Ch 3 - Hari Pertama Bekerja

Kabar bahagia itu disambut dengan gegap gempita. Kami yang tinggal di pinggiran kota masih menganut tradisi yang mulai dilupakan oleh jaman. Malam itu juga, keluargaku mengadakan acara tasyakuran. Sebagai bentuk dari rasa terima kasih atas rejeki yang telah diberikan.

Keluargaku bukan berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Ayahku tamatan SD, sementara ibuku SMP. Namun pemikiran keduanya sangatlah luar biasa. Bagi mereka, pendidikan dan akhlak adalah nomor satu. Untuk itu, mereka memaksakan diri untuk menyekolahkanku setinggi mungkin, meski harus tertatih-tatih untuk membuatku mendapat gelar ini.

Mendapat pekerjaan ini mengangkat derajat keluargaku di mata tetangga. Selama ini keteguhan ayah dan ibu selalu dipandang sebelah mata. Bagi mereka, menyekolahkan anak perempuan tidak ada guna. Setelah menikah, anak perempuan akan melupakan orangtuanya. Namun pemikiran-pemikiran dangkal itu tidak pernah bisa menguasai orangtuaku. Mereka tetap teguh dengan pendirian dan berjalan di jalan yang telah mereka yakini.

***

Hari pertama bekerja sangatlah menghebohkan. Ayah dan Ibu memaksa untuk mengantar. Usiaku sudah 22 tahun, namun beliau masih memperlakukanku seperti anak kecil.

Bukan tanpa alasan mereka melakukannya. Sebenarnya, aku bukanlah anak tunggal. Aku memiliki seorang kakak, namun di usia yang masih belia, dia harus meregang nyawa karena suatu kecelakaan.

Setelah kejadian itu, ayah dan ibu menjadi lebih protektif dibanding sebelumnya. Mereka tidak pernah membiarkanku keluar sendiri, kecuali memang ada waktu-waktu tertentu mereka tidak bisa menemani, seperti pada saat wawancara terakhir kemarin.

Kali ini pun demikian. Mereka memaksa untuk mengantarku ke tempat kerja layaknya mengantar anak di hari pertama sekolah.

Perjalanan dari rumah ke kantor, - ah senang sekali rasanya menyebut kata 'kantor', seolah-olah aku telah menjadi wanita karier sekarang- memakan waktu sekitar 40 menit. Mengendarai mobil pick up andalan, kami berangkat pukul enam pagi.

Jalanan masih terpantau sepi. Tidak ada kendala apapun yang berarti. Sebelum pukul tujuh, kami telah berada di area Gajah Mada Square. Kantor masih tutup. Hanya nampak security yang tengah berjaga.

"Nay tunggu di depan saja. Ayah, Ibu lanjut saja. Bukannya hari ini ada pengiriman ke Lumajang?" bisikku sembari melirik muatan yang ada di belakang. Terdapat berball-ball krupuk rambak siap distribusi.

"Yakin ora opo-opo yen tak tinggal Nduk?" (Yakin nggak ada apa-apa kalau Ibu tinggal, Nak) \=> Untuk selanjutnya percakapan bahasa Jawa mereka akan dialihkan menggunakan bahasa Indonesia.

"Iya Bu, yakin. Buktinya kemarin Nay bisa ke sini sendiri. Nay sudah kerja. Sudah bukan anak kecil lagi."

"Bagi kami, kamu akan selalu jadi bayi. Tidak ada orangtua yang tidak khawatir dengan anaknya ...."

Hampir sepuluh menit berdebat, hingga akhirnya Bapak dan Ibu mengalah serta memilih melanjutkan perjalanan.

Aku memilih untuk duduk di emperan kantor. Pak security tidak bisa membuka kantor karena kunci dipegang oleh dua pimpinan tertinggi.

"Selamat ya Mbak, akhirnya sampeyan yang terpilih dan diterima di sini," ucap Pak Security yang dari name tagnya bernama Abdul. Beliau adalah orang yang mengantarku menuju ruang pimpinan kemarin.

"Iya Bapak, alhamdulillah. Masih tidak menyangka bisa terpilih Pak."

"Iya Mbak, memang harus benar-benar bersyukur. Saingan sampeyan itu berat-berat Mbak. Ada yang sudah S2. Ada juga yang lulusan UI."

"Tapi kenapa saya yang terpilih ya Pak?" tanyaku penasaran. Sampai sekarang aku masih tidak habis pikir. Dibandingkan dengan lulusan Universitas Indonesia dan mendapat gelar S2, tentu universitas tempatku lulus akan dipandang sebelah mata. Tapi mengapa aku yang terpilih? Hal itu masih menjadi tanda tanya besar yang mungkin tak akan pernah hilang sebelum mendapat jawaban.

"Itu namanya doa dari orang tua Mbak. Menjadikan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kun fayakun ...."

Obrolan itu berlanjut hingga dua puluh menit kemudian. Menjelang pukul setengah delapan, para karyawan mulai berdatangan, tak terkecuali Pak Marga dan Pak Kaku, sebutanku untuk Pak Armand.

