Beruntung saat Raka mengantar kaila sampai di rumah hujan baru turun dan Raka yang di minta kaila untuk berteduh sampai hujan reda di rumahnya menolak keras tawaran Kaila dan memutuskan untuk langsung pulang karena keadaan rumah Kaila yang kebetulan lagi sepi dan dirinya tidak ingin sampai orang orang berfikir yang macam macam tentang keduanya apa lagi mengingat kekasih kaila adalah teman satu kelasnya.
Sedangkan Kaila yang masih berdiri di teras rumah memperhatikan punggung Raka yang mengendarai motornya menerobos hujan yang lumayan lebat sampai punggung Raka sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya.
"Baik juga anaknya" tanpa kaila dasari ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman saat Raka sudah tidak terlihat dari pandangannya.
"Ih....baik dari mananya? dari hongkong?" Kaila memukul mukul pelan kepalanya karena tanpa sadar dirinya sudah memuji Raka.
Kaila yang tidak ingin berlama lama di luar rumah karena angin hujan yang mulai semakin dingin masuk melalui celah celah seragamnya dan memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Non Kaila sudah pulang?" suara itu membuat Kaila terperanjat kaget dan membalikan badannya.
"Bibik!, bikin kaget Kaila aja" Kaila yang sedikit kaget karena artnya itu datang secaa tiba tiba membuat Kaila mengusap dadanya.
"Maaf non kalo bikin non kaget. non Kaila mau makan?" tanya Art tersebut.
"Kaila gak lapar bik, Kaila cuma capek aja habis sekolah jadi kaila naik ke atas dulu ya" kata Kaila yang langsung melangkah menaiki anak tangga satu demi satu menuju kamarnya di lantai dua.
"Hah...capek" Kaila merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan menatap langit langit kamarnya yang di teranggi cahaya lampu.
Dinginnya angin hujan dan sunyinya kamar membuat suasana ini sangat pas untuk tidur sore apalagi tubuh dan otak kaila yang capek karena habis sekolah membuat mata Kaila perlahan mulai tertutup dengan seragam dan sepatu sekolah yang masih melekat di tubuhnya.
Suara guntur dan kilat yang saling bersahutan sahut di luar sana tidak membuat Kaila takut yang ada ia malah semakin terbuai dengan suasana tenang ini apalagi kakaknya yang sangat menyebalkan itu kebetulan belum pulang membuat suasana tambah sempurna, karena biasanya Riko dengan jahilnya menganggu dirinya yang sedang tidur.
Dret...Dret...
Mimpi yang baru saja ingin menghampiri Kaila harus hilang begitu saja saat bunyi ponselnya berbunyi, membuat kaila yang menutup matanya berdecak kesal dan berusaha tidak menghiraukan suara ponselnya yang terus berbunyi, di raihnya bantal di atas kepalanya untuk menutupi telinganya karena suara dering ponsel yang begitu menganggu.
Dret...Dret...
Suara ponsel milik kaila yang berada di dalam tas kembali berbunyi membuat bantal yang tadinya di gunakan untuk menutupi telinganya di buang ke segela arah karena geram sendiri, kaila mendudukan tubuhnya dengan kesal dan di raih tas sekolahnya yang tidak jauh dari tempatnya duduk, mengambil benda pipih dari dalam tasnya yang terus saja berbunyi.
"Siapa sih! gangu banget!!" gerutu Kaila dengan kesalnya saat ponselnya itu tidak mau berhenti berbunyi.
"Yuda?" ucap Kaila saat Yuda melakukan panggilan suara, tanpa pikir dua kali Kaila langsung mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Halo"
"Halo Kaila, kamu kemana saja? kenapa baru mengangkat telfon ku?"
"Em itu aku tadi baru di kamar mandi jadi baru bisa angkat telfon kamu"
"Oh... ngomong ngomong kamu sudah sampai rumah?"
"Udah"
"Sama siapa?"
"Emm tadi sama kak Riko"
"Serius sama kak riko?"
