NovelToon NovelToon

Love In Jiu War

Chapter 1 : Pendekar Buruk Rupa

Sekte Taman Langit adalah salah satu sekte menengah yang berada di Kekaisaran Kuru. Sekte itu telah dihancurkan oleh Sekte Cakrawala Hitam yang merupakan salah satu dari sepuluh sekte aliran hitam terbesar di Kekaisaran Kuru.

Lima puluh tahun yang lalu, seorang pemuda yatim piatu bernama Feng Huang menemukan Kitab Bintang Di Surga yang disimpan di Hutan Kumalawyuha, penemuan kitab itu membuat gempar dunia persilatan Kekaisaran Kuru.

Selama puluhan tahun terakhir tidak ada satupun orang yang menginjakkan kakinya di Sekte Taman Langit. Sebuah tempat yang telah terabaikan selama puluhan tahun kini akan menjadi akhir dari perjalanan menyepi sang Pendekar Buruk Rupa.

Sekte Taman Langit pernah menjadi salah satu tempat yang paling indah di Kekaisaran Kuru. Kediaman sekte ini berada di antara Pegunungan Tiangan. Bahkan terdapat Istana Langit di Sekte Taman Langit. Tetapi sekarang tempat kediaman Sekte Taman Langit sudah menjadi tanah tandus dan kering, bahkan tempat itu berganti nama menjadi Taman Kematian.

Kini seorang pria yang terlihat berumur tiga puluhan tahun walau sebenarnnya dirinya berumur seratus dua puluh dua tahun, sedang memegang Kitab Bintang Di Surga ditangannya, pria yang memiliki julukan Pendekar Buruk Rupa itu sedang berada di Taman Kematian.

Keberadaannya di Taman Kematian hanya ingin mengenang masa lalunya, namun takdir berkata lain. Ketika dirinya ingin menyendiri ternyata ribuan pendekar dari aliran hitam sudah mengepungnya, mereka ingin mengambil dan memiliki kitab yang dipercaya memiliki kekuatan yang diluar nalar manusia tersebut.

"Senior Huang, serahkan kitab yang ada ditanganmu itu padaku!" ucap seorang pendekar dari aliran hitam sedang menatap Pendekar Buruk Rupa yang bernama Feng Huang.

"Buruk rupa, serahkan kitab itu padaku, maka kau akan mati tanpa merasakan sakit sedikitpun!" ucap salah satu Pendekar Tingkat Tinggi yang merupakan anggota dari Sekte Cakrawala Hitam.

"Aku tidak menyangka pendekar berwajah buruk itu, merupakan anak dari Tuan Putri Kelima!" sahut Pendekar Tingkat Hitam dari Sekte Merah Darah.

Pria yang dipanggil dengan sebuatan buruk rupa itu memiliki nama Feng Huang, jika tidak memiliki wajah yang terbakar maka pria tersebut akan terlihat sangat tampan, tetapi ketampanannya membuatnya mengalami malapetaka dimasa lalu.

Feng Huang mengerutkan dahinya, karena saat ini dia sedang galau merenungi hidupnya tetapi telinganya sedikit gatal ketika mendengar ucapan para pendekar yang mencaci dan menghina dirinya sesuka hati mereka, bahkan yang lebih parah mereka menghiraukan perasaan hati Feng Huang yang sedang terluka.

"Karena wajahku lebih tampan darinya, pangeran sialan itu membakarku di ruangan kamar yang telah dia jebak, sehingga aku berakhir menjadi seperti ini!" batin Feng Huang mengingat kembali beberapa tahun yang lalu ketika dirinya masih muda, kala itu dia mengikuti turnamen pertarungan antar sekte seluruh kekaisaran.

"Aku tidak bisa melindungi orang yang kucintai, bahkan ketika ada seorang Tuan Putri jatuh cinta padaku, semua itu sirna ketika wajahku terbakar dan berakhir seperti ini!" gumam Feng Huang yang menghiraukan hinaan dan cacian dari puluhan pendekar dihadapannya.

"Dia mencampakkanku, bahkan yang lebih parah dia menghinaku dengan tatapan jijik dan merendahkanku, ah sial!" jeritan hati Feng Huang yang semakin larut dalam khayalannya, pikirannya menari - menari terbang jauh ke masa lalunya. Kemudian dirinya tertawa ketika mengetahui orang yang telah mencampakkannya adalah seorang anak dari orang yang telah membunuh kedua orang tuanya. Saat itu Feng Huang merasa benar - benar bodoh dan dipermainkan.

