Love In Jiu War

Love In Jiu War

Chapter 1 : Pendekar Buruk Rupa

Sekte Taman Langit adalah salah satu sekte menengah yang berada di Kekaisaran Kuru. Sekte itu telah dihancurkan oleh Sekte Cakrawala Hitam yang merupakan salah satu dari sepuluh sekte aliran hitam terbesar di Kekaisaran Kuru.

Lima puluh tahun yang lalu, seorang pemuda yatim piatu bernama Feng Huang menemukan Kitab Bintang Di Surga yang disimpan di Hutan Kumalawyuha, penemuan kitab itu membuat gempar dunia persilatan Kekaisaran Kuru.

Selama puluhan tahun terakhir tidak ada satupun orang yang menginjakkan kakinya di Sekte Taman Langit. Sebuah tempat yang telah terabaikan selama puluhan tahun kini akan menjadi akhir dari perjalanan menyepi sang Pendekar Buruk Rupa.

Sekte Taman Langit pernah menjadi salah satu tempat yang paling indah di Kekaisaran Kuru. Kediaman sekte ini berada di antara Pegunungan Tiangan. Bahkan terdapat Istana Langit di Sekte Taman Langit. Tetapi sekarang tempat kediaman Sekte Taman Langit sudah menjadi tanah tandus dan kering, bahkan tempat itu berganti nama menjadi Taman Kematian.

Kini seorang pria yang terlihat berumur tiga puluhan tahun walau sebenarnnya dirinya berumur seratus dua puluh dua tahun, sedang memegang Kitab Bintang Di Surga ditangannya, pria yang memiliki julukan Pendekar Buruk Rupa itu sedang berada di Taman Kematian.

Keberadaannya di Taman Kematian hanya ingin mengenang masa lalunya, namun takdir berkata lain. Ketika dirinya ingin menyendiri ternyata ribuan pendekar dari aliran hitam sudah mengepungnya, mereka ingin mengambil dan memiliki kitab yang dipercaya memiliki kekuatan yang diluar nalar manusia tersebut.

"Senior Huang, serahkan kitab yang ada ditanganmu itu padaku!" ucap seorang pendekar dari aliran hitam sedang menatap Pendekar Buruk Rupa yang bernama Feng Huang.

"Buruk rupa, serahkan kitab itu padaku, maka kau akan mati tanpa merasakan sakit sedikitpun!" ucap salah satu Pendekar Tingkat Tinggi yang merupakan anggota dari Sekte Cakrawala Hitam.

"Aku tidak menyangka pendekar berwajah buruk itu, merupakan anak dari Tuan Putri Kelima!" sahut Pendekar Tingkat Hitam dari Sekte Merah Darah.

Pria yang dipanggil dengan sebuatan buruk rupa itu memiliki nama Feng Huang, jika tidak memiliki wajah yang terbakar maka pria tersebut akan terlihat sangat tampan, tetapi ketampanannya membuatnya mengalami malapetaka dimasa lalu.

Feng Huang mengerutkan dahinya, karena saat ini dia sedang galau merenungi hidupnya tetapi telinganya sedikit gatal ketika mendengar ucapan para pendekar yang mencaci dan menghina dirinya sesuka hati mereka, bahkan yang lebih parah mereka menghiraukan perasaan hati Feng Huang yang sedang terluka.

"Karena wajahku lebih tampan darinya, pangeran sialan itu membakarku di ruangan kamar yang telah dia jebak, sehingga aku berakhir menjadi seperti ini!" batin Feng Huang mengingat kembali beberapa tahun yang lalu ketika dirinya masih muda, kala itu dia mengikuti turnamen pertarungan antar sekte seluruh kekaisaran.

"Aku tidak bisa melindungi orang yang kucintai, bahkan ketika ada seorang Tuan Putri jatuh cinta padaku, semua itu sirna ketika wajahku terbakar dan berakhir seperti ini!" gumam Feng Huang yang menghiraukan hinaan dan cacian dari puluhan pendekar dihadapannya.

