Siang itu ketika matahari sedang terik-teriknya. Di dalam sebuah restoran yang tidak terlalu besar,seorang gadis muda dengan seragam pelayan tampak sangat sibuk. Bergegas ke sana kemari mengantarkan pesanan,selesai mengantar pesanan ia bergegas lagi karena mendapat panggilan dari pelayan lain.
Peluh bahkan sudah membanjiri wajah cantiknya. Memang selama bekerja di sini,ia banyak mendapat perlakuan tak adil bahkan dari sesama pelayan. Mereka seenaknya memerintahkannya untuk menggantikan tugas yang seharusnya mereka lakukan.
Ingin rasanya ia memarahi takdir yang keterlaluan kejamnya itu. Tapi apa daya,ia tidak bisa. Mau ia melawan mereka,tapi ia juga tak bisa. Ia sangat butuh pekerjaan ini untuk ibunya yang kini sakit-sakitan,belum lagi saat ini mereka kini sedang di kejar-kejar rentenir karena hutang yang di miliki almarhum ayah kandungnya. Sungguh malang.
Restoran ini adalah satu-satunya restoran yang mau menerimanya untuk bekerja. Jadi seberat apapun masalahnya di sini,sebisa mungkin ia harus bertahan.
♡♡♡
"Sya!!!" Panggil salah satu wanita bertampang judes dengan seragam pelayan pada gadis yang kini tengah mencuci gelas dan piring kotor.
Gadis itu menoleh dengan raut masam. Pekerjaan yang satu ini saja belum selesai tapi sudah di panggil lagi. Ia yakin pasti kali ini akan di suruh-suruh lagi.
"Iya kak,kenapa??" Tanya gadis itu sembari memasang kembali apron yang tadi sempat di tanggalkannya.
Wajah wanita tadi masih tak bersahabat." Kamu lagi ngapain sih di sini?? Tugas kamu tuh di depan nganterin pesanan. Liat sana ke depan,pengunjung sedang ramai-ramainya lalu kamu enak-enakan nyantai di sini."
"Nyantai katanya?? Heh curut gue lagi mandiin mayat lu di sini." Batinnya berontak.
"Maaf mbak. Tapi tadi mbak Tari yang suruh saya nyuci piring ke sini."
"Loh memangnya iya? Kapan saya ngomong kayak gitu? Alasan kamu doang itu,sudah cepat ke sana. Saya laporin manajer loh kamu!!" Bentak wanita yang di panggil Tari tadi.
Pasrah,itulah yang bisa ia lakukan. Dengan langkah gontai gadis itu berjalan meninggalkan dapur dan kembali ke dalam restoran.
Memang benar yang di katakan mbak Tari tadi,di depan pengunjung sangat ramai. Tanpa berlama-lama lagi ia segera meraih buku menu dan mulai berjalan ke arah meja pengunjung.
"Sassya!! Sini dulu!!"
"Apalagi ini." Gadis bernama yang ternyata bernama Sassya itu membatin dengan jengkel.
Ia berbalim dengan raut wajah kesal,namun hanya bertahan sedetik karena setelah itu ia langsung tersenyum kala tahu jika yang barusan memanggilnya adalah Pak Beni,sang manager cafe.
"Ada yang bisa saya bantu pak??" Tanya Sassya sopan. Kepalanya menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatan.
Pak Beni mengangguk." Kamu antarkan pesanan ini ke ruang VIP. Jangan buat kesalahan,ingat kamu berurusan dengan orang penting." Ujar manager tersebut dengan menekankan kalimat akhirnya.
Tangan Sassya seketika melemas. Jika orang penting,kenapa harus dia yang antarkan,kenapa bukan pelayan senior.
Ia takut membuat kesalahan yang dapat membuatnya kehilangan pekerjaan.
"Sassya kamu dengar tidak??!!" Tanya Pak Beni dengan nada sedikit membentak membuat Sassya gelagapan.
"Iya-iya pak. Akan saya antarkan. Segera." Sassya mengambil alih buku berisi list pesanan tadi,membacanya dengan seksama. Setelah itu ia beranjak untuk mengambil pesanan.
Usai mengambil pesanan yang isinya hampir satu nampan besar,Sassya dengan hati-hati membawa pesanan tersebut menuju ruang VIP. Heran padahal di sana tadi ada dua pelayan yang sedang free,kenapa tapi kenapa mereka tak ada niatan untuk membantunya.
"Sabar Sassya,orang sabar jidatnya lebar." Batin Sassya mencoba menghibur dirinya.
Begitu sampai di ruang VIP. Sassya tak kunjung masuk. Bagiamana mau masuk,kedua tangannya memegang nampan dan pintunya tertutup. Ia tidak bisa meraih handle pintu.
"Ngapain lo di situ??"
"Eh."
Hampir saja Sassya oleng karena kaget. Ternyata yang menyapanya adalah salah seorang pelayan laki-laki yang kebetulan lewat.
"Bantuin gue Ram,bukain pintu." Ujar Sassya pada pria yang bernama Rama tadi.
"Di kerjain pelayan lain lagi??" Tanyanya sambil membantu mengambil alih nampan yang Sassya pegang.
Sassya hanya bisa mengangguk pasrah. Ya setidaknya dari sekian banyak pelayan yang jahat di sini. Masih ada satu orang yang cukup baik padanya,dan dia adalah Rama,cowok yang kini berada di depannya.
"Makasih ya Ram." Ujar Sassya setelah membuka pintu.