"Iyah, kamu sendiri sudah pulang?"
"Belum aku masih di lapangan futsal"
"Cepat pulang, gak baik pulang malam malam"
"Iyah, bentar lagi aku pulang, kalo gitu udah dulu ya aku mau latihan futsal lagi, kamu habis ini langsung mandi jangan nanti nanti"
"Iyah"
"Nanti malam aku telfon kamu lagi"
"Iyah, aku tunggu"
Setalah sambungan telefon tersebut terputus kaila meletakan ponselnya ke atas nakas, setalah itu Kaila beralih melepas sepatu yang masih melekat di kakinya, berjalan ke arah jendela kamarnya membuka tirai berwarna pink, saat tirai di buka memperlihatkan hujan yang masih turun dengan sangat deras di luar sana yang membasahi apapun yang ada di bawahnya.
Duar...
"Ayah!!" Teriak kaila saat suara petir yang menggelegar begitu keras terdengar membuat Kaila langsung mendudukan tubuhnya dengan tangan yang menutupi telinganya.
Niatnya ingin melihat hujan turun membuat Kaila mengurungkan niatnya saat suara petir itu terdengar sangat keras membuat kaila memejamkan matanya dengan tangan yang masih menutup telinganya dengan kuat
"Kaila?" panggil seseorang dari arah pintu saat mendengar teriakan Kaila yang begitu keras dari luar kamar.
"Kaila? lo dimana?" panggil Riko berjalan masuk ke kamar kaila saat tidak mendapatkan jawaban dari adeknya itu, saat Riko berjalan lebih masuk ke dalam kamar Kaila ia melihat kaila yang tengah berjongkok di dekat kaca dengan tangan yang menutupi telinganya.
"Kai?" panggil Riko sambil berjalan ke arah kaila yang masih diam di tempat.
"Kaila?" panggil Riko membuat kaila membuka matanya perlahan dan menoleh ke arah Riko yang juga sudah berjongkok di sampingnya dengan tatapan bingung.
"Lo ngapain?" tanya Riko.
"Gak, gue gak ngapa-ngapain" jawab kaila yang langsung berdiri dari jongkoknya.
"Terus kenapa lo triak triak kaya tarzan?" Tanya Riko yang tadinya khawatir saat mendengar teriakan Kaila tapi yang di khawatirkan malah tidak jelas.
"Gue tadi lagi belajar akting" jawab Kaila tanpa dosa, dan berusaha menutupi rasa takut yang masih ada di dirinya karena bunyi petir tadi.
"Gila lo, brobat sono!" kesal Riko saat melihat ekspresi wajah tanpa dosa milik kaila dan mendorong dahi adeknya itu kebelakang karena sudah membuatnya khawatir, sedangkan kaila hanya berdecak kesal sambil memegangi dahinya yang di dorong Riko.
"Lo yang brobat sono!" teriak Kaila saat Riko sudah keluar dari dalam kamarnya.
Kaila yang melihat Riko sudah keluar dari dalam kamarnya membenarkan posisi tirai yang sempat buka, dan memutuskan untuk segera mandi sesuai perintah Yuda di telfon tadi.
***
Seperti biasa kaila, Riko dan Bunda sudah duduk di kursi mereka masing masing melahap makan malam mereka yang ada di atas piring, awalnya suasana di meja makan terlihat sangat tenang sampai pertengkaran kecil antara adek kakak itu membuat Bunda hanya geleng geleng kepala.
Pertengkaran yang memperebutkan sepotong ayam yang tinggal satu membuat meja makan itu terdengar sangat ramai karena tidak ada yang mau mengalah, Bunda yang melihat itu hanya diam saja pasalnya ia sudah hafal dengan sifat anak anaknya pasti salah satu dari mereka akan ada yang mengalah walau membutuhkan waktu dan proses perdebatan yang sangat panjang.
"Ambil aja lah!" akhirnya Riko mengalah menyerahkan piring yang berisi ayam itu pada kaila.
