Part 4

Arfan menatap rumah yang sudah menjadi saksi hidupnya sejak kecil, rumah yang memiliki banyak kenangan dengan sang Ayah. Berat tapi tetap harus di jalani. Saat ini dia lah pengganti punggung Ayah untuk Bunda dan Abila. 

“ Udah di masukin semua kan barang-barangnya..?” tanya Arfan pada Jihan. 

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, di belakang truk yang membawa barang-barang mengikuti dari belakang. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, semua terdiam dengan pikirannya masing-masing. 

Akhirnya Arfan dan keluarga tiba di rumah baru mereka~ ralat, rumah lama mereka. Arfan membantu Bunda untuk duduk di bangku taman. Rumah yang tampak asri, tidak terlalu besar namun tetap nyaman untuk di tinggali. 

Tin.. Tin.. 

Arfan menoleh, di sana mobil Fattan berhenti di depan pagar.

“ Parah banget, pindah nggak bilang-bilang..” ucap Zayan menghampiri Bunda dan Arfan. 

“ Lo kan paling nggak mau gue repotin Yan, jadi nggak gue kabarin deh.” ucap Arfan. 

“ Untung tadi pas depan komplek gue liat mobil lo jadi kita ikutin.” ucap Fattan, cowok itu langsung mengambil alih koper yang di bawa oleh Jihan. 

Di bantu oleh Fattan dan Zayan, pindahan Arfan jadi lebih cepat selesai. Tak lama makanan siap saji pesanan Zayan tiba, mereka makan siang bersama setelah beristirahat dari acara angkut-mengangkut barang tadi. 

“ Bang, Andro katanya mau ke sini..” ucap Jihan sambil memakan kentang gorengnya. 

“ Cie Jihan.. udah di samperin cowok aja padahal baru juga pindah.” 

“ Rumah Jihan emang deket sini Bayan (bang Zayan)..” ucap Jihan.

“ Lah jadi enak ya, mainnya nggak jauh.” sambung Fattan. 

“ Hooh Batan (bang Fattan), deket juga dari sekolah.. Jihan bisa naik sepeda kalau nggak bareng Andro.” 

Fattan dan Zayan bermain di rumah Arfan sampai malam, Arfan senang kedua sahabatnya tetap sama perlakuannya meskipun kondisi dia sudah berbeda. 

“ An.. lo pulang juga, kencanin anak gadis nggak boleh lama-lama.” ledek Zayan.

“ Emangnya Andro suka sama Jihan..?” ucap Fattan membuat Jihan terkekeh.

“ Dia mah nggak mungkin suka sama Ji Batan, tipe ceweknya itu yang polos dan kalem.” ucap Jiha.. 

“ Sok tau lo Ji..” protes Andro.

“ Lah emang bener kan? Gue tau lo lagi deketin anak IPA 2.” ucap Jihan ngegas.

“ Ehm, tercium ada yang cemburu..” celetuk Zayan. 

“ Siapa? Ji Bayan..? Nehi.. Sayang Ji cuma buat Bayan, tenang aja.” ucap Jihan terkekeh.

“ Zayan udah punya pacar dek.” ucap Arfan. 

“ Abang ih..” Abila menggigit lengan Arfan dengan kesal. 

“ Pulang bang.. Pulang, kenapa jadi main ledek-ledekan.” ucap Andro, dia menghampiri Bunda untuk pamit. 

Zayan dan Fattan akhirnya mengikuti Andro, pamit pulang juga. 

Arfan menemani sampai teras rumah, lalu beranjak masuk ke dalam untuk menghampiri Bunda. 

“ Bunda istirahat sekarang ya..” Bunda mengangguk.

“ Kamu juga Ji, biar besok nggak kesiangan berangkat sekolah.” ucap Arfan pada Jihan. 

Setelah menemani Bunda tidur, Arfan melangkah ke lantai dua menuju kamarnya. Kamarnya yang dulu, masih dengan hiasan benda astronomi. Posisinya masih sama sejak terakhir di tinggalkan, mungkin nanti saat ada waktu Arfan akan mendekor ulang. 

^^^

Arfan baru saja selesai dengan mata kuliah pagi, hari ini dia hanya ada satu mata kuliah, sebelum pulang dia memutuskan untuk mampir ke cafe. Dia masuk ke dalam mobil, mobil mini cooper, hadiah ulang tahun ke 17 dari Ayah yang masih bisa dia selamatkan dengan satu sepeda milik Jihan.

Mobil Arfan sudah terparkir di depan cafe, dia masuk dari pintu crew menghampiri Paul dan Alin. 

“ Lo sendiri..?” tanya Paul.

“ Iya, Fattan lagi ketemu sama dosen jadi gue tinggal aja.” 

“ Lo mau gue buatin apa?” tanya Alin. 

“ Bikinin nasi goreng sama vanilla latte aja, gue naik ke atas dulu.” jawab Arfan. 

Dia melangkah naik ke atas menuju ruangannya, ruang kerja dia dan Fattan untuk mengurus cafe ini. Cafe yang sudah berjalan dua tahun sejak mereka lulus SMA. Niat awalnya hanya untuk iseng dan hobi berubah menjadi bisnis yang menguntungkan, jadi mereka berdua mulai serius untuk menjalani bisnis cafe ini.

Tok..tok..

“ Masuk aja..” ucap Arfan. 

“ Bro, ini makanannya udah jadi.. Oh iya, ada yang nyariin lo tuh.” ucap Paul.

“ Siapa..? Gue nggak ada janji sama orang hari ini.” ucap Arfan namun tetap melangkah keluar menuju lantai satu. 

Di sana duduk seorang pria paruh baya dengan dua lelaki di kiri kanannya. 

“ Maaf, Om mencari saya..?” ucap Arfan menyapa orang itu. 

“ Arfan.. Akhirnya saya bisa ketemu langsung dengan kamu.” ucapan orang itu membuat Arfan mengernyit. 

“ Boleh saya bicara empat mata dengan kamu..?” 

Arfan akhirnya mengajak orang itu naik ke lantai dua menuju ruangannya. 

“ Silahkan duduk Om..” Orang itu duduk di depan Arfan. 

“ Saya langsung saja.. Perkenalkan saya Issam, sahabat Ayah kamu waktu di SMA.” 

“ Oh iya Om.. boleh saya tau Om ada keperluan apa bertemu saya..?” 

“ Waktu di rumah sakit kamu sudah bertemu dengan ajudan saya kan?” Arfan mengingat-ingat waktu di rumah sakit, dia ingat lelaki bernama Oliver.

“ Iya Om..” 

“ Saya sebenarnya ingin datang langsung saat tahu keadaan Farzan waktu itu tapi pekerjaan saya tidak dapat di tinggalkan jadi saya utus Oliver untuk menggantikan saya.” 

“ Saya ucapkan terima kasih Om atas bantuannya.” 

“ Kamu tidak perlu terima kasih, Farzan itu sudah seperti saudara laki-laki saya jadi kamu tidak perlu sungkan.” 

Arfan mengangguk, dia masih bingung arah pembicaraan mereka. 

“ Saya sudah tau tentang perusahaan Ayah kamu, kamu tidak perlu khawatir, tikus itu akan di temukan sebentar lagi. Orang-orang terbaik saya sedang memburunya."

“ Terima kasih Om, saya juga sudah melaporkan orang itu ke pihak berwajib dan menunggu kabar dari mereka."

“ Kalau menunggu pergerakan dari pihak berwajib mungkin membutuhkan waktu sedikit lama. Jika tidak meleset dari perkiraan saya, sebentar lagi dia juga akan tertangkap oleh anak buah saya dan setelah tikus itu di tangkap, saya sendiri yang akan memberikan hukuman. 

" Baik Om, jika itu memang yang terbaik." Arfan tidak terlalu ambil pusing, setidaknya pelaku berhasil di ringkus dan menerima hukuman baik dari pihak kepolisian maupun dari lelaki paruh baya di depannya ini.

" Satu lagi, ada yang harus saya sampaikan padamu Arfan, dan saya harap kamu setuju dengan permintaan saya." 

" Permintaan apa Om?"

Issam menghembuskan nafasnya, " Menikahlah dengan putri ku."

Deg.. 

Arfan kaget dengan ucapan sahabat Ayahnya itu. ' Menikah?' bahkan dalam khayalannya saat ini, rencana itu tidak ada dalam daftar yang harus Arfan kejar dalam waktu dekat.

TBC..!!

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

OhJni Shawn yg lunasin biaya RS ayahnya Arfan tadi kan..

2024-06-09

0

Eliyy Aah Nasa

Eliyy Aah Nasa

smgt trs thor

2022-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!