"Dia mencampakkanku, bahkan yang lebih parah dia menghinaku dengan tatapan jijik dan merendahkanku, ah sial!" jeritan hati Feng Huang yang semakin larut dalam khayalannya, pikirannya menari - menari terbang jauh ke masa lalunya. Kemudian dirinya tertawa ketika mengetahui orang yang telah mencampakkannya adalah seorang anak dari orang yang telah membunuh kedua orang tuanya. Saat itu Feng Huang merasa benar - benar bodoh dan dipermainkan.

"Kalian menginginkan ini?" tanya Feng Huang dengan sopan kepada ribuan pendekar aliran hitam yang sudah siap untuk menyerangnya.

"Serahkan kitab itu! Apapun tindak kejahatan kami, kaisar akan mengaibaikannya!" teriak salah satu Pendekar Suci dari Sekte Cakrawala Hitam.

"Hahaha... aku tidak menyangka aliran hitam berhasil menguasai seluruh dunia persilatan Kuru!" sahut seorang Pendekar Hitam.

Feng Huang menatap langit yang tenang dan terang, dirinya tersenyum setelah beberapa saat dia menarik pedang yang tersarung dengan rapi dipinggangnya.

"Sepertinya kau terlalu percaya diri!"

"Kita habisi dia secara bersamaan!"

"Lihat tampang bodohnya itu, hanya dengan melihatnya saja benar - benar membuatku muak!"

Puluhan pendekar dari aliran hitam mencaci maki Feng Huang, mereka tertawa dan merendahkan Feng Huang dengan serendah - rendahnya.

Feng Huang tersenyum tipis sambil memejamkan matanya dan mengeluarkan tenaga dalamnya.

"Sayap Kebebasan." gumam Feng Huang pelan kemudian muncul sayap berwarna campuran Biru Muda dan Jingga muncul di punggung Feng Huang, bagian kiri terlihat sayap berwarna Biru Muda sedangkan bagian kanan terlihat sayap berwarna Jingga.

Ribuan pendekar dari aliran hitam terkejut melihat hal itu dan meningkatkan kewaspadaan mereka, karena mereka melihat raut wajah Feng Huang yang terlihat begitu murka.

Feng Huang tersenyum sinis sambil mengibaskan kedua sayapnya itu hingga angin berhembus ke arah ribuan pendekar aliran hitam. Dia menatap langit sebentae kemudian Feng Huang mengepakkan sayapnya dan terbang melesat ke atas langit yang membentang luas diatasnya.

Feng Huang mengejek ribuan pendekar dari aliran hitam yang terlihat kebingungan dibawah sana, beberapa Pendekar Suci dari aliran hitam terbang mengejar Feng Huang namun tak dapat mengejarnya.

Feng Huang terbang semakin tinggi dan menembus awan, ini adalah hal yang baru baginya ketika melihat lautan awan yang membentang dengan luas dihadapannya.

"Jadi ini pemandangan dibalik awan?" gumam Feng Huang yang sedang menatap lautan awan.

Feng Huang menatap lautan awan dan menangis ketika mengingat kehidupannya yang begitu menyakitkan, bahkan selalu terpikir dibenaknya untuk mengakhiri hidupnya karena dia sudah terlalu muak dengan segalanya. Alasan mengapa Feng Huang tetap melanjutkan hidup walau sesulit dan sesakit apapun itu, karena janji yang telah mereka berdua buat bersama pujaan hatinya yang telah tiada. Feng Huang tidak ingin dunia tahu perasaannya, terserah apa perkataan mereka dia tetap mencintai kekasihnya yang telah tiada walau maut sudah memisahkan mereka.

"Aku ingin terjatuh dari ketinggian ini dan terhempas lepas tanpa arah ke bawah." gumam Feng Huang memandang dataran tanah dan pegunungan di bawahnya.

Feng Huang berharap ada seseorang yang menopangnya dan berbagi keluh kesah bersama dirinya, namun semua itu tak pernah terjadi sehingga Feng Huang lebih memilih menarik diri dari dunia yang menyebabkan mimpi beserta angannya tak tercapai.

"Bahkan langit hanya diam dan tidak peduli, jadi apa yang dimaksud dengan raihlah impianmu setinggi langit, hah!!!" teriak Feng Huang tertawa kecil sambil menatap langit yang ada didekatnya itu.