"Makasih kakak" ucap kaila dengan senang.
"Seneng?" ucap Riko judes saat melihat kaila makan ayam dengan lahap.
"Seneng dong" kata Kaila sambil memakan ayam itu di buat seperti iklan iklan di televisi.
"Enak lo kak ayamnya" goda Kaila membuat Riko berdecak kesal tapi di dalam hatinya ia senang melihat adeknya yang seperti itu.
"Buruan habisin makanan lo terus kerja in pr sekolah lo" kata Riko yang sudah selesai makan dan meminum air di gelasnya.
"Iyah" jawab Kaila yang masih fokus pada ayam di tangannya.
Bunda yang sudah menghabiskan makanannya dari tadi hanya senyam senyum sendiri melihat tingkah putra putrinya itu, yang satunya keras kepala dan tidak mau mengalah dan satunya lagi keras kepala tapi memiliki sedikit rasa mengalah terutama pada adeknya, tapi entah kenapa sifat usil dari keduanya tidak pernah hilang.
"Bunda, Kaila sama Kakak ke kamar dulu" ujar kaila yang sudah menyelesaikan makan malamnya dan meraih tangan Riko dan menariknya ke lantai dua.
Kaila memang seperti itu kepada Riko, kalo Riko mempunyai waktu luang ia akan meminta Riko untuk menemaninya di kamar menghabiskan waktu adek dan kakak, karena Riko yang kuliah sangat sibuk dengan tugas tugasnya apa lagi sama teman temannya.
"Kak" panggil kaila yang sudah duduk di kursi belajarnya, sedangkan Riko merebahkan tubuhnya di kasur milik Kaila dengan memainkan ponselnya.
"Hm"
"Habis lulus S1 kak Riko rencana mau lanjut S2 apa langsung kerja?" tanya Kaila yang masih dengan menatap buku buku di hadapannya.
"Rencana mau langsung kerja, tapi gak tau Ayah" jawab Riko yang masih fokus pada layar ponselnya.
"Kenapa harus nunggu keputusan Ayah? kan kakak punya tujuan sendiri, kaya gak punya tujuan hidup aja harus nunggu Ayah yang nentuin segala" cibir Kaila membuat Riko menatap punggung adeknya itu dengan tatapan kesal.
"Bukannya gak punya tujuan hidup, kakak cuma mau jadi anak yang berbakti aja dengan nurut in kemauan Ayah" ralat Riko.
"Bilang aja takut semua fasilitas yang di kasih ayah di cabut kan?" kata Kaila yang sudah mengerjakan pr nya berjalan ke arah kasur miliknya di mana Riko masih merebahkan tubuhnya disana.
"Karena kakak anak laki laki di keluarga ini dan Ayah ingin kakak yang nerus in perusahaan ayah" ralat Riko.
"Walau sebenarnya kakak terpaksa kan melakukan itu?"
"Siapa bilang, nyatanya kakak enjoy enjoy aja jalaninnya" ucap Riko yang langsung mendudukan tubuhnya menghadap Kaila yang juga duduk di sampingnya.
"Iyah deh Kaila percaya" kata kaila mengangukkan kepalanya dan lebih mengiyakan perkataan Riko.
"Ngapain lihat lihat?" pertanyaan itu keluar saat Kaila yang terus memandangi wajahnya. "Gue tau kalo gue itu genteng, keren, mirip Vicenzo Casano lagi"
"Pala kau kempes" ucap kaila dengan cepat saat Riko menyamakan dirinya dengan aktor korea yang keren itu.
"Mulut di jaga" ucap Riko yang langsung mengarahkan tangannya ke mulut Kaila yang selalu tidak pernah benar saat bicara.
"Kepedean lo kalo nyari kembaran" kata Kaila yang menepis tangan Riko dari bibirnya. "Lo tau lo sama Vicenzo Casano itu bagaikan langit dan bumi, jauh!" lanjut Kaila menekan kalimat terakhirnya.
