani hidupnya.

"Hidup gue bukan cuma buat cari pasangan aja. Masih banyak hal yang harus gue kejar. Kalau cuma ngurusin pertanyaan orang nggak akan ada habisnya, toh mereka cuma nanya, tapi nggak ngasih kita makan"

"Yup, setuju!"

Setelah selesai makan, mereka berkeliling di pusat perbelanjaan untuk sekedar cuci mata.

"Jangan lama-lama cuci matanya, takut khilaf"

Kata Rara, mengingatkan Risa yang sedang menimang-nimang sebuah tas yang cukup mahal untuk ukuran kantong mereka.

"Iya tahu gue mah beli tas beginian cuma bisa sekali buat lima tahun"

Jawab Risa.

"Kalau Karin sih sekarang nggak perlu ngiler lihat beginian, yang dikasih Mas Tejo, pasti berkali lipat lebih mahal dari ini"

"Ya emang begitu, semua ada plus minusnya, tinggal kitanya aja, mau ngeluh atau bersyukur, lagian kita yang pilih jalan kita sendiri"

Risa kembali mengeluarkan petuah bijaknya.

"Udahan yuk pulang, tar keburu hujan lagi."

Merekapun akhirnya bergegas pulang.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Tri Yanuarti

Elizabeth Tri Yanuarti

Thor Karin itu sdg kuliah S1 atau S2? Sblmnya dibilang tesis tp di bab ini skripsi

2022-01-17

0

Chaca Veikha

Chaca Veikha

makin menarikk

2021-12-06

0

Chaca Veikha

Chaca Veikha

keren

2021-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!