...Happy reading...
****
"Sejak kapan lo merokok?" tanya Elang dengan tajam. Elang Mahendra adalah sahabat Dimas sejak masa taman kanak-kanak, mereka tampak akrab walau Elang terlihat dingin dan pendiam.
"Gue pusing!" jawab Dimas dengan tenang. Asap mengepul keluar dari mulutnya ketika sebatang rokok ia hisap.
"Pusing gak harus menghisap asap seperti itu!" ucap Elang dengan tajam. "Lo masih SMP dan bisa-bisanya lo merokok! Kalau ketahuan orang tua lo, gue gak mau bantu apapun!" ucap Elang dengan santai.
"Santai aja! Orang tua gue gak akan peduli tentang kehidupan gue. Mau gue mati sekali pun mereka gak akan peduli!" ucap Dimas seperti tidak ada beban padahal di hatinya sudah menumpuk jutaan beban yang membuat Dimas tidak bisa berpikir dengan jernih. Yang awalnya ia anti dengan rokok, kini Dimas bisa menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari.
"Nilai lo kenapa bisa hancur? Biasanya gue dan lo adalah saingan terberat di kelas," ucap Elang yang tak mau membahas kedua orang tua Dimas karena ia dapat mengetahui Dimas tidak nyaman membahas mereka.
"Gue capek jadi orang pintar tapi gak ada yang peduli tentang nilai gue. Tenang aja sekarang lo gak ada saingan lagi," ucap Dimas.
"Uhuk...uhuk... Jauhkan rokok itu dari gue!" ucap Elang dengan tajam. "Gue tahu permasalahan keluarga lo tapi gak harus membuat lo jadi seperti ini. Perjalanan hidup lo masih panjang, Dim. Ada Jelita yang juga butuh dukungan dari lo," ucap Elang dengan bijak.
"Dia bukan adik gue!" ucap Dimas dengan tajam. Ia membuang putung rokoknya dengan kasar lalu menginjaknya dengan sepatu sekolah yang ia pakai.
"Dia adek lo! Lahir dari rahim yang sama seperti lo!" ujar Elang dengan tajam. "Awas ketahuan guru BP!" ucap Elang dengan datar. Lalu ia meninggalkan Dimas yang terkekeh. Ketahuan pun tak masalah bagi Dimas dengan begitu ada yang memperhatikan dirinya bukan? Ah... Malang sekali nasibnya yang membutuhkan perhatian dari orang lain.
Dimas sampai lupa jika Jelita tak pulang semalaman. Bahkan ia sama sekali tidak peduli jika gadis kecil itu tidak pulang sama sekali. Masa bodoh dengan keadaan gadis kecil yang dulu sangat ia sayangi itu.
"DIMAS ANGGARA, IKUT KE RUANGAN SAYA SEKARANG!"
Dimas tersenyum puas melihat kemarahan guru BP yang berada di depannya.
"Oke, Bu!" jawab Dimas dengan santai membuat guru bernama Sri tersebut kembali merasa kesal. Sebulan ini Dimas selalu saja berbuat onar dan sering kali keluar masuk ruang BP. Kemana Dimas yang baik, pintar dan patuh itu?
****
"Siapa namamu, Nak?" tanya Gladis dengan lembut. Sejak semalam gadis kecil ini pingsan dengan suhu tubuh yang sangat panas hingga Gladis dan Nathan membawanya ke rumah sakit tetapi kata dokter tidak perlu di rawat inap sehingga Gladis membawa Jelita pulang ke rumahnya.
Jelita menatap sekelilingnya yang terasa sangat asing baginya. "Ini dimana?" tanya Jelita dengan lirih.
"Kuburan!" jawab Rasyad dengan datar. Anak berusia 15 tahun itu sama sekali tak menatap Jelita, ia sibuk dengan bukunya. Gara-gara Jelita ia tidak sekolah karena kedua orang tuanya sibuk mengurus Jelita.
Jelita terdiam dengan menunduk sedih. Gladis yang mendengar suara ketus dari Rasyad hanya bisa menghela napasnya dengan dalam karena Rasyad sama seperti Nathan, sangat dingin dan susah tersentuh. Masih ingatkan kalian bagaimana Gladis dari kecil mengejar Nathan hingga berani mencium Nathan saat ulang tahunnya dulu? Rasanya jika mengingat itu Gladis merasa malu sekarang padahal dulu urat malunya sudah putus!