"Kalian menginginkan ini?" tanya Feng Huang dengan sopan kepada ribuan pendekar aliran hitam yang sudah siap untuk menyerangnya.

"Serahkan kitab itu! Apapun tindak kejahatan kami, kaisar akan mengaibaikannya!" teriak salah satu Pendekar Suci dari Sekte Cakrawala Hitam.

"Hahaha... aku tidak menyangka aliran hitam berhasil menguasai seluruh dunia persilatan Kuru!" sahut seorang Pendekar Hitam.

Feng Huang menatap langit yang tenang dan terang, dirinya tersenyum setelah beberapa saat dia menarik pedang yang tersarung dengan rapi dipinggangnya.

"Sepertinya kau terlalu percaya diri!"

"Kita habisi dia secara bersamaan!"

"Lihat tampang bodohnya itu, hanya dengan melihatnya saja benar - benar membuatku muak!"

Puluhan pendekar dari aliran hitam mencaci maki Feng Huang, mereka tertawa dan merendahkan Feng Huang dengan serendah - rendahnya.

Feng Huang tersenyum tipis sambil memejamkan matanya dan mengeluarkan tenaga dalamnya.

"Sayap Kebebasan." gumam Feng Huang pelan kemudian muncul sayap berwarna campuran Biru Muda dan Jingga muncul di punggung Feng Huang, bagian kiri terlihat sayap berwarna Biru Muda sedangkan bagian kanan terlihat sayap berwarna Jingga.

Ribuan pendekar dari aliran hitam terkejut melihat hal itu dan meningkatkan kewaspadaan mereka, karena mereka melihat raut wajah Feng Huang yang terlihat begitu murka.

Feng Huang tersenyum sinis sambil mengibaskan kedua sayapnya itu hingga angin berhembus ke arah ribuan pendekar aliran hitam. Dia menatap langit sebentae kemudian Feng Huang mengepakkan sayapnya dan terbang melesat ke atas langit yang membentang luas diatasnya.

Feng Huang mengejek ribuan pendekar dari aliran hitam yang terlihat kebingungan dibawah sana, beberapa Pendekar Suci dari aliran hitam terbang mengejar Feng Huang namun tak dapat mengejarnya.

Feng Huang terbang semakin tinggi dan menembus awan, ini adalah hal yang baru baginya ketika melihat lautan awan yang membentang dengan luas dihadapannya.

"Jadi ini pemandangan dibalik awan?" gumam Feng Huang yang sedang menatap lautan awan.

Feng Huang menatap lautan awan dan menangis ketika mengingat kehidupannya yang begitu menyakitkan, bahkan selalu terpikir dibenaknya untuk mengakhiri hidupnya karena dia sudah terlalu muak dengan segalanya. Alasan mengapa Feng Huang tetap melanjutkan hidup walau sesulit dan sesakit apapun itu, karena janji yang telah mereka berdua buat bersama pujaan hatinya yang telah tiada. Feng Huang tidak ingin dunia tahu perasaannya, terserah apa perkataan mereka dia tetap mencintai kekasihnya yang telah tiada walau maut sudah memisahkan mereka.

"Aku ingin terjatuh dari ketinggian ini dan terhempas lepas tanpa arah ke bawah." gumam Feng Huang memandang dataran tanah dan pegunungan di bawahnya.

Feng Huang berharap ada seseorang yang menopangnya dan berbagi keluh kesah bersama dirinya, namun semua itu tak pernah terjadi sehingga Feng Huang lebih memilih menarik diri dari dunia yang menyebabkan mimpi beserta angannya tak tercapai.

"Bahkan langit hanya diam dan tidak peduli, jadi apa yang dimaksud dengan raihlah impianmu setinggi langit, hah!!!" teriak Feng Huang tertawa kecil sambil menatap langit yang ada didekatnya itu.

"Sudah cukup, aku ingin keluar dari perasaan hampa yang selalu menyelimutiku ini, aku sudah terlalu muak hidup seperti ini!" jerit hati Feng Huang kembali berteriak dia terus meneteskan air mata yang mengalir dengan deras dipipinya.