Rama mengangguk sembari menyerahkan kembali nampan tadi pada Sassya. "Yang sabar,nanti pulang gue anter." Ujarnya.
"Sipp." Balas Sassya setengah berbisik,setelah itu ia masuk ke dalam.
Di dalam sana tampak empat orang pria tengah sibuk berdiskusi dengan beberapa buat map di atas meja dan juga dua buah laptop yang tampak masih menyala.
"Permisi." Ucap Sassya sopan walaupun sedikit ragu-ragu.
Salah satu dari keempat orang itu menoleh membuat Sassya langsung menunduk takut.
"A..anu tuan. Saya mau mengantarkan pesanan ke sini." Ujar Sassya terbata-bata. Bagaimanapun ia dulu sempat viral karena masalahnya dan ibunya. Jadi jangan sampai wajahnya ini menimbulkan masalah jika mereka sampai kenal.
"Suruh dia antarkan ke sini cepat. Jangan membuang-buang waktu."
Salah seorang pria yang wajahnya tidak dapat Sassya lihat,tampak memberi perintah pada pria yang sedari tadi menatap Sassya.
"Antarkan pesanannya kemari nona." Ujarnya setelah beberapa saat.
Sassya mengangguk dan berjalan dengan hati-hati menuju meja tersebut. Setelah berhasil meletakkan masing-masing pesanan,ia segera berlalu.
"Bagaimana kerjasama tuan Sky dengan nona Michelle? Saya dengar tuan berhasil ya mengajak nona Michelle untuk membangun proyek danau buatan di lokasi X?"
"Begitulah."
"Anda hebat tuan Sky,baru dua minggu di Indonesia,anda sudah berhasil mengaet pengusaha muda seperti beliau."
"Kalau di pikir-pikir kalian mungkin akan cocok. Hahaha."
Sassya yang bermaksud keluar,malah memelankan langkahnya. Diam-diam ia menguping ketika mendengar satu nama yang menurutnya terdengar tak asing.
Apakah orang yang mereka sebut itu orang yang sama? Jika ia,pasti sekarang orang tersebut sudah bahagia dengan kehidupan barunya. Pastinya juga orang tersebut sudah melupakan keberadaannya dan ibunya. Memangnya siapa ia hingga berharap di ingat? Ia hanya sampah menjijikan.
"Klek." Sassya menutup pintu dengan pelan setelah berhasil berjalan ke luar.
Hatinya mendadak sesak,setetes air mata tiba-tiba saja jatuh dari pelupuk matanya.
"Hiks. Aku kangen kalian."
♡♡♡
"Baik selamat siang Tuan Sky,terimakasih untuk kerjasamanya hari ini."
Sebuah pembicaraan yang menjadi penutup pertemuan seorang pria super sibuk yang baru dua minggu lalu kembali ke Indonesia. Ya pria itu tak lain adalah Sky Aska Ghatama. Calon penerus perusahaan Ghatama Company.
Sebuah perusahaan properti yang menduduki posisi ke lima sebagai perusahaan terbesar se-Asia.
"Tuan setelah ini anda harus menemui nona Michelle di cafe Xx. Tadi pagi asisten beliau sudah menghubungi,kalau nona Michelle akan tiba di sana pukul 13.00 nanti."
"Satu lagi tuan,tadi nona Sandra asisten pribadi nona Michelle memberitahu jika nona Michelle sudah menginvestasikan dana sebesar 30 miliar sebagai bentuk persetujuan awal kerjasama dengan perusahaan kita. Tidak menutup kemungkinan juga nona Michelle akan menanamkan saham di perusahaan kita,setelah proposal di tanda-tangani. Jadi segera temui nona siang ini tuan."
Suara asisten pribadi Aska terdengar memberitahu bosnya jika ia masih ada janji temu dengan seseorang. Aska tampak mengangguk paham.
"Sebaiknya kau kembalilah ke kantor. Masih banyak hal yang harus diurus. Aku akan menemui nona Michelle sendiri,karena tidak mungkin juga aku mengirim mu sendiri untuk menemui orang sepenting nona Michelle."
Aska tampak membagi tugasnya pada Alex. Bukan apa-apa,pekerjaannya saat ini sedang padat-padatnya. Jadi daripada menyia-nyiakan banyak waktu,baik ia berbagi tugas dengan sang asisten.
"Tapi tuan tidak apa-apa jika harus ke sana sendiri?" Tanya Alex khawatir mengingat tuannya itu baru tiba di Indonesia,dan pasti belum terlalu tau banyak tentang ibukota .
"Tak apa!! Kembalilah ke kantor,aku sudah menyuruh orang untuk menjemputmu. Aku bisa bawa mobil sendiri ke sana." Jawab Aska meyakinkan.
"Baik tuan kalau begitu saya permisi tuan. Oh iya satu lagi tuan,nona Michelle tidak suka orang yang terkambat. Jadi usahakan tuan tepat waktu nantinya. Ujar Alex mengingatkan sambil beranjak dari duduknya dan membungkuk pada Aska,sebelum meninggalkan pria itu sendiri di meja cafe tempat mereka bertemu klien tadi.
"Sudah jam 12.20,masih ada sedikit waktu. Aku harus bergegas,agar tidak membuat nona Michelle menunggu." Ujar Aska pada dirinya sendiri.
Tanpa menunggu waktu lama,Aska segera meraih beberapa berkas yang berada di atas meja tadi dan beranjak dari kursinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments