Ch 2 - Aku Diterima!!

Tubuhku begitu kaku. Terasa sulit untuk melangkah hanya untuk duduk di sofa yang jaraknya tak kurang dari dua meter saja. Pandangan dingin dan suara tak bersahabat itu yang menjadi pemicunya. Seketika ketakutan untuk diwawancara kembali datang melanda. Aku *******-***** tangan, untuk meredakan kegugupan.

"Hahaha, Armand! Kamu membuatnya takut! Hahaha. Ayo duduk, duduk. Santai saja." Suara tawa dan kelakar pria paruh baya itu sedikit mencairkan atmosfir ruang yang awalnya terasa sangat kaku. Aku menghembuskan napas. Seolah-olah beban hidup telah terangkat.

Perlahan aku duduk, berhadapan dengan pria paruh baya. Sementara pria bermata dingin tetap berdiri, memandangku dengan tatapan menilai.

"Mana CV-nya?" tanya pria paruh baya dengan tangan terulur tanpa melihat wajah si pria dingin. Dalam sedetik, file itu telah berpindah tangan.

"Hem, Arsha Nayyara Usman. Nama yang bagus. Apa artinya?"

"Ha?" Dengan bodohnya bibir ini langsung menjawab spontan. Jawaban-jawaban diplomatis untuk pertanyaan yang umum disiapkan, namun yang keluar justru tidak terbayangkan.

"Nama panggilanmu? Arsha? Nay? Ara?" Pria paruh baya melihat file sembari sesekali menatap wajahku.

"A-Arsha Pak ...."

"Oh, Arsha. Hem, Armand, Arsha. Arsha, Armand. Nama kalian cocok juga, hahaha!" Pria itu menoleh dengan tawa lebar, sementara pria di sebelahnya tetap bergeming. Ekspresinya kaku. Dari sorot mata seolah-olah mengatakan bahwa tak ada hal lucu untuk ditertawakan.

Pria paruh baya masih tak menyerah. Dia menyikut tubuh pria kaku yang bernama Armand dengan sikunya.

"Ayolah, jangan terlalu kaku. Nanti Arsha takut jadi anak buahmu," ledeknya, namun lagi-lagi ledekannya tak bersambut. Pria paruh baya menarik napas dalam-dalam dan mengangkut bahu. "Dasar pria kaku," dengusnya.

"Oh ya Arsha, rileks saja ya. Anggap saja sedang ngobrol dengan orangtua sendiri. Ayahmu umur berapa?"

"A-ayah saya Pak?"

"Iya, ayahmu."

"Ehm, sekitar awal 50-an Pak ...."

"Sama. Umurku juga 50-an. Sebentar lagi pensiun. Umurku dan ayahmu hampir sama. Jadi anggap saja sedang ngobrol dengan ayahmu. Santai saja ya. Mau permen?" Pria paruh baya yang kuketahui bernama Pak Marga dari name plate holdernya ini menyuguhkan semangkuk permen di hadapanku. Memaksaku untuk mengambilnya. Mau tak mau aku mengambil dan ikut-ikutan Pak Marga membuka bungkusnya.

"Ceritakan tentang dirimu, Arsha." Pertanyaan yang kutunggu dan telah kusiapkan jauh-jauh hari.

Aku memasang sikap tubuh sempurna. Duduk tegak dengan kedua tangan menyilang di atas pangkuan. Menarik napas dalam-dalam dan menatap mata lawan bicara. Aku siap di wawancara.

"Nama saya Arsha Nayyara Usman. Teman-teman memanggil saya Arsha, di rumah saya dipanggil Nay. Saya anak tunggal dari seorang ayah dan ibu yang hebat. Yang sangat memperjuangkan pendidikan putrinya. Menurut beliau tidak ada yang lebih penting selain akhlak dan pendidikan ...."

"Pekerjaan orangtuamu?"

"Ayah penjual krupuk rambak."

"Ibu?"

"Seorang ibu rumah tangga hebat yang sangat mendukung apapun pekerjaan Ayah."

"Arsha sangat bangga sekali ya terhadap kedua orangtuanya."

"Iya Bapak, saya sangat bangga," jawabku tegas. Setiap membicarakan kedua orangtua dan mengingat perjuangan mereka selalu berhasil membuatku menitikkan airmata.

"Anak hebat. Ingat selalu kata-katamu ya. Muliakan kedua orang tua, maka hidupmu juga akan mulia." Pak Marga tersenyum bijak.

"Apa kelebihan & kelemahan seorang Arsha?" Lagi-lagi pertanyaan yang sudah kutahu jawabnya. Aku tersenyum penuh percaya diri.

"Saya pekerja keras, rajin, bisa bekerja sendiri ataupun team work. Kelemahan, bila sedang fokus pada satu hal, terkadang saya melupakan hal lain. Semisal, ketika saya sedang fokus bekerja, saya bisa melupakan rasa lapar ...."

"Oh, itu tidak boleh. Mottoku, bekerjalah dengan bahagia. Jadi kalau lapar, tinggalkan pekerjaanmu dan makan makanan enak. Iya kan Ar?"

"Hem."

"I-iya Pak ...." Tanpa sadar Tuan Dingin dan aku menjawab secara bersamaan.

"Wah kalian kompak. Sudah pasti jodoh ini, hahahaha!"

"Ehem." Pria dingin memalingkan wajah sembari berdehem. Pak Marga terbatuk-batuk, seperti memaklumi.

"Armand, ada yang ingin kamu tanyakan pada Arsha?" tanyanya seperti mengalihkan pembicaraan. Tangannya terjulur, menyerahkan file pada Tuan Dingin. Pria itu membaca sekilas, kemudian tatapan mematikannya kembali menatapku.

"Di sini tertulis pada tahun 2019 sampai 2021, kamu mengikuti proyek dosen dan digaji enam sampai tujuh juta begitu proyek selesai. Bisa kamu jelaskan proyek yang dimaksud? Dan mengapa kamu memilih melamar bekerja di sini bila gaji dari proyek lebih besar dibanding di sini?"

Dan lagi-lagi pertanyaan yang bisa kujawab dengan mudah. Kepercayaan diriku mulai meningkat. Segala rasa khawatir dan cemas yang awalnya mendera, kini terhapus sudah. Dengan penuh rasa percaya diri, aku menjawab segala pertanyaan yang terlontar.

Tak terasa setengah jam aku berada di ruangan eksekusi itu. Wawancara kali ini lebih bisa kutangani dibandingkan wawancara-wawancara sebelumnya. Mungkin karena pembawaan end usernya / pemimpinnya yang ramah, membuat suasana tak lagi menegangkan.

"Oke, Arsha. Sepertinya cukup sampai di sini rasa ingin tahu kami. Ada yang mungkin ingin kamu tanyakan?" Pak Marga mulai menutup pembicaraan.

Aku *******-***** tangan. Rasa khawatir karena takut kembali gagal mulai datang.

"B-boleh saya tahu pengumuman karyawan yang diterima atau tidak itu kapan Pak?"

"Oh, kamu khawatir hal itu." Pak Marga tersenyum kecil. Dia menoleh pada Armand. "Kapan pengumumannya?" tanyanya, melempar pertanyaan yang harusnya ia jawab.

"Paling cepat nanti sore, paling lambat besok siang," ujar Armand singkat. "Terima kasih." Armand menjulurkan tangan, pertanda menyuruhku untuk cepat-cepat hengkang.

"Terima kasih Bapak, atas kesempatan yang telah diberikan. Ditunggu kabar baiknya," ucapku sembari menjabat tangan mereka satu per satu dan keluar dari ruangan.

***

Kabar itu datang tak berselang lama. Baru setengah jam berkendara, ponselku mulai berbunyi. Suaranya yang cukup nyaring sedikit mengganggu konsentrasi. Aku memutuskan untuk menepi dan menjawab panggilan itu.

0331-33627x

Itu nomor si penelepon. Jantungku kembali berdegub kencang karena aku tahu nomor itu biasa digunakan oleh perusahaan, bukan personal.

"Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikumsalam. Benar dengan Ibu Arsha Nayyara Usman?"

"Iya, dengan saya sendiri? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kami dari bank J. Bisakah besok Anda datang ke kantor kami dengan memakai baju office look? Kami akan membicarakan kontrak kerja dengan Anda ...."

Ah, kata-kata berikutnya tak lagi bisa kudengar. Rasanya tubuhku seperti melayang. Ingin rasanya berteriak-teriak dan menari-nari saat itu juga. Keinginan itu begitu tak tertahankan dan pada akhirnya kulakukan.

"Ayah!! Ibu!! Anakmu dapat kerja!! Yesss!! Yesss!!" Bagai orang gila aku menari-nari di pinggir jalan. Menghiraukan banyaknya mata yang memandang.

Setelah empat bulan menganggur, melamar berbagai posisi yang mungkin. Dari posisi sebagai admin, bahkan staff gudang pernah ia layangkan. Ditolak sana-sini, puluhan lamaran telah diterbangkan, banyak effort yang telah dilakukan, berdoa dan ikhtiar, pada akhirnya ada bank bonafid yang mau menerimaku bekerja. Mengapa dunia menjadi begitu sempurna?

Itulah pikiran bahagiaku. Aku tidak pernah tahu, dunia kerja akan seperti ini.

***

"Ketika dirimu tidak merasa melakukan apa-apa namun hidupmu selalu lancar saja dan berjalan dengan begitu mudahnya, maka terselip doa-doa orangtua di dalamnya."

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)

***

Happy Reading 🥰

Terpopuler

Comments

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

masyaAllah....

jadi kangen bapak ibu.... alfatehah🤲

2024-11-24

0

Ma Malikha

Ma Malikha

masya Allah... dah lama gak baca karya kak Erkaaaa... 😇😇😇😇

2024-11-22

0

Ma Malikha

Ma Malikha

betuuuulll... 100

2024-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 MOHON UNTUK DIBACA
2 Ch 1 - Pertemuan Pertama
3 Ch 2 - Aku Diterima!!
4 Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5 Ch 4 - Hari-hari Training
6 Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7 Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8 Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9 Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10 Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11 Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12 Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13 Ch 12 - Dewa Penolongku
14 Ch 13 - Pandanganku Berubah
15 Ch 14 - Memilih Menghindar
16 Ch 15 - Hanya Berdua?!
17 Ch 16 - Tidur di Bahumu
18 Ch 17 - Kami di Puncak!!
19 Ch 18 - Temani Aku
20 Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21 Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22 Ch 21 - Rumor
23 Ch 22 - Meleyot
24 Ch 23 - Pindah
25 Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26 Ch 25 - Outbond
27 Ch 26 - Game
28 Ch 27 - Terluka
29 Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30 Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31 Ch 30 - Kejadian Memalukan
32 Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33 Ch 32 - Tolong Temani Saya
34 Ch 33 - Calon Mantu?
35 Ch 34 - Kamu Mau?
36 Ch 35 - Perasaan Galau
37 Ch 36 - Hati Yang Hancur
38 Ch 37 - Kenyataan Pahit
39 Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40 Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41 Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42 Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43 Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44 Ch 43 - Siapa Dia?
45 HIATUS
46 Ch 44 - Sang Saka
47 Ch 45 - Bertemu
48 Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49 Ch 47 - Will You
50 Ch 48 - Kegilaan Saka
51 Ch 49 - Resmi Pacaran
52 Ch 50 - Family Gathering
53 Ch 51 - Kursi Kosong
54 Ch 52 - Aku Menyukai
55 Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56 Ch 54 - Hal Tak Terduga
57 Ch 55 - Terluka
58 Ch 56 - Pulang
59 Ch 57 - Menghindar
60 Ch 58 - Salah Paham
61 Ch 59 - Mencarimu
62 Ch 60 - POV Armand
63 Ch 61 - POV Armand
64 Ch 62 - POV Armand
65 Ch 63 - POV Armand
66 Ch 64 - POV Armand
67 Ch 65 - POV Armand
68 Ch 66 - POV Armand
69 Ch 67 - POV Armand
70 Ch 68 - POV Armand
71 Ch 69 - POV Armand
72 Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73 Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74 Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75 Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76 Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77 Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78 Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79 Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80 Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81 Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82 Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83 Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84 Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85 Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86 Ch 84 - [POV Author]
87 Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88 Ch 86 - [POV Author] END
89 Bonus Chapter 1
Episodes

Updated 89 Episodes

1
MOHON UNTUK DIBACA
2
Ch 1 - Pertemuan Pertama
3
Ch 2 - Aku Diterima!!
4
Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5
Ch 4 - Hari-hari Training
6
Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7
Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8
Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9
Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10
Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11
Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12
Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13
Ch 12 - Dewa Penolongku
14
Ch 13 - Pandanganku Berubah
15
Ch 14 - Memilih Menghindar
16
Ch 15 - Hanya Berdua?!
17
Ch 16 - Tidur di Bahumu
18
Ch 17 - Kami di Puncak!!
19
Ch 18 - Temani Aku
20
Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21
Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22
Ch 21 - Rumor
23
Ch 22 - Meleyot
24
Ch 23 - Pindah
25
Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26
Ch 25 - Outbond
27
Ch 26 - Game
28
Ch 27 - Terluka
29
Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30
Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31
Ch 30 - Kejadian Memalukan
32
Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33
Ch 32 - Tolong Temani Saya
34
Ch 33 - Calon Mantu?
35
Ch 34 - Kamu Mau?
36
Ch 35 - Perasaan Galau
37
Ch 36 - Hati Yang Hancur
38
Ch 37 - Kenyataan Pahit
39
Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40
Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41
Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42
Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43
Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44
Ch 43 - Siapa Dia?
45
HIATUS
46
Ch 44 - Sang Saka
47
Ch 45 - Bertemu
48
Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49
Ch 47 - Will You
50
Ch 48 - Kegilaan Saka
51
Ch 49 - Resmi Pacaran
52
Ch 50 - Family Gathering
53
Ch 51 - Kursi Kosong
54
Ch 52 - Aku Menyukai
55
Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56
Ch 54 - Hal Tak Terduga
57
Ch 55 - Terluka
58
Ch 56 - Pulang
59
Ch 57 - Menghindar
60
Ch 58 - Salah Paham
61
Ch 59 - Mencarimu
62
Ch 60 - POV Armand
63
Ch 61 - POV Armand
64
Ch 62 - POV Armand
65
Ch 63 - POV Armand
66
Ch 64 - POV Armand
67
Ch 65 - POV Armand
68
Ch 66 - POV Armand
69
Ch 67 - POV Armand
70
Ch 68 - POV Armand
71
Ch 69 - POV Armand
72
Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73
Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74
Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75
Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76
Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77
Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78
Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79
Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80
Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81
Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82
Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83
Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84
Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85
Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86
Ch 84 - [POV Author]
87
Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88
Ch 86 - [POV Author] END
89
Bonus Chapter 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!