Feng Huang memohon, memohon dengan sangat, dirinya berharap jika diberi kesempatan kedua di kehidupan selanjutnya, ia ingin mendapatkan sesuatu yang selama ini dirinya inginkan, dan dirinya berharap diberikan akhir yang terindah untuk dirinya maupun orang yang ia cintai.

"Tidak ada yang namanya kesempatan kedua di kehidupanku!" ucap Feng Huang suaranya yang serak - serak basah terdengar begitu memilukan dan menyayat hati.

Walau banyak orang disekitar Feng Huang tetapi mereka tidak peduli dengannya, tidak ada satupun dari mereka yang menjadi tempat berbagi keluh kesah untuk Feng Huang.

Ketika Feng Huang menangis, awan disekitarnya berubah menjadi hitam dan petir bergemuruh hebat, suaranya begitu keras membuat lautan awan terbelah menjadi dua.

Ribuan pendekar aliran hitam yang berada di bawah sana terkejut melihat cuaca yang berubah dalam sekejap. Langit yang tadinya terang benderang berubah menjadi gelap.

Beberapa saat setelah langit berubah muncul kumpulan petir besar berbentuk Naga, kumpulan petir besar yang berbentuk Naga terlihat di atas seperti sedang berenang dibalik awan di atas langit yang sudah gelap. Mata Feng Huang melebar dan seluruh tubuhnya bergidik ketika melihat kumpulan petir yang membentuk Naga dihadapannya.

"Apa yang terjadi?" Feng Huang mengerutkan dahinya belum sempat dirinya menemukan jawaban, kumpulan petir besar itu menyambar tubuhnya dengan sangat cepat, petir yang menyambar dirinya membuat Feng Huang kehilangan kesadaran dan membuat tubuhnya jatuh terjun bebas kebawah dan melesat ke tanah

"Lihat, sungguh malang nasib orang itu!"

"Lihat Pendekar Buruk Rupa itu tersambar petir hahaha... "

"Tusuk tubuhnya dengan pedang kalian semua!"

Ribuan pendekar aliran hitam tertawa, mereka tertawa terbahak - bahak melihat Feng Huang yang tersambat petir dan jatuh melesat ke bawah.

Ketika tuhuh Feng Huang jatuh menyentuh tanah, ratusan pedang, tombak, golok dan senjata tajam lainnya menusuk seluruh bagian tubuhnya. Setelah itu salah satu pendekar mengambil Kitab Bintang Di Surga dan membuka isinya.

Feng Huang sudah menghembuskan napas terakhirnya, namun yang membuat pendekar aliran hitam terkejut adalah raut wajah Feng Huang yang tersenyum. Raut wajahnya seolah - olah mengatakan jika dia telah bebas dari beban yang membuatnya terus tersakiti dan hidup dalam kepura - puraan selama hidupnya.

Walaupun dirinya mati dengan cara yang mengenaskan. Tetapi bagi Feng Huang ini adalah sebuah akhir yang indah dan sangat memilukan baginya. Perasaan campur aduk itu tidak dapat lagi dia rasakan setelah mati.

Ketika pendekar yang mengambil Kitab Bintang Di Surga membuka isi kitab tersebut, alangkah terkejutnya dia karena di dalam kitab itu hanya terdapat kertas yang berisi sebuah penggalan puisi dari Feng Huang.

"Sial!" umpat Pendekar itu melempar kitab Bintang Di Surga pada tubuh Feng Huang.

Salah satu seorang pendekar mengambil dan membaca isi dalam kitab Bintang Di Surga.

Akhir-akhir ini, aku mulai lelah.

Di dunia yang tanpa ada kehadiran dirimu.

Aku sendiri, tanpa ada seorangpun yang mengerti.

Setiap malam aku menatap langit,

dan berharap kau melihatku dari atas sana.

Jika ada angin yang memberi pesanmu kepadaku.

Maka itu adalah hal yang paling kutunggu.

Aku hanya ingin mendengar suaramu.

Hanya suaramu?

Andai aku bisa, pasti kutepati.

Aku kan menepati janji yang kita buat saat itu.

Janji yang telah menghilang dan memudar, Bersama dengan dirimu yang terlalu rapuh untuk aku genggam.

Dan mungkin kan kutemukan.

