"Ma, adek boleh gak tinggal asrama?" Tanya Alda.
Aina yang mendengar pertanyaan sang anak pun cukup terkejut.
" Kok tiba-tiba?"
"Inikan tahun terakhir adek di SMA. Gak lama kok, cuman 5 bulan." Jawabnya.
"Nanti mama coba rundingkan dengan papa yah, nak" ucapnya bijak.
Alda mengangguk. "Terimakasih, ma" Alda mendekati sang mama di dapur kemudian mengecup pipi sang mama.
Asrama di Maheswari baru resmi digunakan tahun ini, pasca menerima siswa baru. Beberapa murid sudah ada yang tinggal di asrama itu. Tidak wajib, tapi ada beberapa yang tertarik. Alda pun tertarik, sebab sudah ada Dian yang menjadi salah satu penghuni asrama itu. Jaraknya juga cukup dekat dari sekolah, kurang lebih satu kilometer, dan bisa dijangkau dengan jalan kaki.
Makan malam baru saja berakhir di kediaman Arunika. Sudah menjadi rutinitas setiap malamnya anggota keluarga itu akan bercengkrama di ruang keluarga, menceritakan beberapa hal.
"Adek pengen banget yah tinggal di asrama?" Tanya sang papa.
Mika yang mendengar pertanyaan sang papa pun kaget. Ia baru mengetahui hal ini.
"Bener dek pengen tinggal di asrama?" Tanya Mika memastikan.
Alda mengangguk. "Bener pa, kak. Adek pengen suasana baru. Kapan lagi kan belajar hidup mandiri." Jawabnya.
Sang papa mengangguk. "Adek yakin bisa? Yakin bisa gak peluk papa tiap malam kayak gini?" Godanya.
Alda yang berada di pelukan sang papa pun memberenggut. "Ma, papa nih" adunya pada sang mama.
Aina yang tengah mengelus Surai hitam putra sulungnya pun terkekeh. "Di asrama adek gak bisa loh makan masakan mama. Kan dari Senin sampai Jumat gak bisa pulang. Pulangnya Sabtu Minggu kan."
Bibir Alda mengerucut. Mempererat pelukan pada sang papa.
"Kakak mah ogah tinggal di asrama." Ucap Mika.
"Aku gak apa-apa kok tinggal di asrama. Gak apa-apa juga makan makanan asrama." Ucap Alda meyakinkan anggota rumahnya.
Sang papa menghela napas. "Kalau adek mau yah udah. Tapi ntar kalau gak kuat, pulang yah." Putusnya.
Alda mengangguk. "Siap papa." Jawabnya ceria.
✨✨✨
Keesokan harinya kediaman Airlangga sangat ramai. Setiap bulan rutin diadakan acara di kompleks tersebut. Dan kini giliran kediaman Airlangga yang menjadi sasaran. Di taman, nampak bapak bapak penghuni kompleks sedang bermain catur. Sementara di dapur empat orang nyonya rumah ditambah Alda sedang menyiapkan makanan. Sementara di ruang keluarga sudah pasti Mika, Angga, Randi dan Rafa yang menjadi penguasa ruangan itu.
"Lo pada tahu nggak, adek gua minta tinggal di asrama" Mika mulai membuka obrolan.
Rafa dan Angga yang tengah bermain PS, segera mem-pause gamenya. Randi tanpa sengaja menjatuhkan ponselnya yang langsung mendarat sempurna di wajahnya. Yah, Randi sedang rebahan.
"Lah, kok bisa?" Tanya Rafa mewakili dua teman lainnya.
"Ya bisalah. Gua aja gak bisa bayangin gimana kehidupan adek gua di asrama." Jawab Mika.
"Dedek Al bisa gak yah makan makanan yang bukan masakan mama Aina?" Angga bertanya.
"Bisa gak yah, dia gak nemplok papa Lo semalaman?" Tanya Randi.
Angga hanya mengangguk membenarkan pertanyaan dua sohibnya.
"Maka dari itu adek minta tinggal di asrama. Adek ingin belajar mandiri. Lo semua pada tahu kan, gimana dia selama ini." Jawab Mika bijak.
"Gue gak bisa bayangin keadaan rumah gue kayak gimana kalau adek udah masuk asrama." Keluhnya.
"Gak ada lagi dong yang nyuruh gue manjat pohon mangga bapak Erlan" celetuk Angga.
"Gak ikhlas gua" keluh Rafa.
Disaat teman-temannya meratapi nasib bagaiman jika Alda masuk asrama, dengan langkah terburu-buru Randi memasuki dapur. Mencari dimana gerangan anak perempuan yang punya kompleks ini. Dengan erat dia memeluk perempuan yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu, sesekali mencium pelipisnya.
Alda yang tiba-tiba mendapat pelukan pun hanya pasrah. Menunggu waktu lelaki itu berhenti sendiri. Sedangkan para ibu rumah tangga hanya menggeleng kan kepalanya. Sudah biasa. Sejak kecil Alda menjadi rebutan. Entah jadi bahan rebutan para papa, mama bahkan anak-anak mereka.
"Dedek Al katanya bakal tinggal asrama, yah?" Tanya Randi.
"Iya, Ran. Minggu sore besok Alda mulai masuk." Jawabnya.
"Lahh bener anak gadisku bakal tinggal asrama?" Tanya Priska ke yang punya anak, Aina.
Aina menanggapi dengan kekehan. "Iya ,Pris. Alda sendiri yang minta." Jawabnya.
"Kok Mama Aini biarin sih?" Sewot Randi.
"Yah gimana lagi. Baru kali ini loh adik kamu minta sesuatu." Aina menjawab.
"Alda, Randi bawa yah mama mama sekalian. Randi bakal kurung nih bocah biar gak lolos ke asrama." Pamitnya sambil mengangkat Alda di pundaky, seperti karung beras.
Rina, mama Rafa pun hanya menggeleng kan kepalanya. Sementara Priska dan Aina terkekeh.
"Ran, anak orang itu kamu panggul kayak karung beras." Teriak Arwini, mama Angga.
"Yang bilang anak kucing siapa Mawar?" Teriak Randi balik.
Mawar. Mama Arwini.
"Anak kamu tuh, Pris." Adu Arwini.
"Yah, emang anak Win" akui Priska.
Sementara Aina dan Rina tertawa mendengar celotehan tetangganya.
✨✨✨
"Waaaah. Calon penghuni asrama sudah datang gais!" Goda Angga.
Alda yang baru di dudukkan oleh Randi pun mencebikkan bibirnya.
"Cilin pinghini isrimi sidih diting giis. Angga pen ngikut atau gimana nih?"
"OGAH. Entar gue keluar asrama makin kurus." Angga menolak keras menjadi penghuni asrama.
"Lagian kayak orang gak mampu aja, tinggal di asrama." Celetuk Rafa pedas.
Alda menghela nafasnya. "Rafa tahukan sejak kecil Alda gak pernah sendiri. Pengen ini itu udah tersedia. Butuh teman kalian selalu ada. Alda merasa gak pernah ngeusahain sesuatu dengan tangan Alda sendiri. Alda juga kaget waktu ada pengumuman asrama telah dibuka bagi yang berminat tinggal disana. Alda tuh pengen mandiri, sebisa mungkin gak nyusahin orang lain."
"Yang bilang Alda orang lain siapa coba?" Tanya Angga.
"Yah, gak ada sih." Jawab Alda nyengir.
"Entar tiap Jumat sore Alda pulang kok. Terus kita main deh." Ucapnya menenangkan.
"Ntar yang mandiin Popo, siapa?" Keluh Rafa.
Dengan spontan Mika melempar bantal sofa ke wajah Rafa.
"Oh gitu. Lo gak biarin adek gue masuk asrama karna khawatir Popo gak ada yang mandiin?" Tanya Mika sarkas.
Rafa pun hanya cengengesan. "Yah dedek Al kan sahabatnya Popo."
"Noh. Guna pet untuk apa wahai Rafa Mahendra?" Tanya Angga.
"Yah biar hemat. Biar bisa beliin dedek Al ice cream." Katanya ngeles.
"Papi James kerja siang malam untuk siapa wahai Ferguso?" Sarkas Mika, Angga dan Randi.
Sementara Alda hanya terkikik geli.
Popo adalah seekor kucing rumahan yang dipelihara Rafa beberapa bulan lalu. Nyaris setiap hari Alda ke rumah Rafa untuk bermain dengan Popo, atau Rafa yang mengantarkannya ke rumah Alda. Setiap seminggu sekali Popo akan di mandikan oleh Alda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Rahayu Pus
1.....
2022-06-13
0