"Sudah cukup, aku ingin keluar dari perasaan hampa yang selalu menyelimutiku ini, aku sudah terlalu muak hidup seperti ini!" jerit hati Feng Huang kembali berteriak dia terus meneteskan air mata yang mengalir dengan deras dipipinya.

Feng Huang memohon, memohon dengan sangat, dirinya berharap jika diberi kesempatan kedua di kehidupan selanjutnya, ia ingin mendapatkan sesuatu yang selama ini dirinya inginkan, dan dirinya berharap diberikan akhir yang terindah untuk dirinya maupun orang yang ia cintai.

"Tidak ada yang namanya kesempatan kedua di kehidupanku!" ucap Feng Huang suaranya yang serak - serak basah terdengar begitu memilukan dan menyayat hati.

Walau banyak orang disekitar Feng Huang tetapi mereka tidak peduli dengannya, tidak ada satupun dari mereka yang menjadi tempat berbagi keluh kesah untuk Feng Huang.

Ketika Feng Huang menangis, awan disekitarnya berubah menjadi hitam dan petir bergemuruh hebat, suaranya begitu keras membuat lautan awan terbelah menjadi dua.

Ribuan pendekar aliran hitam yang berada di bawah sana terkejut melihat cuaca yang berubah dalam sekejap. Langit yang tadinya terang benderang berubah menjadi gelap.

Beberapa saat setelah langit berubah muncul kumpulan petir besar berbentuk Naga, kumpulan petir besar yang berbentuk Naga terlihat di atas seperti sedang berenang dibalik awan di atas langit yang sudah gelap. Mata Feng Huang melebar dan seluruh tubuhnya bergidik ketika melihat kumpulan petir yang membentuk Naga dihadapannya.

"Apa yang terjadi?" Feng Huang mengerutkan dahinya belum sempat dirinya menemukan jawaban, kumpulan petir besar itu menyambar tubuhnya dengan sangat cepat, petir yang menyambar dirinya membuat Feng Huang kehilangan kesadaran dan membuat tubuhnya jatuh terjun bebas kebawah dan melesat ke tanah

"Lihat, sungguh malang nasib orang itu!"

"Lihat Pendekar Buruk Rupa itu tersambar petir hahaha... "

"Tusuk tubuhnya dengan pedang kalian semua!"

Ribuan pendekar aliran hitam tertawa, mereka tertawa terbahak - bahak melihat Feng Huang yang tersambat petir dan jatuh melesat ke bawah.

Ketika tuhuh Feng Huang jatuh menyentuh tanah, ratusan pedang, tombak, golok dan senjata tajam lainnya menusuk seluruh bagian tubuhnya. Setelah itu salah satu pendekar mengambil Kitab Bintang Di Surga dan membuka isinya.

Feng Huang sudah menghembuskan napas terakhirnya, namun yang membuat pendekar aliran hitam terkejut adalah raut wajah Feng Huang yang tersenyum. Raut wajahnya seolah - olah mengatakan jika dia telah bebas dari beban yang membuatnya terus tersakiti dan hidup dalam kepura - puraan selama hidupnya.

Walaupun dirinya mati dengan cara yang mengenaskan. Tetapi bagi Feng Huang ini adalah sebuah akhir yang indah dan sangat memilukan baginya. Perasaan campur aduk itu tidak dapat lagi dia rasakan setelah mati.

Ketika pendekar yang mengambil Kitab Bintang Di Surga membuka isi kitab tersebut, alangkah terkejutnya dia karena di dalam kitab itu hanya terdapat kertas yang berisi sebuah penggalan puisi dari Feng Huang.

"Sial!" umpat Pendekar itu melempar kitab Bintang Di Surga pada tubuh Feng Huang.

Salah satu seorang pendekar mengambil dan membaca isi dalam kitab Bintang Di Surga.

Akhir-akhir ini, aku mulai lelah.

Di dunia yang tanpa ada kehadiran dirimu.

Aku sendiri, tanpa ada seorangpun yang mengerti.

Setiap malam aku menatap langit,

dan berharap kau melihatku dari atas sana.