"Suka suka gue lah"
"Lo mau tau kembaran yang pas buat lo itu apa?" kata Kaila membuat Riko menatap penuh curiga kepada adeknya itu.
"Perasaan gue mulai gak enak nih" batin Riko yang mulai siap mendengar ucapan adeknya itu.
"Siapa menang?" tanya Riko.
"Ketika lo berdiri di samping patung manusia purba baru mirip, yang gaya nya kaya gini" kata kaila yang menaruh satu tangan di kepalanya satu tangan lagi di belakang tubuhnya dengan lidah yang ia taruh di depa gigi dengan mulut yang tertutup.
"Anjing!!" Riko yang melihat ekspresi wajah Kaila merasa kesal sendiri di raihnya bantal milik kaila dan melemparkannya ke wajah adeknya itu.
"Hahaha....mirip tau" tawa kaila pecah saat membayangkan kakaknya itu beneran berdiri di samping patung manusia purba.
"Rasa in ini, dasar adek laknat" Riko yang melihat Kaila yang terus tertawa membuat nya melempar bantal itu ke tubuh kaila dengan pelan suapaya tidak menyakiti adeknya itu.
Kaila juga yang tidak mau mengalah di raihnya satu lagi bantal miliknya untuk membalas apa yang Riko lakukan kepadanya, tapi bedanya kalo Riko yang mengarahkan bantal itu pelan ke arah Kaila beda hallnya dengan Kaila yang mengarahkan bantal tersebut dengan keras ke kepala Riko.
"Anjir sakit" ucap Riko memegang kepalanya saat kaila memukul kepalanya dengan bantal dengan lumayan keras.
"Sukurin!" ejek Kaila.
"Sini lo gue kasih pelajaran" di pengennya kedua tangan kaila agar adeknya itu tidak berontak, dan Riko langsung menggelitik tubuh Kaila membuat tawa kaila semakin keras terdengar di kamar itu.
"Kak Riko ampun kak, hahaha...."
"Gak, ini hukuman buat lo"
"Hahaha ampun kak, ayah tolong" teriak Kaila semakin keras.
"Ayah gak di rumah tolol" ucap Riko yang masih menggelitik ii tubuh adeknya itu.
"Hahaha... kak Riko udah kak, uhuk uhuk uhuk" kaila yang terlalu banyak tertawa membuatnya sampai terbatuk batuk.
Riko yang melihat Kaila sampai batuk batuk memilih menyudahi ke usilannya nya dan mengambilkan air yang selalu ada di samping kasur Kaila. "Minum" kata Riko mengarahkan satu gelas air putih ke arah kaila dan kaila meraih satu gelas itu dari tangan kakaknya dan langsung meneguknya.
"Lain kali kalo gak mau di balas balik jangan ganggu duluan" kata Riko membuat Kaila yang kembali ingin tertawa.
"Iyah iyah enggak"
"Udah sekarang buruan tidur, besok sekolah" kata Riko mengusap kepala Kaila sebelum ia keluar dari kamar adeknya itu.
"Iyah" jawab Kaila.
Setelah Riko keluar dari kamarnya kaila membenarkan kasur yang sedikit berantakan kerena ulah Keduanya, setelah posisi kasurnya yang sudah seperti sedia kala, kaila merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan menarik selimut sampai pinggang, tangan kaila meraih bponselnya saat Yuda tidak kunjung menghubunginya.
Di letakan kembali benda itu di atas nakas, membuat Kaila menatap langit langit kamarnya sambil menunggu Yuda menelfonnya, setengah jam, satu jam, dua jam berlalu tapi Yuda tidak juga kunjung menelfonnya membuat mata Kaila perlahan terpejam karena rasa kantuk yang sudah menghampirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Diah Ayu Lukitowati
Vicenzo Cassano dong💜💜
2021-12-12
0
Maya Imuch
suka bgt liat kakak adik akur gitu jd 😁iri
2021-12-10
2