Sutau saat nanti, suatu hari nanti.

Pengganti dirimu, belahan jiwaku.

Aku ingin kau tahu.

Aku berusaha melewati hari - hari terkelamku.

Jika ada seorang yang kuinginkan,

Seseorang itu hanyalah dirimu.

Dan, aku akan mendekapmu.

Hanya mendekapmu?

Malaikat dengarkan aku.

Dengarlah jeritan hatiku.

Kenapa kau ambil dia.

Kenapa kau datang dan menghancurkan.

Tuhan, jika kau memberikan kesempatan kedua, dalam kehidupanku selanjutnya.

Maka pertemukan aku dengan dirinya.

Aku ingin menebus penyesalan yang menghantuiku sepanjang hidupku.

Aku akan menemukannya.

Aku akan menemaninya.

Tidak akan kubiarkan siapapun merenggutnya.

Dan, Aku akan menjaganya.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku ingin mendekap tubuhmu.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku ingin hidup bersamamu.

Andai aku bisa memutar kembali waktu.

Aku akan menjagamu sepanjang hidup dan matiku.

Pendekar yang membaca penggalan puisi Feng Huang menangis setelah membaca isi dalam kitab tersebut. Pendekar tersebut berduka dengan kematian Feng Huang.

Feng Huang mengingat kembali, bagaiamana akhir perjalanan hidupnya yang mati mengenaskan. Bahkan sebelum mati dia ditusuk ratusan senjata tajam. Dan, sebelumnya dia juga tersambar oleh petir dari atas langit dan terjatuh ke bawah. Sungguh akhir yang malang bagi Feng Huang.

"Tak kusangka... aku akan mati dalam keadaan masih perjaka. Kalau aku diberikan kesempatan kedua dan bereinkarnasi, maka aku akan menikah dengan wanita yang kucintai!" batin Feng Huang mengingat kehidupan hampa penuh makna yang ia jalani selama seratus dua puluh dua tahun itu.

Kehidupan yang sulit, membuatnya selalu mencoba bunuh diri. Bahkan dia mati dengan cara yang mengenaskan, tetapi rencana yang telah diatur oleh sang pencipta mengantarnya mengalun kearah yang tak terduga dan diberikan kesempatan kedua untuk menebus penyesalannya.

Chapter 2 : Masa Lalu

Perlahan tubuh Feng Huang tidak bisa merasakan bagian tubuhnya, setelah itu pandangan mata Feng Huang perlahan - lahan menjadi gelap dan tidak bisa melihat apapun.

Dalam kondisi tersebut dia diperlihatkan ingatan kehidupannya yang menyakitkan.

Feng Huang mengingat ketika dirinya masih muda dan berwajah tampan, saat itu adalah masa - masa yang indah dalam benaknya, bahkan pada saat itu salah satu anak dari pangeran kedua Kaisar Kuru menyukai dirinya.

Gadis berparas cantik dan manis yang jatuh cinta pada Feng Huang itu bernama Ming Mei, seorang anak perempuan bermarga Ming yang merupakan keluarga garis keturunan Kekaisaran Kuru, yang telah berkuasa selama ribuan tahun di daratan Kuru.

Ming Mei menyukai Feng Huang yang berparas tampan, walau pemuda itu anak yatim piatu dan tidak jelas asal usul keluarganya tetapi Ming Mei telah terlanjur cinta pada pandangan pertamanya, ketika melihat Feng Huang datang ke ibu kota. Melihat kedekatan Ming Mei dan Feng Huang, membuat kakak sepupunya yang bernama Ming Zhu anak dari Tuan Putri Ketiga merencanakan rencana jahat nan licik, karena dia tidak senang melihat adik sepupunya menyukai rakyat jelata.

Ming Zhu juga iri dengan ketampanan Feng Huang, dirinya merasa kesal dan dengki melihat rakyat jelata yang berparas gagah dan disegani banyak orang, sehingga dia merencanakan hal jahat untuk membunuh Feng Huang. Pada saat malam sebelum final pertarungan antara Feng Huang dengan salah satu pendekar muda jenius dari Sekte Aliran Putih terkuat.