Jika ada angin yang memberi pesanmu kepadaku.

Maka itu adalah hal yang paling kutunggu.

Aku hanya ingin mendengar suaramu.

Hanya suaramu?

Andai aku bisa, pasti kutepati.

Aku kan menepati janji yang kita buat saat itu.

Janji yang telah menghilang dan memudar, Bersama dengan dirimu yang terlalu rapuh untuk aku genggam.

Dan mungkin kan kutemukan.

Sutau saat nanti, suatu hari nanti.

Pengganti dirimu, belahan jiwaku.

Aku ingin kau tahu.

Aku berusaha melewati hari - hari terkelamku.

Jika ada seorang yang kuinginkan,

Seseorang itu hanyalah dirimu.

Dan, aku akan mendekapmu.

Hanya mendekapmu?

Malaikat dengarkan aku.

Dengarlah jeritan hatiku.

Kenapa kau ambil dia.

Kenapa kau datang dan menghancurkan.

Tuhan, jika kau memberikan kesempatan kedua, dalam kehidupanku selanjutnya.

Maka pertemukan aku dengan dirinya.

Aku ingin menebus penyesalan yang menghantuiku sepanjang hidupku.

Aku akan menemukannya.

Aku akan menemaninya.

Tidak akan kubiarkan siapapun merenggutnya.

Dan, Aku akan menjaganya.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku ingin mendekap tubuhmu.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku ingin hidup bersamamu.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku akan menjagamu sepanjang hidup dan matiku.

Pendekar yang membaca penggalan puisi Feng Huang menangis setelah membaca isi dalam kitab tersebut. Pendekar tersebut berduka dengan kematian Feng Huang.

Feng Huang mengingat kembali, bagaiamana akhir perjalanan hidupnya yang mati mengenaskan. Bahkan sebelum mati dia ditusuk ratusan senjata tajam. Dan, sebelumnya dia juga tersambar oleh petir dari atas langit dan terjatuh ke bawah. Sungguh akhir yang malang bagi Feng Huang.

"Tak kusangka... aku akan mati dalam keadaan masih perjaka. Kalau aku diberikan kesempatan kedua dan bereinkarnasi, maka aku akan menikah dengan wanita yang kucintai!" batin Feng Huang mengingat kehidupan hampa penuh makna yang ia jalani selama seratus dua puluh dua tahun itu.

Kehidupan yang sulit, membuatnya selalu mencoba bunuh diri. Bahkan dia mati dengan cara yang mengenaskan, tetapi rencana yang telah diatur oleh sang pencipta mengantarnya mengalun kearah yang tak terduga dan diberikan kesempatan kedua untuk menebus penyesalannya.

Terpopuler

Comments

Muh Kamal

Muh Kamal

menarik sih

2022-12-19

0

Rian Cappuchino

Rian Cappuchino

Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."

Kutunggu kedatanganmu.

Terima kasih

2021-02-02

1

Aka Xin

Aka Xin

Sambil nungguin up, Jangan lupa berkunjung dan mampir sebentar untuk membaca ke novel karya pertama saya "Pendekar Pedang Pengembara".

Ditunggu jejak nya.