"Rasyad yang sopan, Nak!" tegur Gladis membuat Rasyad terdiam.
"Siapa nama kamu, Nak?" tanya Gladis sekali lagi.
"J-jelita, Tante," gumam Jelita dengan pelan.
"Nama yang cantik seperti orangnya. Kamu semalam demam dan kami tidak tahu rumah kamu di mana. Sekarang boleh kasih tahu rumah kamu di mana pasti kedua orang tua kamu cemas mencarimu, Nak!" ucap Gladis dengan lembut.
Jelita terdiam. Mama dan papanya cemas mencarinya? Sampai dunia kiamat pun mereka tidak akan cemas dan peduli kepadanya.
"Kok diam?" tanya Gladis dengan pelan.
"Bisu!" ucap Rasyad dengan tajam.
"Rasyad!"
"Iya maaf, Bun," ucap Rasyad dengan datar.
Gladis menghela napasnya dengan perlahan. "Keluar dari kamar ini dan bermainlah dengan Rasyid dan Erina di bawah. Kamu membuat Jelita takut," ucap Gladis dengan pelan.
Tanpa ekspresi apapun Rasyad keluar dari kamar tamu yang di tempati Jelita meninggalkan gadis kecil itu dan bundanya.
"Kamu bisa cerita sekarang. Kak Rasyad sudah keluar," ucap Gladis dengan lembut.
Jelita terdiam tetapi matanya berkaca-kaca, ia tak tahu harus berkata apa kepada wanita yang sebaya dengan ibunya ini. "P-apa dan mama gak akan cari Jelita," gumam Jelita dengan sedih.
Awalnya Gladis merasa terkejut tetapi dengan cepat kemudian ia memeluk Jelita. Tanpa berkata pun Gladis tahu seperti apa permasalahan keluarga Jelita. "Pasti mereka sedih Jelita. Tak ada orang tua yang tak mencemaskan keadaan anaknya. Begitu pun dengan kedua orang tua kamu," ucap Glasis dengan lembut.
"Apa benar Tante? Tapi mengapa mama Jelita gak pernah pulang untuk menjemput Jelita. Papa bilang Jelita bukan anaknya. Jelita anak haram dari mama, papa bukan papa kandung Jelita. Padahal Jelita sayang mereka. Anak haram itu apa Tante? Jelita sering dengar dari teman-teman sekolah tetapi Jelita gak paham apa yang mereka maksud," ucap Jelita dengan sedih.
Tes...
Gladis meneteskan air matanya, tetapi ia buru-buru menyekanya dengan cepat agar tidak ketahuan Jelita. Gadis yang mungkin se-usia dengan anak bungsunya ini terlihat sangat malang sekali.
"Kamu bisa anggap Tante ini mama kamu, Nak. Panggil Tante dengan sebutan Bunda," ucap Gladis dengan lirih.
"Apa boleh begitu?" tanya Jelita dengan takut.
"Boleh! Sekarang Tante dan om adalah orang tua angkat kamu dan anak-anak bunda adalah kakak kamu!" ucap Gladis dengan tegas.
Haruskah Jelita bahagia dengan kata-kata Gladis atau merasa sedih karena orang lain lebih peduli kepadanya dari pada keluarganya sendiri?
Mengapa rasanya sangat menyesakkan sekali! Tiba-tiba ia merasa rindu dengan sang mama yang sudah sebulan tidak ia jumpai sama sekali. Mamanya seakan ditelan bumi.
*****
Gimana dengan part ini?
Kasihan Jelita dan Dimas jadi korban keegoisan orang tuanya.
Ramein part ini ya dengan like, vote, komentar, dan favoritkan cerita ini serta bintang 5 nya ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Mynovel
Emang Nathan dan gladis ada dinovelmu yg mana Thor.?
maaf baru Nemu dan baca karyamu,sepertinya menarik,semoga kompliknya gak berat dan gak berbelit-belit🙏
2022-11-08
1
lina
😭😭ceritanya bagus thor
2022-11-04
0
Ismi
siapa yg menaroh bawang di sini😭
2021-12-22
0