Ming Zhu mengajak Feng Huang untuk datang ke kediamannya, disana pemuda itu dijamu dengan makanan dan minuman yang telah dicampur dengan obat tidur. Feng Huang yang tidak mengetahui hal tersebut hanya bisa berterimakasih kepada Ming Zhu dari lubuk hati yang paling dalam, setelah itu Feng Huang memakan makanan yang telah disiapkan oleh Ming Zhu. Beberapa saat kemudian dirinya tertidur dengan lelap karena efek obat tidur yang telah ditaruh pada makanan yang telah dirinya makan. Melihat Feng Huang tidak sadarkan diri Ming Zhu tersenyum penuh kemenangan, kemudian dia membawa tubuh Feng Huang ke sebuah ruangan kamar yang kosong. Sebelum membakar rumahnya sendiri, Ming Zhu menyuruh para pelayan untuk segera keluar dari kediamannya. Ming Zhu mengamati keadaan di sekitar kediamannya setelah tempat kediamannya terlihat sudah sepi dibakarlah olehnya lokasi kamar tersebut.

Dengan cepat api menyebar sekeliling kediaman milik Ming Zhu, kebakaran itu membuat para pendekar dan keluarga kekaisaran kaget, karena mereka melihat si jago merah yang melahap rumah megah dan tanpa menunggu lebih lama lagi mereka segera menuju ke tempat terjadinya kebakaran.

Ketika Feng Huang terbangun, setengah bagian tubuhnya telah terbakar dan wajahnya mengalami rasa sakit yang luar biasa karena terbakar oleh api.

Setelah api itu padam, puluhan pendekar dan Keluarga dari Ming Zhu menghampiri Feng Huang. Mereka tidak membantu Feng Huang yang terluka parah karena luka bakar di sekujur tubuhnya, justru sebaliknya mereka berniat menangkap Feng Huang yang telah dituduh oleh Ming Zhu.

Ming Zhu menuduh bahwa Feng Huang telah merencanakan hal jahat dan hendak membunuhnya dengan cara membakar kediamannya, tetapi Ming Zhu berhasil melarikan diri dan melaporkan hal tersebut pada pendekar aliran putih yang sedang berada di Ibu Kota.

Feng Huang merasa geram mendengar tuduhan yang di lontarkan oleh Ming Zhu kepada dirinya. Dan, tidak berapa lama kemudian muncul Ming Mei gadis yang menyukai Feng Huang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di kediaman Ming Zhu, tetapi langkah gadis itu terhenti ketika melihat wajah Feng Huang yang telah terbakar. Ming Mei menatap jijik Feng Huang dengan tatapan memandang rendah. Ming Mei berpura - pura tidak mengenal Feng Huang, bahkan yang lebih parahnya lagi gadis itu lebih memilih mendengar penjelasan kakak sepupunya dan menyuruh puluhan pendekar untuk menangkap Feng Huang.

Entah seperti apa Feng Huang berhasil melarikan diri dari awal kehidupannya yang telah hancur. Tetapi setelah kejadian itu dirinya diusir dari Sekte Taman Langit.

Sejak saat itu kehidupannya menjadi pengembara yang kesepian, Feng Huang melakukan perjalanan sepi selama beberapa tahun kedepan. Setelah mengembara selama puluhan tahun, Feng Huang mendengar tempat tinggalnya Sekte Taman Langit telah dihancurkan oleh Sekte Cakrawala Hitam, mendengar kabar tersebut dia hanya tersenyum dan tidak merasakan emosi apapun.

Beberapa tahun setelah hari itu, Feng Huang berjumpa kembali dengan Ming Mei. Setelah mengetahui bahwa orang tua dari gadis itu yang telah membunuh kedua orang tuanya, Feng Huang berniat menghabisi gadis itu tetapi dirinya mengalami kegagalan karena Ming Mei dijaga puluhan Pendekar Suci.

Ketika dia beranjak menginjak umur tiga puluh lima tahun, Feng Huang melihat seluruh daratan Kuru telah dikuasai Sekte Aliran Hitam yang bekerja sama dengan penjahat paling mengerikan yang bernama Rieyu. Reiyu datang dari dunia luar dia berhasil menggulingkan dan menguasai Negeri Yamato dengan cara yang kejam dan bengis.