Innova Reborn berwarna hitam dan Xpander silver memasuki parkiran secara bersamaan. Semua karyawan pun bergegas, bersiap-siap untuk melakukan morning briefing.

***

Pagi itu, aku diperkenalkan sebagai karyawan baru di hadapan seluruh karyawan. Rasanya sangat canggung dan menegangkan, demam panggungku kembali datang. Meskipun hanya berbicara satu dua patah kata, tapi rasanya sangat mendebarkan. Apalagi ketika mata-mata itu menjadikan aku sebagai pusat perhatian. Aku tipe orang yang tak suka menjadi pusat perhatian. Aku lebih suka menjadi sosok di belakang layar.

Kantor cabang itu memiliki 25 karyawan, yang dipimpin oleh seorang branch manager, seorang head of operation, seorang supervisor frontliner, dua teller, dua customer service, lima sales lending, lima sales funding, satu general affair, dua office boy, dua security, dua driver dan satu back office.

Aku mengisi kekosongan posisi back office yang telah ditinggalkan oleh karyawan sebelumnya. Tidak ada petugas kliring khusus ataupun bagian admin kredit, sehingga aku merangkap pekerjaan itu sekaligus.

Tidak ada supervisor back office dan admin kredit, sehingga untuk posisi jabatanku saat ini langsung berada di bawah pengawasan head of operation yang dipegang oleh Pak Kaku alias Pak Armand. Memikirkan menjadi anak buahnya secara langsung membuatku ketar-ketir. Aku sudah bisa membayangkan hari-hari berat yang akan kujalani di kantor ini.

Pak Armand, tetap kaku seperti biasa. Di sepanjang morning briefing, dia hanya sekali menatapku secara sepintas. Tatapan datar tanpa ekspresi. Itu pun ketika Pak Marga menyebut nama kami secara bersamaan.

"Arsha, berhubung tidak ada jabatan supervisor back office, jadi atasan langsungmu adalah Armand. Dia yang akan membantumu untuk mengarahkan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu. Morbrief diakhiri. Silakan kembali ke tempat masing-masing dan bekerjalah dengan bahagia." Pak Marga menutup morning briefing pagi itu. Semua karyawan langsung kembali ke mejanya masing-masing. Tinggal aku dan Pak Armand, yang masih berdiri dengan canggung di tengah-tengah banking hall.

"Bawa barangmu. Ikut aku." Suara rendah itu memecahkan keheningan. Dengan canggung aku mengambil tas yang tergeletak di kursi customer dan mengikuti Pak Armand yang telah berjalan lebih dulu.

Kami naik ke lantai dua. Ruang branch manager berada di lantai tiga. Sementara head of operation di lantai dua. Pak Marga maupun Pak Armand memiliki ruang sendiri, sementara ruang staff hanya dipisahkan oleh sekat-sekat partisi.

Ruanganku sendiri berada di lantai dua, lantai yang sama dengan Pak Armand berada. Di lantai dua terdapat dua belas ruang staff yang kesebelasnya telah terisi. Hanya menyisakan satu ruang yang letaknya paling dekat dengan ruang head of operation.

Tenggorokanku seketika menjadi kering. Kutelan ludah dengan susah payah. Sudah bisa dipastikan, ruang itu akan menjadi ruangan neraka.

"Ini mejamu." Pak Armand yang sedari tadi berjalan di depanku, menunjuk satu ruang yang dipisahkan oleh sekat partisi berwarna abu-abu.

Di ruang dengan ukuran tak lebih dari 2 meter x 2 meter itu, terdapat meja kerja berpelitur coklat yang dihiasi dengan beberapa laci. Di atas meja terdapat satu layar monitor, keyboard, telepon meja, kalender, dan tumpukan file yang menggunung.

"Itu ruanganku." Pak Kaku menunjuk ruang yang tertutup rapat. Letaknya bersebelahan dengan ruanganku.

"Karena tidak ada supervisor back office atau pun supervisor admin kredit, kamu berada di bawah pengawasanku secara langsung. Selama seminggu ini, aku akan mentrainingmu sendiri. Siapkan otakmu untuk mencerna, karena aku tidak akan mengulang ucapanku untuk kedua kalinya."

***

Happy Reading 😚

NB : Masih bab awal, ngeslow2 dulu ya 🤭

Yang bertanya-tanya, kok bisa seorang head mengajarkan anak training secara langsung? Hohoho, itu bisa saja. Banyak terjadi di dunia nyata, contohnya, aku salah satunya 😂

Terpopuler

Comments

Be snowman

Be snowman

semangatttt shaaaa , bareng pak kakuuu/Awkward//Tongue//Grin/

2024-11-21

0

Ma Malikha

Ma Malikha

waaah kayaknya kak Erkaaaa anak Bank.. 😍😍😍
eeeh...

2024-11-22

1

VS

VS

"....aku tidak akan mengulang ucapanku untuk kedua kalinya"
yaudah kalo gak mau 2X, ulang 3X pak kaku... eh . . lariiii...

