Selesai upacara, siswa dan siswi berhamburan memasuki kelas masing-masing. Ara memijat keningnya, kepalanya sedikit merasa pusing. Selain karena pagi tadi ia melewatkan sarapannya, ia juga kepanasan.
Ara memutuskan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu, masih ada waktu Lima belas menit sebelum jam pelajaran pertama di mulai. Namun langkahnya terhenti saat melihat Saga tengah berbincang dengan salah satu temannya. Saga tampak menerima air mineral yang gadis itu sodorkan. Senyum kecil terlihat di bibir pemuda itu, Ara mencebik kesal, Saga bisa tersenyum seperti itu pada gadis lain, tapi padanya sangat irit.
Tiba-tiba saja ia merindukan Saga yang dulu, Saga yang sangat menjaga dan menyayanginya. Mereka bahkan hampir tak terpisahkan, dimana ada Saga, di situ ada Ara. Begitupun sebaliknya, Dimana ada Ara, maka di situ ada Saga. Bahkan tak jarang mereka di anggap sepasang kekasih.
Ara melanjutkan langkahnya, rasa lapar mengesampingkan pemandangan di depannya.
Saga menyadari keberadaan Ara, tatapan mereka bertemu, namun Ara memalingkan wajahnya, gadis itu melangkah tanpa memperdulikan Saga yang menatapnya.
Ara memesan makanannya, ia membawa makanan yang telah ia pesan ke salah satu meja di pojok ruangan itu, tak banyak yang berada di kantin, hanya beberapa saja yang mungkin belum sarapan seperti Ara.
Ara menyantap makanannya tanpa memperdulikan situasi di sekitarnya, ia hanya ingin segera menghabiskan makanannya dan memasuki kelas. Masa bodo dengan Saga, rasanya sedikit nyeletit di hati saat ia melihat Saga seakrab itu dengan gadis lain.
“Pelan-pelan Ra”. Saga menghentikan suapan Ara, namun Ara kembali menyantap makanannya tanpa memperdulikan Saga yang duduk di hadapannya.
Ara tersedak, Saga reflek memberikan Ara minum air mineral yang tadi Saga dapatkan dari gadis yang Ara tahu bernama Cici, anak kelas sebelah, satu dari sekian gadis yang mengejar Saga.
Ara menepis air yang Saga sodorkan, ia meminum minumannya sendiri. “gak usah perduli sama aku Ga, aku takut salah faham. Pergilah, aku masih lapar”. Usir Ara
Saga menghela nafas panjang, “aku temani”.
“Pergilah, kamu gak perlu ada di sini hanya karena kasihan pada ku, aku bisa sendiri. Jangan membuat ku semakin berharap kalau kamu tidak bisa membalas perasaan ku”.
“Berapa kali aku harus bilang Ra, aku kakak mu”.
“Pergilah”. Usir Ara lagi.
Saga tak mendengarkan usiran Ara, ia memilih menunggu Ara sampai makanan gadis di depannya tandas tak tersisa. Ara beranjak membayar makannya, kemudian meninggalkan kantin di ikuti Saga di belakangnya.
Jam mata pelajaran pertama ternyata kosong, guru-guru tengah mengadakan rapat hari ini, murid-murid hanya di berikan tugas sebagai gantinya.
Teman-teman Ara sudah berhamburan keluar kelas, ada yang ke kantin, ada yang berbincang-bincang di depan kelas atau ada juga yang berghibah ria di dalam kelas. Berbeda dengan yang laimmya, Ara justru memilih diam di dalam kelas, ia menelungkupkan kepalanya di atas tangan yang terlipat di atas meja. Ia terlalu malas untuk keluar kelas. Para pengejar Saga pasti tengah mengerubuni pemuda itu di lapangan basket.
Jika biasanya Ara akan menunggu pemuda itu di pinggir lapangan, kali ini ia memilih diam. Terkadang ia lelah mengejar Saga yang hanya menganggapnya seorang adik saja. Ara pun sudah mencoba meyakinkan hatinya jika Saga adalah kakaknya, tapi perasaan cintanya terlanjut menguasai hatinya. Meski berulang kali Saga menolaknya dengan dalih yang sama, tapi Ara tak putus asa dan tetap mengejar Saga. Menghindarnya Saga sangat membuat Ara merasa kehilangan, tapi ia pun tak bisa memaksa Saga untuk tetap berada di rumahnya.
“Ra, tumben gak nimbrung di lapang basket, Saga kan lagi main sama teman-temannya”. Popy, satu-satunya teman Ara yang paling dekat dengannya bertanya, iaduduk di atas meja Ara.
“Isssssh, gak sopan banget sih lo, gue lagi tiduran di meja malah lo pantatin. Turun lo”.
“Nyantai Ra, kenapa sih? Masih pagi udah marah-marah aja”.
“Lagi gak mood gue".
"Kantin yuk, gue laper ni Ra".
"Males Pop, gue masih kenyang".
"Gitu banget sih lo, temenin gue doang kan bisa Ra, gue traktir minum deh, yuk buruan. Sekalian cuci mata nyari yang kece-kece". Popy menarik tangan Ara yang masih menjadi tumpuan kepalanya, membuat gadis itu berdecak dan mau tak mau bangun mengikuti langkah sahabatnya.
"Ck, di bilang males juga Pop". Ara mengomel, bibirnya mengerucut lucu. Namun kakinya tetap melangkah mengikuti sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
next
2021-11-22
0