Butuh Tumpangan?

Tring.....

Suara bell panjang berbunyi menandakan jam sekolah telah usai, semua siswa siswi langsung memasukan buku pelajaran mereka ke dalam tas, dan ingin segera pulang kerumah mereka masing masing untuk mengistirahatkan otak mereka yang sudah sangat lelah karena pelajaran hari ini.

"Berdoa selesai" kata fadil ketua kelas di kelas kaila, setelah berdoa bersama sebelum pulang.

"Jangan lupa pr nya di kerja in, karena ibu gak mau dengar satu siswa yang belum mengerjakan tugas dari ibu Minggu depan" kata Bu Endang guru mata pelajaran pkn.

"Baik bu" jawab satu kelas kompak,dan satu persatu dari mereka keluar dari dalam kelas saat bu Endang terlebih dahulu keluar dan menyisakan Kaila dan Rara yang masih di dalam kelas.

"Lo gak pulang?" tanya Rara yang sudah siap dengan tas canglongnya dan melihat Kaila yang masih duduk dengan santai di kursinya.

"Yuda latihan futsal" kata Kaila lesuh, karena ia baru saja mendapatkan pesan dari Yuda kalo ia tidak bisa mengantarnya pulang.

"Pantes lo gak heboh kaya biasanya" kata Rara mengingat Kaila yang selalu meninggalkannya saat pulang sekolah supaya bisa pulang bersama kekasihnya itu.

Kaila hanya memutar bola matanya malas mendengar penuturan Rara, Kaila langsung meraih tasnya dan melangkah keluar dari dalam kelas bersama dengan Rara yang juga mengikutinya dari belakang.

"Gue gonceng ya" kata Kaila menatap sahabatnya yang tengah berjalan di sampingnya.

"Gue gonceng ya" kata Rara dengan suaranya yang di buat buat mengulangi ucapan Kaila. "Giliran pacar lo ada acara aja pulangnya sama gue!"

"Ayolah ra" bujuk Kaila.

"Gak, gak bisa!"

"Kenapa?" kata Kaila memberhentikan langkahnya di lorong sekolah.

"Gue ada latihan silat habis ini, jadi gue gak bisa nganterin lo pulang" kata Rara yang melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Lo kan bisa bolos" kata Kaila.

"Gampang bener tu mulut bilang bolos" cibir Rara.

"Biasanya juga lo bolos pelajaran udah biasa, masak lo bolos satu hari aja gak bisa"

"Gak bisa Kaila cantik, udah ya gue pulang dulu" kata Rara yang sudah sampai di parkiran sekolah.

"Ih, Ra...masa lo tega banget ninggalin sahabat lo sendirian di sini" kata Kaila dengan menunjuk wajah memelasnya.

"Lo bisa naik bus atau angkot Kai, udah ya gue bisa telat nih, bay Rara...." teriak Rara saat motornya meninggalkan parkiran sekolah.

"Sialan tu Rara!" kata Kaila kesal dengan kaki yang menendang kerikil yang ada di hadapannya.

Dengan malas Kaila berjalan meninggalkan parkiran sekolah, yang mulai sepi karena tinggal beberapa siswa siswi kelas sepuluhan yang mengikuti ekstrakurikuler.

Halte bus yang kebetulan sepi membuat Kaila terpaksa menunggu bus sendirian di sana, "Mana ada bus jam segini?" guman Kaila pada dirinya sendiri saat melihat jam di pergelangan tangannya menunjukan pukul empat sore.

Kaila mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, mencari aplikasi berwarna hijau di layar ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang dengan harapan ia bisa menjemput dirinya yang terlantar di halte bus sendirian.

setelah mengirimkan pesan itu pada Riko kaila harus menunggu beberapa saat dulu karena kebetulan hp Riko lagi off, Kaila menatap lalu lalang kendaraan yang mondar mandir di depannya sampai bunyi notif dari ponselnya membuat Kaila dengan cepat menyalakan layar ponselnya yang sempat mati karena menunggu jawaban dari Riko.

Kaila mendengus kesal saat membaca pesan dari kakaknya,jawaban itu bukan yang kaila tunggu tunggu dari tadi sampai tangan kaila kembali menari di atas papan keyboard di layar ponselnya.

Pesan terakhir di kirim Riko bersamaan dengan hp Riko yang kembali off, membuat Kaila mengepalkan tangannya di depan layar ponselnya membayangkan layar ponselnya itu wajah dari sang kakak.

"Kak Riko ya... nyebelin banget jadi orang, orang suruh jemput adek nya juga"

"Awas aja nanti sampai rumah Kaila aduin sama Bunda, biar aja uang jajannya di potong sekalian" kata Kaila menunjuk nunjuk layar ponselnya yang masih menampilkan chat nya dengan sang kakak.

"Oh iyah, Bunda" kata kaila yang masih ingat masih ada satu orang lagi yang bisa menolongnya, berharap mailaikat tanpa sayap itu mau menjemputnya.

Dua pesan itu kaila ia kirimkan pada Bunda tapi sepertinya hp sang Bunda tidak aktif karena hanya menampilkan centang satu di aplikasi chat nya, membuat Kaila menghela nafas panjang mengingat pasti Bundanya masih sibuk dengan toko kuenya.

Pandangan kaila beralih menatap langit yang perlahan berubah menjadi abu abu menandakan sebentar lagi akan turun hujan karena memang sekarang sudah memasuki musim penghujan, angin yang tadinya semilir perlahan menjadi sedikit kencang, membuat beberapa kendaraan yang melintas menambah kecepatan mereka apa lagi kendaraan roda dua yang saling menyalip satu sama lain agar segera sampai di tempat tujuan sebelum hujan turun.