2020-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Pendekar Buruk Rupa
2 Chapter 2 : Masa Lalu
3 Chapter 3 : Proses Persalinan
4 Chapter 4 : Harumi
5 Chapter 5 : Bayi Ajaib
6 Chapter 6 : Ming Fengying Dan Tsukuyomi Kenshin
7 Chapter 7 : Second Chance
8 Chapter 8 : Pertemuan 22 Samurai Pengikut Shingen
9 Chapter 9 : Penyusup
10 Chapter 10 : Sekte Mawar Hitam
11 Chapter 11 : Rencana Bayi Ajaib
12 Chapter 12 : Sembilan Tingkatan Pendekar
13 Chapter 13 : Ilmu Topeng
14 Chapter 14 : Bersama Tao Lulu
15 Chapter 15 : Ilmu Pengendali Hati
16 Chapter 16 : Memulai Rencana
17 Chapter 17 : Rencana Pangeran She
18 Chapter 18 : Penyusup Pengawal Kaisar Ming Long
19 Chapter 19 : Bala Bantuan Datang
20 Chapter 20 : Rencana Gagal
21 Chapter 21 : Akhir Dari Ketua Kelima Sekte Mawar Hitam
22 Chapter 22 : Burung Beo Ajaib
23 Chapter 23 : Kota Pinyin
24 Chapter 24 : Kedatangan Pangeran She
25 Chapter 25 : Kebusukan Pangeran She
26 Chapter 26 : Sekte Harimau Putih
27 Chapter 27 : Operasi Malam Di Bei
28 Chapter 28 : Penyerangan Sekte Malam Berdarah
29 Chapter 29 : Awal Pertempuran Malam Berdarah Di Bei
30 Chapter 30 : Pertempuran Di Sudut Kota
31 Chapter 31 : Kedatangan Bala Bantuan Dari Sekte Mawar Hitam
32 Chapter 32 : Kekuatan Katana Dewa Bulan
33 Chapter 33 : Pewaris Kekuatan Surgawi : Tsukuyomi
34 Chapter 34 : Bentrokan Di Sudut Kota
35 Chapter 35 : Akhir Dari Sekte Mawar Hitam
36 Chapter 36 : Senjata Kuno Tipe Pusaka : Cincin Petir
37 Chapter 37 : Terungkapnya Identitas Sang Pengkhianat
38 Chapter 38 : Gagalnya Rencana Xia Hu
39 Chapter 39 : Akhir Pertempuran Malam Berdarah Di Bei
40 Chapter 40 : Kuroma Henka
41 Chapter 41 : Kedamaian Di Bei
42 Chapter 42 : Pertumbuhan Ming Fengying
43 Chapter 43 : Berumur Lima Tahun
44 Chapter 44 : Penjaga Pintu Masuk Lembah Batu
45 Chapter 45 : Sekte Lembah Batu
46 Chapter 46 : Tabib Batu Awan
47 Chapter 47 : Yuan Shi
48 Chapter 48 : Hukuman Satu Minggu Penuh
49 Chapter 49 : Sampai Bertemu Empat Tahun Kemudian
50 Chapter 50 : Bangkitnya Pewaris Kekuatan Surgawi
51 Chapter 51 : Sang Merah
52 Chapter 52 : Shingen Dan Kenshin
53 Chapter 53 : Perkembangan Empat Tahun
54 Chapter 54 : Pernapasan Sirih
55 Chapter 55 : Fujin Dan Sanada
56 Chapter 56 : Meninggalkan Wilayah Bei
57 Chapter 57 : Asap Putih
58 Chapter 58 : Terlambat
59 Chapter 59 : Penyergapan
60 Chapter 60 : Salah Satu Dari Tiga Darah
61 Chapter 61 : Shingen vs Wang Zhou
62 Chapter 62 : Akhir Dari Organisasi Bertudung Putih
63 Chapter 63 : Kota Huaran
64 Chapter 64 : Tuduhan Pembunuh Bayaran
65 Chapter 65 : Saksi Mata Yang Diincar Pembunuh Bayaran
66 Chapter 66 : Ming Fengying menggoda?
67 Chapter 67 : Lebih Dingin Dari Pembunuh Bayaran
68 Chapter 68 : Soo Yun Gadis Dari Negeri Jisa
69 Chapter 69 : Buku Cerita Dari Luar Benua Jiu, Karya Syhpo?
70 Chapter 70 : Danau Qing
71 Chapter 71 : Penghuni Danau Qing
72 Chapter 72 : Kota Jinning
