Ch 1 - Pertemuan Pertama

Ini pengalaman ke dua belasku dalam wawancara di dunia kerja. Meskipun bukan pengalaman pertama, namun tetap tak bisa dipungkiri, selama beberapa hari ini aku kesulitan untuk berkonsentrasi. Berbagai artikel sudah kubaca. Praktik berbicara di depan cermin pun sudah dilakukan, namun semua itu tetap tidak mengurangi rasa gugup yang bersarang di dada.

Berbicara di depan orang menjadi momok yang menakutkan. Aku lebih memilih bekerja di belakang layar daripada harus bertatap muka dengan banyak orang. Untuk itulah aku memilih posisi ini. Menjadi back office di sebuah perusahaan jasa keuangan. Tentu saja aku tidak bisa melewatkan proses seleksi karyawan. Salah satunya adalah wawancara.

Tangan kananku mulai berkeringat. Sarung tangan terasa lembab. Setiap tarikan kecepatan, semakin mendekatkanku pada tujuan. Butiran keringat mulai menghiasi pelipis, membuat rambut, - yang dengan susah payah kutata rapi menjadi lepek. Terik matahari tidak bisa dikompromi.

Nasib tinggal di pinggiran kota. Tidak bisa menggunakan jasa taksi online karena masalah jangkauan jarak yang terlalu jauh. Aku hanya berharap masih diberi kesempatan untuk membenahi diri, sebelum giliranku tiba nanti.

Rasa gugup, cemas, tidak percaya diri, bingung membaur menjadi satu. Bibir tak berhenti komat-kamit, meyakinkan dan menghibur diri untuk tetap tenang, namun bayangan wawancara menegangkan tak bisa hilang.

Sudah puluhan lamaran pekerjaan kulayangkan. Sudah belasan tes kulakukan, namun selalu saja gagal. Aku selalu tidak lulus kualifikasi. Kelemahanku hanya satu yaitu di wawancara akhir.

Kali ini pun begitu. Ini adalah wawancara kesekian. Bayangan kegagalan-kegagalan sebelumnya membuatku menjadi semakin pesimis. Bisakah aku diterima kerja kali ini?

Dari puluhan lamaran yang kulayangkan, tidak ada satu pun yang berasal dari luar kota. Menjadi anak tunggal merupakan alasan utama. Orangtuaku tidak ingin berjauhan denganku.

Jarak antara rumah dan perusahaan tempatku melamar saat ini berkisar 40 kilometer. Perusahaan itu terletak di pusat kota, sementara rumahku berada di pinggiran. Aku berangkat satu jam lebih awal.

Siang itu kutelusuri jalanan dengan kecepatan 60 km/jam. Semakin mendekati pusat kota, lalu lintas pun semakin ramai. Hiruk pikuk kendaraan berlalu-lalang, kepulan asap dan suara klakson bersahut-sahutan. Lalu lintas di jalan tersebut tergolong ramai lancar. Menyadari tujuan sudah hampir di depan mata, membuat jantungku berdebar semakin kencang.

Dalam kurun waktu tak kurang dari sepuluh menit, gedung itu mulai terlihat. Kulewati jalan Gajah Mada dan mulai memasuki area Gajah Mada Square. Di kota Jember, area tersebut cukup terkenal strategis untuk bisnis.

Terdapat beberapa belas ruko yang berjejer hampir seragam. Ruko-ruko tersebut kebanyakan ditempati oleh perusahaan penyedia jasa keuangan semisal dari perbankan, asuransi, pegadaian dan juga koperasi.

Kulayangkan pandang, untuk melihat bangunan yang kucari. Jantungku kembali berdegup lebih kencang ketika kulihat bangunan bernuansa merah dengan logo kepak sayap burung berwarna merah.

Melihat bangunannya saja sudah membuatku berkeringat dingin, apalagi memasuki dan diwawancarai langsung oleh pimpinan di dalamnya?

Tidak mau terlalu banyak berpikir, kupacu motor secara perlahan dan kuparkir tepat di depan gedung.

Sudah ada belasan motor yang terparkir di sana. Entah itu motor karyawan atau pelamar kerja sepertiku.