Kaila yang merasakan angin yang semakin dingin mengusap lengannya yang terasa kedinginan, "Sial, gue lupakan bawa jaket" umpat Kaila mengingat jaketnya tertinggal di meja belajarnya.

"Dan sekarang gimana dong, ya kali gue di sini sendirian mana bentar lagi hujan turun" kata kaila kembali menatap langit yang sudah berwarna abu abu.

"Dan gak mungkin juga gue pulang jalan kaki, gila apa,rumah gue dari sini kan lumayan kalo jalan kaki"

"Tapi kalo naik taksi gue mana ada uang" kata Kaila mengingat uang sakunya tidak cukup untuk membayar taksi.

"Biasanya kalo Kak Riko gak bisa jemput Kaila, Ayah yang jemput akan jemput, tapi gak mungkin Ayah jemput Kaila kan Ayah lagi di luar kota" kaila lagi lagi menghela nafas panjang mengingat ayahnya masih berada di luar kota dan baru akan pulang dua hari lagi.

suara guntur yang mulai terdengar membuat kaila semakin bingung, bagaimana caranya ia pulang? bahkan tidak ada satupun orang yang mau mengantarnya pulang, kaila hanya bisa pasrah berharap tuhan mendatangkan satu orang yang dengan suka rela mengantarnya pulang, kaila menundukan kepalanya melihat kaki yang ia ayunkan di bangku halte bus.

"Butuh tumpangan?" suara itu membuat kaila mendongakkan wajahnya menatap sumber suara.

"Raka? ngapa in lo di sini?" tanya kaila saat pengendara motor itu membuka helmnya dan memperlihatkan laki laki yang ia temui tadi di kantin.

"Tadi dari jauh gue lihat lo di sini sendirian di sini, dan gue pikir kalo lo butuh tumpangan, ya udah gue samperin" kata Raka yang sempat memperhatikan gerak gerik kaila dari kejauhan sebelum akhirnya ia menghampiri Kaila, karena Raka yakin wanita ini sedang butuh tumpangan.

"Sebelumnya makasih tapi gue gak butuh tumpangan dari lo" kata Kaila dengan menatap arah lain. "Gue bisa naik bus atau angkot"

"Yakin masih mau nunggu bus dan angkot di jam segini?" tanya Raka membuat kaila kembali menatap Raka.

"Gue tau kalo jam segini gk bakal ada bus atau angkot yang lewat, tapi ya kali gue satu motor sama si Raka"

"Serius gak mau nerima niat baik gue? bentar lagi hujan lebat turun lho, dan gak mungkin kan lo mau di sini sendirian sampai malam?" kata Raka membuat Kaila berfikir sejak dan ada benarnya juga perkataan Raka.

"Ya juga, gak mungkin dong gue di sini sampai malam hari, mana kata siswa siswi yang lainnnya kalo daerah sekolah angker lagi"

"Sial! kenapa gue jadi merinding gini sih" batin Kaila dengan tangan yang mengusap tengkuk lehernya yang merasa merinding.

"Kalo gak mau ya udah gue pulang duluan, banyak banyak aja berdoa karena katanya banyak yang lihat kalo ada orang yang sering berjalan di sekitar sekolah tanpa kepala saat malam hari" kata Raka menakut nakuti Kaila, karena saat kaila mengusap tengkuk lehernya Raka sudah yakin pasti kaila akan membayangkan desas desus para siswa siswi yang bagi Raka itu hanya mitos dan hanya orang bodoh yang mempercayai hall seperti itu, tapi ternyata desas desus yang tidak berguna itu berguna juga untuk saat ini.

Saat kaila mendengar penuturan dari Raka rasa takutnya semakin menjadi, kaila menatap kanan dan kirinya berharap makhluk itu tidak ada di dekatnya sampai suara motor milik Raka terdengar membuat kaila menatap Raka yang sudah siap ingin mengegas motor milikinya.

"Tunggu, tunggu, tunggu" cegah Kaila dengan cepat berdiri dari kursi halte dan memegang tangan Raka.

"Gue gonceng ya" kata kaila dengan suara yang berubah lembut tidak ngegas seperti tadi

"Katanya tadi gak butuh tumpangan" kata Raka mengulangi ucapan Kaila yang sempat kaila lontarkan beberapa saat yang lalu.

"Haha...gue becanda kali,gitu aja lo anggep serius" kata kaila dengan tawa yang di buat buat.

"Kalo bukan karena terpaksa ogah gue gonceng sama cowok kaya lo!"

"Naik" kata Raka, membuat kaila langsung naik ke jok belakang Raka.

"Pegangan nanti jatuh"

"Hah apa? pegangan? gue harus meluk lo gitu?" kini suara kaila kembali terdengar keras saat Raka memerintahkannya untuk memeluk pinggangnya.

"Lo gak bawa helem, lo mau nanti di tengah perjalanan lo jatuh di jalan terus tanpa lo sadari belakang lo ada truk tronton, seterusnya lo bisa bayang in aja sendiri" perkataan Raka membuat kaila mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia menarik rambut Raka, tapi tidak untuk saat ini karena saat ini ia masih membutuhkan Raka untuk mengantarnya pulang.

"Iyah Iyah" kata Kaila dan terpaksa kaila melingkarkan tangannya di pinggang milik Raka, sudut bibir Raka membentuk sebuah senyuman saat kaila benar benar memeluknya dari belakang.

"Ayo jalan, ngapain masih diam aja?" ucap Kaila kesal saat Raka tidak kunjung melajukan motornya.

"Iyah bawel"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!