Seluruh Keluarga Ming dan keluarga bangsawan lainnya dibunuh secara massal oleh Rieyu dan Sekte Aliran Hitam, bahkan ada beberapa pendekar Sekte Aliran Putih yang tersisa mencoba melawan balik, namun semua usaha penyerangan yang mereka lakukan itu sia - sia, karena hanya satu alasannya Rieyu adalah salah satu manusia terkuat baik di daratan, lautan maupun udara.

Suatu hari Feng Huang menyadari bahwa nama ibunya adalah Ming Lian dan ayahnya bernama Tsukuyomi Shingen, kedua orang tuanya dibunuh oleh kedua orang tua Ming Mei yang begitu berambisi untuk menjadi Kaisar Kuru.

Dengan bantuan kekuatan Sekte Aliran Hitam dibelakangnya, orang tua Ming Mei menyingkirkan keempat saudara kandungnya dengan cara membunuhnya. Setelah berhasil menjadi Kaisar Kuru, orang tua Ming Mei memerintah selama beberapa tahun namun semua itu tidak bertahan lama, karena mereka hanya boneka yang dimanfaatkan oleh Sekte Aliran Hitam yang bekerja sama dengan Rieyu. Rieyu berambisi menguasai seluruh daratan di Benua Jiu.

Namun dibalik semua kejadian yang membuatnya terpuruk selama puluhan tahun itu, Feng Huang bertemu seorang gadis yang lebih muda darinya, gadis yang merubah pandangan hidupnya terhadap dunia, gadis yang mengubah seluruh kehidupannya yang monoton itu menjadi lebih berwarna, gadis berambut panjang, bermata sayu, dan berwajah rupawan yang mengaku berasal dari Negeri Yamato itu pergi mengembara sendirian, gadis yang selalu tersenyum, tertawa dan tidak pernah menunjukkan ekspresi wajah yang sedih sedikitpun pada Feng Huang membuatnya jatuh cinta kepada gadis tersebut setelah mereka berdua berkelana bersama.

Setelah mengembara bersama selama beberapa tahun, Feng Huang menyatakan seluruh perasaan yang ia pendam pada gadis tersebut, dan gadis itu menerima perasaan Feng Huang. Karena dia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Feng Huang. Masa yang indah di bawah langit yang sama dan dengan perasaan yang sama membuat keduanya semakin dekat.

Beberapa tahun larut dalam kebahagiaan, Feng Huang tidak menyadari bahwa Rieyu mengincar gadis yang menjadi kekasihnya itu, setelah berjanji akan melindungi kekasihnya dengan segenap jiwa dan raganya. Pada hari itu Feng Huang gagal menyelamatkan kekasihnya bahkan dirinya melihat pujaan hatinya itu mati di depan matanya sendiri.

Feng Huang yang tenggelam dalam amarah, melampiaskan seluruh emosinya dengan menyerang Reiyu, tetapi serangannya tidak berpengaruh sedikitpun pada Reiyu bahkan Feng Huang langsung terkapar hanya dengan satu pukulan tangan Reiyu, serangan Reiyu membuat seluruh tubuhnya terluka dan bersimbah darah.

Tidak bisa membalaskan kematian kedua orang tuanya, tidak bisa membalas kematian kekasihnya, semua itu membuat Feng Huang lepas tanpa arah dan kehilangan arah selama puluhan tahun kedepan, hingga akhirnya dia menemukan Kitab Bintang Di Surga di Hutan Kumalawyuha. Awalnya Feng Huang hanya ingin menyendiri tetapi setelah menetap selama dua tahun dia menjadikan hutan tersebut sebagai tempat tinggalnya.

Demi menepati janji terakhirnya kepada kekasihnya, bagaimanapun dan sesulit apapun dirinya harus tetap hidup demi sang pujaan hati yang berada diatas sana yang kini telah tiada. Karena jika Feng Huang mati dirinya tidak dapat lagi mengingat dan memikirkan kekasihnya yang telah tiada. Dalam dua dunia yang berbeda, Feng Huang hanya terus memikirkan pujaan hatinya yang telah tiada dan dia selau berandai - andai jika semua kehidupan yang telah dia lewati adalah khayalan dan mimpi panjangnya. Dia percaya jika suatu saat dia terbangun maka kekasihnya masih hidup dan berada di sisinya seperti biasanya.

Tanpa Feng Huang sadari dirinya diberi kesempatan kedua dalam hidupnya, kesempatan untuk memperbaiki kehidupan sebelumnya dengan cara yang tidak pernah dirinya bayangkan, di kehidupannya kali ini semua berubah drastis mengalun kearah yang tak terduga.