2024-09-25

1

lihat semua
Episodes
1 MOHON UNTUK DIBACA
2 Ch 1 - Pertemuan Pertama
3 Ch 2 - Aku Diterima!!
4 Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5 Ch 4 - Hari-hari Training
6 Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7 Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8 Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9 Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10 Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11 Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12 Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13 Ch 12 - Dewa Penolongku
14 Ch 13 - Pandanganku Berubah
15 Ch 14 - Memilih Menghindar
16 Ch 15 - Hanya Berdua?!
17 Ch 16 - Tidur di Bahumu
18 Ch 17 - Kami di Puncak!!
19 Ch 18 - Temani Aku
20 Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21 Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22 Ch 21 - Rumor
23 Ch 22 - Meleyot
24 Ch 23 - Pindah
25 Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26 Ch 25 - Outbond
27 Ch 26 - Game
28 Ch 27 - Terluka
29 Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30 Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31 Ch 30 - Kejadian Memalukan
32 Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33 Ch 32 - Tolong Temani Saya
34 Ch 33 - Calon Mantu?
35 Ch 34 - Kamu Mau?
36 Ch 35 - Perasaan Galau
37 Ch 36 - Hati Yang Hancur
38 Ch 37 - Kenyataan Pahit
39 Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40 Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41 Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42 Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43 Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44 Ch 43 - Siapa Dia?
45 HIATUS
46 Ch 44 - Sang Saka
47 Ch 45 - Bertemu
48 Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49 Ch 47 - Will You
50 Ch 48 - Kegilaan Saka
51 Ch 49 - Resmi Pacaran
52 Ch 50 - Family Gathering
53 Ch 51 - Kursi Kosong
54 Ch 52 - Aku Menyukai
55 Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56 Ch 54 - Hal Tak Terduga
57 Ch 55 - Terluka
58 Ch 56 - Pulang
59 Ch 57 - Menghindar
60 Ch 58 - Salah Paham
61 Ch 59 - Mencarimu
62 Ch 60 - POV Armand
63 Ch 61 - POV Armand
64 Ch 62 - POV Armand
65 Ch 63 - POV Armand
66 Ch 64 - POV Armand
67 Ch 65 - POV Armand
68 Ch 66 - POV Armand
69 Ch 67 - POV Armand
70 Ch 68 - POV Armand
71 Ch 69 - POV Armand
72 Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73 Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74 Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75 Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76 Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77 Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78 Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79 Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80 Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81 Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82 Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83 Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84 Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85 Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86 Ch 84 - [POV Author]
87 Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88 Ch 86 - [POV Author] END
89 Bonus Chapter 1
Episodes

Updated 89 Episodes

1
MOHON UNTUK DIBACA
2
Ch 1 - Pertemuan Pertama
3
Ch 2 - Aku Diterima!!
4
Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5
Ch 4 - Hari-hari Training
6
Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7
Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8
Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9
Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10
Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11
Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12
Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13
Ch 12 - Dewa Penolongku
14
Ch 13 - Pandanganku Berubah
15
Ch 14 - Memilih Menghindar
16
Ch 15 - Hanya Berdua?!
17
Ch 16 - Tidur di Bahumu
18
Ch 17 - Kami di Puncak!!
19
Ch 18 - Temani Aku
20
Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21
Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22
Ch 21 - Rumor
23
Ch 22 - Meleyot
24
Ch 23 - Pindah
25
Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26
Ch 25 - Outbond
27
Ch 26 - Game
28
Ch 27 - Terluka
29
Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30
Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31
Ch 30 - Kejadian Memalukan
32
Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33
Ch 32 - Tolong Temani Saya
34
Ch 33 - Calon Mantu?
35
Ch 34 - Kamu Mau?
36
Ch 35 - Perasaan Galau
37
Ch 36 - Hati Yang Hancur
38
Ch 37 - Kenyataan Pahit
39
Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40
Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41
Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42
Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43
Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44
Ch 43 - Siapa Dia?
45
HIATUS
46
Ch 44 - Sang Saka
47
Ch 45 - Bertemu
48
Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49
Ch 47 - Will You
50
Ch 48 - Kegilaan Saka
51
Ch 49 - Resmi Pacaran
52
Ch 50 - Family Gathering
53
Ch 51 - Kursi Kosong
54
Ch 52 - Aku Menyukai
55
Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56
Ch 54 - Hal Tak Terduga
57
Ch 55 - Terluka
58
Ch 56 - Pulang
59
Ch 57 - Menghindar
60
Ch 58 - Salah Paham
61
Ch 59 - Mencarimu
62
Ch 60 - POV Armand
63
Ch 61 - POV Armand
64
Ch 62 - POV Armand
65
Ch 63 - POV Armand
66
Ch 64 - POV Armand
67
Ch 65 - POV Armand
68
Ch 66 - POV Armand
69
Ch 67 - POV Armand
70
Ch 68 - POV Armand
71
Ch 69 - POV Armand
72
Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73
Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74
Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75
Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76
Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77
Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78
Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79
Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80
Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81
Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82
Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83
Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84
Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85
Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86
Ch 84 - [POV Author]
87
Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88
Ch 86 - [POV Author] END
89
Bonus Chapter 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!