73 Chapter 73 : Zhao Meng Pemilik Perkumpulan Sakura Jernih Berguguran
74 Chapter 74 : Kebenaran, Pesta Ria Dan Rencana
75 Chapter 75 : Pergerakan Menyikap Kebenaran Kota Jinning
76 Chapter 76 : Kebusukan Seorang Pangeran Dan Gejolak Awal Di Kota Jinning
77 Chapter 77 : Peran Sebagai Pembunuh
78 Chapter 78 : Rumah Bordil Berdarah
79 Chapter 79 : Tanganku Terlalu Berdosa Untuk Menyentuhmu
80 Chapter 80 : Rumah Bordil Berdarah! 3 vs 3!
81 Chapter 81 : Matahari Terbit Di Kota Jinning
82 Chapter 82 : Meninggalkan Kota Jinning
83 Chapter 83 : Sekedar Memastikan! Kamu Dia Atau Bukan?
84 Chapter 84 : Pegunungan Tiangan
85 Chapter 85 : Istana Langit
86 Chapter 86 : Dua Prasasti Dan Kitab Yang Disembunyikan Lin Kin!
87 Chapter 87 : Permintaan Shingen Dan Jawaban Lin Kin
88 Chapter 88 : 3 Hari Sebelum Pertemuan Putih Suci Dimulai!
89 Chapter 89 : Pangeran Nakal Dan Tuan Putri Sayu
90 Chapter 90 : Jia Wu
91 Chapter 91 : Ruang Penghakiman Langit
92 Chapter 92 : Pertemuan Putih Suci
93 Chapter 93 : Pertemuan Putih Suci Bagian II
94 Chapter 94 : Pertemuan Putih Suci Bagian III
95 Chapter 95 : Pertemuan Putih Suci Bagian IV
96 Chapter 96 : Pertemuan Putih Suci Bagian V
97 Chapter 97 : Pertemuan Putih Suci Bagian VI
98 Chapter 98 : Penyusup Di Pegunungan Tiangan
99 Chapter 99 : She Liong
100 Chapter 100 : Rahasia Di Balik Ilmu Jiwa Pembangkitan
101 Sypho(Salah Satu Lima Penguasa Di Dunia)
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Chapter 1 : Pendekar Buruk Rupa
2
Chapter 2 : Masa Lalu
3
Chapter 3 : Proses Persalinan
4
Chapter 4 : Harumi
5
Chapter 5 : Bayi Ajaib
6
Chapter 6 : Ming Fengying Dan Tsukuyomi Kenshin
7
Chapter 7 : Second Chance
8
Chapter 8 : Pertemuan 22 Samurai Pengikut Shingen
9
Chapter 9 : Penyusup
10
Chapter 10 : Sekte Mawar Hitam
11
Chapter 11 : Rencana Bayi Ajaib
12
Chapter 12 : Sembilan Tingkatan Pendekar
13
Chapter 13 : Ilmu Topeng
14
Chapter 14 : Bersama Tao Lulu
15
Chapter 15 : Ilmu Pengendali Hati
16
Chapter 16 : Memulai Rencana
17
Chapter 17 : Rencana Pangeran She
18
Chapter 18 : Penyusup Pengawal Kaisar Ming Long
19
Chapter 19 : Bala Bantuan Datang
20
Chapter 20 : Rencana Gagal
21
Chapter 21 : Akhir Dari Ketua Kelima Sekte Mawar Hitam
22
Chapter 22 : Burung Beo Ajaib
23
Chapter 23 : Kota Pinyin
24
Chapter 24 : Kedatangan Pangeran She
25
Chapter 25 : Kebusukan Pangeran She
26
Chapter 26 : Sekte Harimau Putih
27
Chapter 27 : Operasi Malam Di Bei
28
Chapter 28 : Penyerangan Sekte Malam Berdarah
29
Chapter 29 : Awal Pertempuran Malam Berdarah Di Bei
30
Chapter 30 : Pertempuran Di Sudut Kota
31
Chapter 31 : Kedatangan Bala Bantuan Dari Sekte Mawar Hitam
32
Chapter 32 : Kekuatan Katana Dewa Bulan
33
Chapter 33 : Pewaris Kekuatan Surgawi : Tsukuyomi
34
Chapter 34 : Bentrokan Di Sudut Kota
35
Chapter 35 : Akhir Dari Sekte Mawar Hitam
36
Chapter 36 : Senjata Kuno Tipe Pusaka : Cincin Petir
37