Chapter 3 : Proses Persalinan

Akhir tahun, malam sebelum pergantian tahun, seorang perempuan yang berumur dua puluh tahun sedang dalam proses persalinan. Di bawah langit malam yang berbintang, di terangi sinar sang rembulan. Membuat proses persalinan yang dijalani perempuan tersebut menjadi sangat bermakna dalam hidupnya.

Bagian Utara Kekaisaran Kuru, Wilayah Bei, Seorang perempuan yang bernama Ming Lian sedang dalam proses persalinan, dia ditemani sang suami tercinta yang bernama Tsukuyomi Shingen. Shingen menatap cemas melihat sang istri yang sedang berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan buah hati mereka dalam rahimnya, Shingen memegang tangan Ming Lian dengan erat, sambil berdoa agar anak mereka lahir dalam keadaan sehat tanpa cacat sedikitpun.

Keringat bercucuran dari wajah cantik Ming Lian, dibarengi dengan erangannya yang berusaha untuk melahirkan buah hatinya, berkali - kali Ming Lian mengatur napasnya yang terengah - rengah.

"Sayang, bertahanlah, kamu pasti bisa." tutur sang suami, mata Shingen terlihat berkaca - kaca melihat istri tercintanya sedang berusaha melahirkan anak darinya.

"Aku akan berjuang demi anak kita berdua yang telah lama kita nantikan, sayang." balas Ming Lian kemudian tangan Ming Lian menggengam tangan suaminya Shingen dengan lebih erat.

Penduduk wilayah Bei malam ini sedang berbondong - bondong, mereka membuat lampion di lapangan yang sangat luas, disana terlihat banyak orang yang berkumpul untuk menikmati malam pergantian tahun. Sebuah malam yang paling ditunggu bagi penduduk asli Bei, malam yang sebentar lagi akan dimeriahkan dengan ribuan kembang api yang telah disiapkan oleh penguasa wilayah Bei yaitu Ming Lian dan suaminya Tsukuyomi Shingen.

Puluhan pendekar dari Sekte Taman Langit dan beberapa sekte lain sedang berjaga di wilayah Bei, mereka berjaga untuk mengamankan acara akhir tahun, dimana malam ini akan terjadi pergantian tahun yang sebentar lagi akan terjadi. Beberapa pendekar ada yang datang hanya untuk melihat, dan beberapa lainnya juga ada yang datang hanya untuk menikmati makanan yang dijual oleh para pedagang yang berjualan di pinggiran lapangan.

Banyak penduduk dari wilayah lain yang ikut menyambut tahun baru di Bei, sehingga penginapan di seluruh wilayah Bei penuh, karena begitu banyak orang yang memesan kamar penginapan.

Wilayah Bei adalah wilayah yang sangat makmur dan sejahtera di Kekaisaran Kuru, banyak bangunan yang megah milik para penduduk, tetapi tidak banyak orang yang tahu, jika dahulu wilayah ini hanyalah sebuah perkampungan yang terlupakan, tempat para orang buangan seperti penjahat, preman dan yang lainnya.

Semenjak kedatangan seorang samurai dari Negeri Yamato yang bernama Tsukuyomi Shingen, semuanya berubah dalam sekejap. Shingen mengumpulkan para orang buangan dan seluruh preman di wilayah Bei untuk menjadi pengikutnya, bahkan kekuatan para samurai didikan Shingen bisa dibilang setara seperti sekte menengah di Kekaisaran Kuru.

Tsukuyomi Shingen menikah dengan seorang putri kelima dari Kaisar Kuru yang bernama Ming Lian, kemudian mereka berdua membuat permukiman yang layak di Bei. Dan, Ming Lian bersama Shingen diangkat menjadi penguasa wilayah Bei, karena para penduduk yang tinggal disana meminta Shingen dan Ming Lian menjadi penguasa wilayah mereka agar tidak ada bangsawan atau orang - orang kaya yang berani berbuat semena - mena di Bei.

Kembali di Istana Pinyin di sebuah ruangan kamar yang megah dan luas, dimana ruangan tersebut sekarang menjadi tempat proses persalinan.

"Sayang... " ucap Shingen menatap istri tercintanya dengan perasaan cemas dan matanya terlihat berkaca - kaca, Shingen sesekali mengecup tangan istrinya yang sedang ia genggam. Hanya satu pintanya pada sang pencipta agar istrinya bersama buah hatinya tetap diberi keselamatan.

Ming Lian terus berusaha sekuat tenaganya untuk melahirkan buah hatinya yang berada didalam perutnya, Ming Lian mengejang hebat ketika secara perlahan buah hatinya akan lahir dan melihat dunia.

"Berjuanglah..." ucap Shingen melihat wajah istrinya yang dibasahi keringat dengan mata yang sayu dan lemas, tetapi bagi dirinya wajah istrinya tetap terlihat cantik rupawan. Shingen mengelap wajah Ming Lian yang dipenuhi keringat dan sesekali dia menyentuh pipi istrinya tersebut.

Ditemani sang suami tercinta, Ming Lian sudah dalam proses persalinan selama dua puluh jam, dengan rasa sakit yang luar biasa yang dirinya rasakan. Ming Lian mencoba mengejan sesuai arahan tabib yang sedang membantu proses persalinannya, kehadiran sosok suami disampingnya adalah sesuatu yang sangat berpengaruh besar bagi Ming Lian.

Ming Lian merasakan rasa sakit tak tertahankan, perempuan itu tidak menyangka bahwa proses persalinan akan membuatnya merasakan rasa sakit seperti ini, Shingen yang melihat istrinya sedang berusaha melahirkan anak darinya, mengecup tangan Ming Lian dan beberapa kali membersihkan keringat yang mengucur diwajah cantik Ming Lian.

Napas Ming Lian kembali terengah - rengah sambil beberapa kali dirinya meringis menahan sakit, dan tak lama tabib memberi arahan agar dia mengejan kembali, Ming Lian mengikuti arahan tabib perempuan yang sedang membantu proses persalinannya.

Perlahan tapi pasti kepala bayi sudah terlihat sebelum tabib memberi arahan kepada Ming Lian. Tabib perempuan terkejut melihat hal tersebut dan menyuruh Ming Lian agar jangan mengejan.

Sembilan bulan didalam rahimnya, berbagi kehidupan dengan secuil ruang, Ming Lian sedang mengatur napasnya, dan tak lama terasa bahwa sang malaikat kecil mencoba memaksa untuk keluar.

"Jangan mengejan Tuan Putri!" ucap tabib perempuan kepada Ming Lian.

"Aku tidak mengejan... akh... bayiku." balas Ming Lian merasa bahwa bayi di dalam kandungannya mencoba keluar dari rahimnya.

Tabib kemudian memberi arahan kepada Ming Lian untuk kembali mengejan, dalam penggalan - penggalan napas Ming Lian yang tersisa dia terus berjuang, hingga akhirnya sesosok malaikat mungil telah terlahir dari rahim seorang perempuan berparas cantik dan manis tersebut.

Ming Lian mengalami rasa sakit, khawatir, takut, serta bahagia semua itu bercampur aduk menjadi satu. Dan, semua itu merupakan pengalaman yang paling bermakna dibenak Ming Lian sepanjang hidupnya, perjuangannya dalam melahirkan sesosok malaikat kecil yang sekarang sedang dalam dekapan suaminya. Membuatnya merasa lega, karena malaikat kecilnya lahir dalam keadaan sehat tanpa cacat sedikitpun.

Setelah mengalami perjuangan yang penuh makna selama dua puluh dua jam, akhirnya Ming Lian tersenyum, menangis bahagia ketika melihat sesosok bayi mungil yang telah terlahir dari rahimnya sendiri sedang di pegang tabib perempuan yang menjadi pengikut setianya.

Waktu menunjukkan bergantinya hari dan tahun, kembang api tahun baru mewarnai wilayah Bei dengan warna yang sangat beragam, ribuan lampion berterbangan di langit malam wilayah Bei. Akhir tahun saat itu menjadi awal kehidupan baru bagi bayi mungil yang baru terlahir di dunia ini.

Detik itu, tangisan malaikat kecil anak dari Shingen dan tangisan istri tercintanya Ming Lian adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupnya, Shingen melafalkan doa kepada bayi mungil yang sedang ia pegang dan peluk ditangannya.

"Selamat datang anakku!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!