"Mau interview Mbak?" Terdengar suara pria dewasa yang cukup mengejutkan. Aku cepat-cepat menoleh dan melihat pria berseragam coklat. Awalnya kukira seorang polisi, namun begitu membaca badge name yang tertera di dada, baru kusadari bahwa pria berusia akhir 30an tersebut seorang security.

"Iya Pak," jawabku sembari tetap berusaha memarkir motor.

"Biar saya bantu Mbak." Tanpa menunggu persetujuan, pak security segera merapikan motor dan membuatnya sejajar dengan motor yang lain.

"Silakan Mbak, ikuti saya," ucapnya lagi dengan nada sopan. Tanpa banyak bicara, aku pun mengikutinya.

Bangunan itu memiliki tiga lantai, yang mana lantai pertama dikhususkan sebagai area pelayanan sementara lantai kedua dan ketiga diperuntukkan karyawan.

Langkah demi langkah semakin membuatku gugup. Kupikir interview itu akan dilakukan di lantai pertama, namun nyatanya, security membawaku ke lantai tiga. Semakin tinggi gedung, maka akan semakin tinggi pula jabatan penghuninya. Menyadari hal itu, membuatku semakin berkeringat dingin. Perut mulas secara tiba-tiba. Sementara keinginan muntah mulai tak terbendung.

"Mbak, kita telah sampai. Silakan menunggu di sini." Pak security menunjuk kursi berwarna merah yang berada tepat di depan sebuah ruangan yang kuyakin sebagai ruang pimpinan.

"Ehm, iya Pak. Terima kasih." Aku duduk dengan kaki gemetar. Penyakitku mulai kambuh. Penyakit demam panggung yang susah untuk sembuh.

Perut semakin mulas, kaki mengetuk-ngetuk lantai tanpa sadar sementara gigi mulai bergemeretak.

"Minum Mbak?" suara itu mengalihkan pikiran. Kulihat pak security tengah menyorongkan sekeranjang air mineral. Aku menggeleng lemah.

"Jangan takut Mbak. Bos-bosnya enakan kok. Tidak semenyeramkan yang Mbak pikirkan ..." Suara menenangkan itu terputus begitu terdengar dering telepon di sampingnya. Pak security mengangkat gagang telepon dan terlihat mengangguk-anggukan kepala.

"Mbak Arsha, sekarang giliran Anda. Silahkan."

***

Ruangan itu didominasi oleh warna krem, sementara tirainya berwarna merah, menunjukkan logo dari perusahaan itu sendiri. Di sudut ruang terdapat meja kayu berpelitur coklat lengkap dengan monitor dan keyboard di atasnya. Kursi berwarna merah berada di baliknya. Dalam sekali lihat, bisa dipastikan bahwa meja itu milik seorang pimpinan.

Di tengah ruang terdapat dua sofa memanjang berwarna merah tua dengan meja berkaca tebal sebagai pemisah.

Terlalu memperhatikan detail ruang, membuatku sedikit melupakan kehadiran dua pria di dalamnya.

Di atas sofa, duduk seorang pria berusia sekitar 50 tahun dengan tinggi badan tak kurang dari 160 cm. Perawakannya tidak kurus ataupun gemuk. Biasa-biasa saja. Standar normal orang Indonesia. Memakai kemeja garis berwarna pink yang dipadu dengan celana krem. Wajahnya terlihat ramah dengan ujung bibir yang hampir selalu tersenyum.

Tampilan ramahnya sangat bertolak belakang dengan pria yang berdiri di sebelahnya. Pria itu terlihat menjulang. Sangat kontras dengan pria sebelumnya.

Pria itu memiliki tinggi tak kurang dari 180 cm. Tubuhnya tegap, meskipun tersembunyi dibalik kemeja formal. Memakai kemeja merah gelap berlengan panjang yang dipadu dengan celana hitam slimfit. Setelan itu tak mampu menyembunyikan otot tubuhnya yang liat. Aku terpana melihatnya.

Puas memperhatikan tampilan tubuh, mataku tanpa sadar bergerak memperhatikan wajahnya.

Deg ...

Jantungku seolah telah jatuh entah kemana. Dalam sekejab, mata lancangku telah bertemu pandang dengan mata paling dingin yang pernah kulihat. Seketika tubuhku menjadi kaku. Perasaan mual kembali datang.

Sang pemilik mata dingin memiliki wajah yang rupawan. Alis tebal yang terangkat tinggi, hidung mancung dan tegas, garis rahang yang kuat, serta bibir tipis yang nampaknya jarang sekali tersenyum. Sayang sekali, pria dengan wajah serupawan itu harus memiliki ekspresi sekaku itu.

"Dengan saudari Arsha Nayyara Usman?" tanyanya sembari menatap file di tangan. Bahkan suaranya pun terdengar sangat berat dan seksi, membuatku lagi-lagi harus menelan ludah.

"I-iya ...." Susah payah aku menganggukkan kepala sembari menjawab sebisanya.

"Silahkan duduk," tegasnya. Membuatku seperti tersangka yang tengah menjalani sidang vonis mati.

***

Happy Reading 🥰

Terpopuler

Comments

Ma Malikha

Ma Malikha

ko berasa deg-degan jg.. berasa ikutan mo wawancara 😚😚😚😚😚

2024-11-22

0

Lia Kiftia Usman

Lia Kiftia Usman

menarik sampai sini...
lanjut baca aah😊

2024-11-24

0

Dinda Gusti

Dinda Gusti

sllu the best karya2 k'Erka 👍❤❤

2024-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 MOHON UNTUK DIBACA
2 Ch 1 - Pertemuan Pertama
3 Ch 2 - Aku Diterima!!
4 Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5 Ch 4 - Hari-hari Training
6 Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7 Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8 Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9 Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10 Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11 Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12 Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13 Ch 12 - Dewa Penolongku
14 Ch 13 - Pandanganku Berubah
15 Ch 14 - Memilih Menghindar
16 Ch 15 - Hanya Berdua?!
17 Ch 16 - Tidur di Bahumu
18 Ch 17 - Kami di Puncak!!
19 Ch 18 - Temani Aku
20 Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21 Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22 Ch 21 - Rumor
23 Ch 22 - Meleyot
24 Ch 23 - Pindah
25 Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26 Ch 25 - Outbond
27 Ch 26 - Game
28 Ch 27 - Terluka
29 Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30 Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31 Ch 30 - Kejadian Memalukan
32 Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33 Ch 32 - Tolong Temani Saya
34 Ch 33 - Calon Mantu?
35 Ch 34 - Kamu Mau?
36 Ch 35 - Perasaan Galau
37 Ch 36 - Hati Yang Hancur
38 Ch 37 - Kenyataan Pahit
39 Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40 Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41 Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42 Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43 Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44 Ch 43 - Siapa Dia?
45 HIATUS
46 Ch 44 - Sang Saka
47 Ch 45 - Bertemu
48 Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49 Ch 47 - Will You
50 Ch 48 - Kegilaan Saka
51 Ch 49 - Resmi Pacaran
52 Ch 50 - Family Gathering
53 Ch 51 - Kursi Kosong
54 Ch 52 - Aku Menyukai
55 Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56 Ch 54 - Hal Tak Terduga
57 Ch 55 - Terluka
58 Ch 56 - Pulang
59 Ch 57 - Menghindar
60 Ch 58 - Salah Paham
61 Ch 59 - Mencarimu
62 Ch 60 - POV Armand
63 Ch 61 - POV Armand
64 Ch 62 - POV Armand
65 Ch 63 - POV Armand
66 Ch 64 - POV Armand
67 Ch 65 - POV Armand
68 Ch 66 - POV Armand
69 Ch 67 - POV Armand
70 Ch 68 - POV Armand
71 Ch 69 - POV Armand
72 Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73 Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74 Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75 Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76 Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77 Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78 Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79 Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80 Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81 Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82 Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83 Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84 Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85 Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86 Ch 84 - [POV Author]
87 Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88 Ch 86 - [POV Author] END
89 Bonus Chapter 1
Episodes

Updated 89 Episodes

1
MOHON UNTUK DIBACA
2
Ch 1 - Pertemuan Pertama
3
Ch 2 - Aku Diterima!!
4
Ch 3 - Hari Pertama Bekerja
5
Ch 4 - Hari-hari Training
6
Ch 5 - Selamat Datang Kebebasan
7
Ch 6 - Hari-hariku Bersama Pak Kaku
8
Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?
9
Ch 8 - Ingin Tahu Tentangmu
10
Ch 9 - Mengapa Melindungiku?
11
Ch 10 - Ada Apa Dengan Pikiranku?
12
Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
13
Ch 12 - Dewa Penolongku
14
Ch 13 - Pandanganku Berubah
15
Ch 14 - Memilih Menghindar
16
Ch 15 - Hanya Berdua?!
17
Ch 16 - Tidur di Bahumu
18
Ch 17 - Kami di Puncak!!
19
Ch 18 - Temani Aku
20
Ch 19 - Alasan Mengirim Chat
21
Ch 20 - Pagiku Bersamamu
22
Ch 21 - Rumor
23
Ch 22 - Meleyot
24
Ch 23 - Pindah
25
Ch 24 - Menyukaimu Secara Diam-diam
26
Ch 25 - Outbond
27
Ch 26 - Game
28
Ch 27 - Terluka
29
Ch 28 - Dewa Penolongku Datang
30
Ch 29 - Aku Tahu Kamu Juga Menyukaiku
31
Ch 30 - Kejadian Memalukan
32
Ch 31 - Sepertinya Dia Tidak Menyadarinya
33
Ch 32 - Tolong Temani Saya
34
Ch 33 - Calon Mantu?
35
Ch 34 - Kamu Mau?
36
Ch 35 - Perasaan Galau
37
Ch 36 - Hati Yang Hancur
38
Ch 37 - Kenyataan Pahit
39
Ch 38 - Luapkan & Lupakan!!
40
Ch 39 - Berusaha Bersikap Biasa
41
Ch 40 - Pertemuan Tak Terduga
42
Ch 41 - Sikap Tak Terduga
43
Ch 42 - Ada Hati Yang Harus Dijaga
44
Ch 43 - Siapa Dia?
45
HIATUS
46
Ch 44 - Sang Saka
47
Ch 45 - Bertemu
48
Ch 46 - Sudah Berapa Lama
49
Ch 47 - Will You
50
Ch 48 - Kegilaan Saka
51
Ch 49 - Resmi Pacaran
52
Ch 50 - Family Gathering
53
Ch 51 - Kursi Kosong
54
Ch 52 - Aku Menyukai
55
Ch 53 - Ungkapan Perasaan
56
Ch 54 - Hal Tak Terduga
57
Ch 55 - Terluka
58
Ch 56 - Pulang
59
Ch 57 - Menghindar
60
Ch 58 - Salah Paham
61
Ch 59 - Mencarimu
62
Ch 60 - POV Armand
63
Ch 61 - POV Armand
64
Ch 62 - POV Armand
65
Ch 63 - POV Armand
66
Ch 64 - POV Armand
67
Ch 65 - POV Armand
68
Ch 66 - POV Armand
69
Ch 67 - POV Armand
70
Ch 68 - POV Armand
71
Ch 69 - POV Armand
72
Ch 70 - [POV Author] Menyadari Perasaan
73
Ch 71 - [POV Author] Kebakaran
74
Ch 72 - [POV Author] Mengakui Kekalahan
75
Ch 73 - [POV Author] Penyelamatan
76
Ch 74 - [ POV Author] Penanganan
77
Ch 75 - [POV Author] Hal Yang Harus Diketahui
78
Ch 76 - [POV Author] Pengakuan
79
Ch 77 - [POV Author] Pengakuan 2
80
Ch 78 - [POV Author] Bertemu Denganmu
81
Ch 79 - [ POV Author] Kecup Manis
82
Ch 80 - [POV Author] Pengalaman Pertama
83
Ch 81 - [POV Author] Patah Hati
84
Ch 82 - [POV Author] Pokoknya Kita Pacaran
85
Ch 83 - [POV Author] Berusaha Jujur
86
Ch 84 - [POV Author]
87
Ch 85 - [POV Author] Kejutan
88
Ch 86 - [POV Author] END
89
Bonus Chapter 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!