Chapter 37 : Terungkapnya Identitas Sang Pengkhianat
38
Chapter 38 : Gagalnya Rencana Xia Hu
39
Chapter 39 : Akhir Pertempuran Malam Berdarah Di Bei
40
Chapter 40 : Kuroma Henka
41
Chapter 41 : Kedamaian Di Bei
42
Chapter 42 : Pertumbuhan Ming Fengying
43
Chapter 43 : Berumur Lima Tahun
44
Chapter 44 : Penjaga Pintu Masuk Lembah Batu
45
Chapter 45 : Sekte Lembah Batu
46
Chapter 46 : Tabib Batu Awan
47
Chapter 47 : Yuan Shi
48
Chapter 48 : Hukuman Satu Minggu Penuh
49
Chapter 49 : Sampai Bertemu Empat Tahun Kemudian
50
Chapter 50 : Bangkitnya Pewaris Kekuatan Surgawi
51
Chapter 51 : Sang Merah
52
Chapter 52 : Shingen Dan Kenshin
53
Chapter 53 : Perkembangan Empat Tahun
54
Chapter 54 : Pernapasan Sirih
55
Chapter 55 : Fujin Dan Sanada
56
Chapter 56 : Meninggalkan Wilayah Bei
57
Chapter 57 : Asap Putih
58
Chapter 58 : Terlambat
59
Chapter 59 : Penyergapan
60
Chapter 60 : Salah Satu Dari Tiga Darah
61
Chapter 61 : Shingen vs Wang Zhou
62
Chapter 62 : Akhir Dari Organisasi Bertudung Putih
63
Chapter 63 : Kota Huaran
64
Chapter 64 : Tuduhan Pembunuh Bayaran
65
Chapter 65 : Saksi Mata Yang Diincar Pembunuh Bayaran
66
Chapter 66 : Ming Fengying menggoda?
67
Chapter 67 : Lebih Dingin Dari Pembunuh Bayaran
68
Chapter 68 : Soo Yun Gadis Dari Negeri Jisa
69
Chapter 69 : Buku Cerita Dari Luar Benua Jiu, Karya Syhpo?
70
Chapter 70 : Danau Qing
71
Chapter 71 : Penghuni Danau Qing
72
Chapter 72 : Kota Jinning
73
Chapter 73 : Zhao Meng Pemilik Perkumpulan Sakura Jernih Berguguran
74
Chapter 74 : Kebenaran, Pesta Ria Dan Rencana
75
Chapter 75 : Pergerakan Menyikap Kebenaran Kota Jinning
76
Chapter 76 : Kebusukan Seorang Pangeran Dan Gejolak Awal Di Kota Jinning
77
Chapter 77 : Peran Sebagai Pembunuh
78
Chapter 78 : Rumah Bordil Berdarah
79
Chapter 79 : Tanganku Terlalu Berdosa Untuk Menyentuhmu
80
Chapter 80 : Rumah Bordil Berdarah! 3 vs 3!
81
Chapter 81 : Matahari Terbit Di Kota Jinning
82
Chapter 82 : Meninggalkan Kota Jinning
83
Chapter 83 : Sekedar Memastikan! Kamu Dia Atau Bukan?
84
Chapter 84 : Pegunungan Tiangan
85
Chapter 85 : Istana Langit
86
Chapter 86 : Dua Prasasti Dan Kitab Yang Disembunyikan Lin Kin!
87
Chapter 87 : Permintaan Shingen Dan Jawaban Lin Kin
88
Chapter 88 : 3 Hari Sebelum Pertemuan Putih Suci Dimulai!
89
Chapter 89 : Pangeran Nakal Dan Tuan Putri Sayu
90
Chapter 90 : Jia Wu
91
Chapter 91 : Ruang Penghakiman Langit
92
Chapter 92 : Pertemuan Putih Suci
93
Chapter 93 : Pertemuan Putih Suci Bagian II
94
Chapter 94 : Pertemuan Putih Suci Bagian III
95
Chapter 95 : Pertemuan Putih Suci Bagian IV
96
Chapter 96 : Pertemuan Putih Suci Bagian V
97
Chapter 97 : Pertemuan Putih Suci Bagian VI
98
Chapter 98 : Penyusup Di Pegunungan Tiangan
99
Chapter 99 : She Liong
100
Chapter 100 : Rahasia Di Balik Ilmu Jiwa Pembangkitan
101
Sypho(Salah Satu Lima Penguasa Di Dunia)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!