" aku di depan rumahmu, kau ada dirumah kan??"
" Yoga??!!"
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Andin langsung melompat dari ranjang nya. Melihat keluar jendela. Dan benar saja, laki-laki penguntit itu sudah berdiri disana dan melambaikan tangannya pada Andin.
Andin salah mengiranya sejak dulu. Ia kira laki-laki ini polos dan pendiam. Namun sejak ia memberitahu alamat rumahnya, Yoga hampir setiap hari datang ke rumahnya. Di waktu yang tidak pernah Andin duga.
" kamu ngapain kesini?? Emang bazar nya udah selesai?" tanya Andin menghampirinya.
" udah."
" trus sekarang apa?"
" aku mau ajak kamu main."
" maaf, aku gak bisa. Aku.."
" bentar aja, pliss.."
" aku bener-bener gak bisa, Yoga."
" tapi Andin.."
" udah cukup!! Yoga, maaf ya. Tapi aku udah bener-bener gak bisa. Kamu tuh udah bikin aku terganggu banget. Dan perihal tadi siang aku cuman pengen boneka itu aja, udah. Sebagai teman aja udah bisa kan ngasih sesuatu secara gratis? Bukan karena aku nanggepin kamu terus, itu artinya aku ngasih harapan lebih ke kamu. Enggak!!" ujar Andin seraya pergi meninggalkan Yoga.
" Andin, dengerin aku dulu.." Yoga berusaha menahan tangan Andin.
" udah, pliss.. Gak usah dateng-dateng lagi kesini. Gak usah kasih aku barang-barang apapun lagi. Kamar aku udah penuh. Dan hati aku gak akan pernah bisa untuk kamu tempati."
Hanya kalimat itu yang membuat Yoga benar-benar patah hati. Ya, memang ia berharap banyak karena Andin selalu menerima apa yang ia beri dengan senang hati. Tapi ia tak menyangka Andin akan se benci itu pada dirinya. Sebenarnya apa yang salah pada diri Yoga? Bukankah akhir-akhir ini Andin baik-baik saja?
" sial!! Ternyata aku lagi pms. Pantesan rasanya kesel banget hari ini." ujar Andin melihat ada bercak darah di celananya.
Ia tak peduli dengan Yoga yang masih berdiri di luar sana entah sampai kapan, ia langsung tidur dengan lelap malam itu juga.
Esok harinya.
" Hai, Andin."
" kak Leo?"
...
...
Sosok kakak senior idola kaum hawa di sekolah sedang menyapa Andin saat ini. Bagaimana ia tidak begitu kaget dan terpesona?
" lho, kamu kenal aku?" tanya kak Leo.
" siapa sih disini yang enggak kenal sama kakak. Justru aku yang harusnya nanya. Kok kakak bisa kenal sama aku?" tanya Andin.
" ohh, itu.. Aku lihat kamu lomba dance kemarin. Kamu bagus banget."
" oh, ya? Makasih ya.."
" Andin, kamu pulang sekolah hari ini ada acara gak?"
" kenapa emangnya?"
" aku mau ajak kamu jalan-jalan, boleh?"
" bo.. Boleh. Boleh aja kok. Aku gak ada acara hari ini."
" yaudah aku tunggu di depan parkiran ya pulang sekolah nanti. See u, bye!!" ujar kak Leo seraya pergi karena bel masuk sudah berbunyi.
Andin melompat kegirangan. Ia seakan menang lotre. Siapa yang tidak menyangka bahwa cowo paling populer di sekolah ini mengajaknya kencan. Hah?? Kencan?? Apa iya ini bisa dianggap kencan?
" senyum aja teruss!! Kayak orang gila ya kamu, hari ini senyum-senyum sendiri ajaa terus."
" kak Leo ngajak aku jalan-jalan sore ini."
" apa?? Beneran kamu?"
" ya, iyalah. Masa aku bohong sih. Kamu bayangin aja, ya.. Kalo semua orang sekolah lihat aku dibonceng kak Leo, pasti semua bakalan iri sama aku."
" bukan iri, kamu pasti jadi buronan mereka di esok hari."
" ihh, Jia. Gak support aku banget, sih."
" yaa, yaa.. Aku support, deh. Fighting ya, Ann!! Jangan sampai lolos."
" oke!!"
Tiba akhirnya bel pulang pun tiba. Andin mulai gugup. Tapi bukan Andin namanya kalau tidak bisa mengatasi ketakutannya. Ia segera merapikan diri dan dengan berani keluar menghadapi situasi. Dan saat tiba di tempat parkir, ia tidak melihat kak Leo disana.
" Andin?? Nunggu siapa?"
" eh, Yoga?? Itu aku.. Ehm.."
" kalo gak nunggu siapa-siapa, ikut aku aja yuk?" ujar Yoga seraya menepuk jok belakang motornya.
" maaf, tapi aku udah ada yang jemput."
" siapa??"
" ehh, Andin. Kamu disini rupanya. Aku nyariin kamu, lho." kak Leo yang baru saja tiba.
" ohh, kamu bareng kak Leo. Yaudah gak apa-apa. Aku duluan, ya." ujar Yoga.
" ehh, Yoga.." entah kenapa Andin tiba-tiba ingin menahan Yoga.
Mungkin karena ia masih tidak enak dengan ucapannya kemarin malam. Ya, kemarin malam memang kalimatnya terlalu berlebihan.
" kita berangkat?" tanya kak Leo.
" iya, kak."
Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya mereka tiba di sebuah cafe. Tempatnya bagus dan tidak terlalu ramai. Mereka memilih tempat diluar ruangan agar bisa lebih leluasa.
...
...
" mau pesen apa?"
" apa aja boleh." ujar Andin singkat.
" oh, ya Ann. Aku boleh tanya sesuatu?"
" apa?"
" kamu sama anak cowo yang tadi itu. Siapa ya namanya.. Ohh, ya. Yoga. Kalian pacaran?"
" eehhh enggak, kok. Siapa yang bilang begitu?"
" aku tanya-tanya sama orang terdekat kamu. Mereka bilang kamu hampir tiap hari deket sama yang namanya Yoga. Dan aku tebak laki-laki itu pasti yang tadi mau nganterin kamu pulang, kan?"
" dia emang namanya Yoga. Tapi aku gak terlalu deket sama dia. Dianya aja yang selalu ngikutin aku terus."
" ya, wajar juga sih. Cewe secantik kamu mana mungkin gak punya fans kaya dia."
" ahh, kakak bisa aja."
Dari kejauhan Yoga menatap kebersamaan keduanya. Pertama kali ia melihat pipi Andin yang begitu memerah saat dipuji. Tak pernah Andin se tersipu malu itu ketika Yoga memujinya. Senyum bahagia itu, mungkin murni. Tapi yang selalu Andin berikan pada Yoga, bukan senyumnya yang asli.
" btw, kalo kamu memang belum punya pacar.. Kayanya aku boleh dong ya, nawarin diri aku buat jadi pacar kamu?"
" lho, emang kakak mau gitu jadi pacar aku?"
" itu juga kalo kamu nya mau."
Sebenarnya Andin tinggal menjawab iya, tapi entah kenapa ia begitu berat. Padahal kesempatan ini sangatlah langka. Menjadi pacar dari seseorang yang ia idolakan itu hal yang luar biasa. Entah kenapa rasanya Andin belum bisa mengatakan iya.
" kak, aku bukan nolak ya. Tapi kayanya kita perlu saling mengenal lebih jauh dulu, deh. Walaupun, ya.. Aku salah satu fans kakak di sekolah. Tapi aku tidak se-fanatik mereka yang hampir tahu seluruh keseharian kakak. Aku perlu tau kakak orangnya gimana, cocok gak sama aku, dan.."
" iya, Andin. Aku udah ngerti kok. Aku juga gak minta kamu buat jawab sekarang. Kita jalanin aja dulu, oke?"
" ya, oke." jawab Andin.
Hatinya kembali bersorak ria. Tak menyangka kak Leo memiliki sikap selembut ini pada wanita. Kenapa barusan ia tidak menjawab iya saja!!
Keesokan harinya.
" Jiaaaa!!"
" ehh, astaga mak lampir makan sate pak Dadang. Kamu kenapa sih?? Ngagetin aku aja!!"
...
...
" latah kamu belum sembuh-sembuh, ya?"
" aku obatin gimanapun, kalo yang bikin penyakitnya kumat ngikutin aku terus yaa aku bisa apa??"
" yaudah deh, maaf. Aku ditembak kak Leo, lho."
" hahh?? Seriusan? Terus kamu terima??"
" belum. Aku mau tahu dia bakalan sanggup nunggu aku sampai kapan."
" halah!! Besok juga pasti kak Leo udah jadian sama yang lain."
" lho, kenapa kamu malah bilang gitu sih!!"
" lah emang iya. Kak Leo itu ya, walaupun pesonanya terkenal di seluruh penjuru sekolah ini. Sifatnya yang selalu gonta-ganti cewe, semua orang juga udah tau!"
" kalo dia emang serius sama aku gimana?"
" ya, up to you. Kamu udah dewasa dan bisa milih mana yang terbaik buat kamu. Tapi kalo patah hati jangan nangis nya ke aku yaa.." Jia pergi meninggalkan Andin.
" ihh, Jia. Kok kamu tega banget sih!!" Andin mengejar temannya itu.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Andin segera berlari mengambil tas nya. Ya, ia sudah memutuskan jawabannya. Dengan antusias ia menanti kedatangan idolanya itu. Walau memang tidak ada janji temu hari ini, tapi Andin yakin kak Leo pasti akan lewat jalan ini.
Review kak Leo lagi dong!! Boleh, lah..
...
...
...
...
...
...
Udah meleleh belum nih?? 😆
" kak!! Kak Leo!! Berhenti bentar, kak."
" ehh, Andin?? Ada apa?"
" kakak ada waktu gak? Aku ada hal yang mau dibicarakan."
" bisa lain waktu boleh gak? Aku ada urusan hari ini."
" tapi, kak. Ini perihal kemarin. Aku udah tau jawaban.."
" nanti aja, ya. Aku lagi buru-buru. Dahh!!"
" kak!! Tunggu dulu!!"
Kak Leo pergi begitu saja dengan motornya. Dan Andin terus mengejarnya bagai gadis gila. Namun tak disangka kak Leo berhenti di ujung gerbang sana. Dari kejauhan Andin melihat kak Leo membonceng gadis lain.
" oh, jadi begitu.. Itu urusan mendadaknya." gumam Andin pilu.
" benar kata Jia.." gumamnya lagi.
Saat Andin masih tertunduk lesu melihat kesempatannya telah hilang, sebuah motor melintas lambat di sampingnya. Andin sempat bertatapan dengan pengemudi motor itu.
" Yoga??" ujarnya pelan.
Namun Yoga tetap melaju tanpa menyapa Andin. Padahal mereka sempat bertatapan. Bukan, bukan itu yang membuat Andin kaget. Ia pertama kalinya melihat Yoga membonceng seorang wanita dibelakangnya. Siapa dia??
" Yoga punya pacar?" gumam Andin.
" gak mungkin!! Masa iya dia udah bisa pindah kelain hati secepat itu."
" lah kenapa juga aku peduli sama dia!!" gumamnya seraya dengan kesal menendang boneka besar pemberian Yoga waktu itu.
Tidak, bukan pemberian. Tapi perampasan secara paksa.
To be continue..
Next yaaa!! 😆😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments