Keringat menetes dari pelipis Alda, ia sedang berlari pagi mengelilingi taman di ujung jalan kompleks. Ia berlari sendiri, karena Mika semalam tidur di rumah Rafa dan bisa ditebak dua orang lainnya juga ikut nimbrung dan pastilah mereka menghabiskan malam dengan bermain play station.
Alda berjalan, tidak lagi berlari. Ia berjalan menuju bangku di taman tersebut, sesekali mengusap peluhnya. Ia lalu mengambil ponsel yang dikantonginya guna melihat pukul berapa sekarang. Baru saja menyimpan kembali ponselnya, seseorang ikut duduk di ujung lain bangku panjang itu.
"Selamat pagi, kak Al" sapa orang itu.
Alda menoleh, "Pagi, Ren"
Renal tersenyum. "Teman-teman kakak yang lain gak ikut?" Tanya Renal celingukan.
Alda mengangguk. "Mereka masih tidur. Biasa, habis main play station." Jawabnya.
"Renal juga sendiri?"
"Iya kak."
"Kak Alda mau makan bubur gak? Pekan kemarin gue liat ada tukang bubur diseblah timur taman ini." Kata Renal.
Alda mengangguk antusias. "Iya, ayo kita ke mang Asep. Buburnya terkenal paling enak di sini."
Tanpa sadar Alda menarik tangan Renal karena terlalu antusias. Renal yang melihat tangannya digenggam pun cukup, namun tak berlangsung lama. Setelah kembali sadar, lengkungan dibibir nya terbentuk.
"Mang Asep, buburnya dua dong" pesan Alda. Setelahnya mereka duduk lesehan.
"Kak Al tinggal dimana?" Tanya Renal.
"Di rumah, dong" jawabnya ambigu.
Renal menghela napas berat. "Yang bilang di kolong jembatan siapa, mbak?"
Alda terkekeh mendengar ucapan Renal. "Di kompleks, hehe" jawabnya lagi. Ia enggan memberitahu letak rumahnya.
"Renal tinggal di kompleks Arunika kan?" Tanya Alda
Renal mengangguk. "Iya kak. Rumah itu sudah dibeli ayah sebelum nikah dengan ibu. Setelah gue lahir, ayah keluar negeri merintis usaha di bidang kesehatan. Beliau membuka perusahaan di bidang alat kesehatan. Dan baru kemarin kami pulang ke kota ini." Jelas Renal.
"Wow. Hebat. Kamu anaknya pak Maheswari kan?"
Renal kaget. "Kakak tahu?" Tanya nya.
"Rafa juga tinggal di Arunika's Residence btw, bukan hal yang sulit untuk tahu semua itu. Pak Maheswari, pemilik yayasan Maheswari. Dan Renal adalah anak dari pemilik sekolah itu. Tempat kita belajar." Jelas Alda
"Ini dek Al, buburnya." Ucap mang Asep sambil menyerahkan dua porsi bubur ayam.
"Teman baru, dek?" Tanya nya.
"Bukan, mang. Renal ini adik kelasnya Alda di sekolah. Kebetulan tadi ketemu di taman." Jelas Alda.
Mang Asep mengangguk. "Silahkan dek Al, dek Renal." Katanya kemudian meninggalkan meja yang diisi sepasang remaja tersebut.
Alda tersenyum, Renal juga. "Terimakasih, mang"
✨✨✨
"Gue antar pulang yah, kak?" Tawar Renal.
Alda menggeleng. "Gak usah, Ren. Deket kok."
"Alda duluan,yah " Alda berjalan meninggalkan Renal.
Baru beberapa langkah Alda seolah teringat sesuatu. ia berbalik. "Ren" panggil Alda.
Renal yang belum beranjak dari tempatnya berdiri pun menoleh ke arah Alda.
"Terimakasih untuk semua permen karet nya" kata Alda.
Renal mengangguk. "You're welcome, kak" jawabnya.
"Alda duluan yah," pamit Alda kemudian melangkah menjauh meninggalkan Renal.
Karena penasaran, Renal mengikuti Alda beberapa meter di belakang agar tidak ketahuan. Arunika's Residence nomor 5. "Ngapain kak Alda masuk di rumah ini? Bukankah rumahnya bukan di kompleks ini, yah." Monolog Renal.
Tak lama setelah Alda masuk ke rumahnya, Mika berjalan keluar. Ia melihat sang adik kelas sedang berada di ujung gerbang rumahnya.
"Ren!" Panggilnya.
Renal menoleh. Ia melihat Mika sedang berdiri di gerbang rumah yang Alda masuki tadi. Ia berjalan menghampiri ketua OSIS yang sebentar lagi lengser.
"Ngapain Lo depan rumah gua?" Tanya Mika.
Renal menggaruk tengkuknya kikuk. "Bukan rumahnya kak Alda, yah?" Tanya Renal balik.
"Hmm. Ini rumah gua." Jawab Mika.
"Tadi kok kak Alda masuk lewat sini?" Tanya Renal heran.
"Alda itu sering main kesini. Noh rumah nomor 6,7,8, juga tempat mainnya tuh bocah." Jawab Mika.
Renal mengangguk. Memilih untuk tidak memperpanjang pertanyaan nya.
"Kalau gitu gua pamit yah, bang" Renal pamit.
"Gak mampir dulu, Lo?" Tawar Mika.
"Gak usah bang. Thanks yo!" Renal melanjutkan perjalannya menuju rumah nomor 9.
Mika kembali memasuki rumahnya. Ia melihat sang adik tengah selonjoran depan TV.
"Dek, tahu gak si Renal itu tadi ada didepan." Katanya setelah ikut selonjoran dekat sang adik.
"Serius, kak?" Tanya Alda.
Mika mengangguk. "Kayaknya dia ngikutin kamu, dek."
"Dia tahu gak yah aku tinggalnya disini?" Tanya Alda khawatir.
"Gak tahu sih dek. Kakak bilang tadi ini tuh rumahnya kakak. Terus bilang kamu kesini untuk main." Jelas Mika.
"Syukurlah" Alda menghela napas lega.
"Lagian kenapa sih kalau orang-orang tahu?" Tanya Mika heran.
"Yah gak mau aja. Adek tuh nyaman jadi gini-gini aja. Gak perlu jadi perhatian orang banyak. Malu adek tuh. Makasih kakakku, sudah bantu adek tadi." Alda lalu mendekat dan memeluk sang kakak, mengecup pelipisnya sekilas lalu berjalan menuju kamarnya.
"Giliran dibantu aja baru cium kakak." Cibir Mika.
✨✨✨
"Kakak percaya love at first sight, gak?" Tanya Alda yang sedang nemplok pada sang kakak .
Mika memutuskan pandangannya dari TV di depannya. Kini ia menatap lekat paras sang adik sedang berafa di pangkuannya. "Percaya." Jawabnya .
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya Mika balik.
Alda mendongak, menatap sang kakak.
"Tahu Renal, kan? Entah kenapa adek suka ngeliatnya. Senyumnya yang menenangkan, tatapannya yg teduh bisa buat adek gak bosan liatnya."
Mika mengangguk mengerti.
"Itu cinta atau bukan, sih?" Tanya Alda lagi.
"Dari blog yang kakak baca, kalau kamu tertarik dengan seseorang dalam kurun waktu 4 bulan lebih, berarti itu sudah termasuk cinta." Jelas Mika.
Alda mengangguk. "Kalau aku jatuh cinta bener dengan Dia, kakak marah gak?"
Mika mengeratkan pelukannya. "Tergantung. Tapi kalau bisa kakak minta, jangan pernah ungkapin perasaan kamu ke dia duluan."
"Jadi adek pendam perasaan dulu?"
Mika mengangguk. "Bukan memendam. Tapi lebih ke menunggu reaksi dia gimana ke kamu. Usaha apa yang dia lakukan untuk adek." Jelas Mika.
Sudah 3 bulan Alda memperhatikan seorang Renal. Hampir setiap pekan ia menerima paket permen karet dari Renal. Beberapa kali Renal kedapatan sedang menatap seniornya itu, dan tentu saja membuat pipinya kemerahan.
"Kakak tahu gak, tadi dia nge-line adek." Kata Alda sambil memperlihatkan room chat nya.
"Wahh parah nih bocah. Singkat amat chatnya. Hai, sehat, ohhyaudah. Ternyata ada yang lebih cuek dari kakak." Mika terkekeh membaca chat sang adik dan juniornya itu.
"Dia emang gitu kali, ya." Ucap Alda.
Mika mengangguk sembari mengelus puncak kepala sang adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Rahayu Pus
hellloooo......
2022-06-13
0