Mereka masih sabar menunggu, di tengah kecemasan yang sangat tinggi Arfan tetap memanjatkan doa untuk keselamatan Ayah. Dia percaya kalau sang Ayah akan kuat dan bertahan.
Tak lama dokter keluar dari ruang UGD.
“ Dengan keluarga pasien…?” ucap dokter.
“ Saya putranya dok, bagaimana kondisi Ayah saya..?” tanya Arfan.
“ Kecelakaan yang pasien alami cukup berat, terjadi benturan di kepala dan bahu sebelah kanannya patah, beliau juga mengalami pendarahan.. Maaf kami sudah berusaha sebaik mungkin namun pendarahan tidak dapat kami hentikan.”
“ Ma..maksud dokter, kondisi Ayah bagaimana?” ucap Arfan terbata.
“ Maaf Mas, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik namun takdir Tuhan berkata lain, kami ikut berduka." jawab dokter.
" Innalillahi wa inna ilaihi raji'un". Lirih Arfan.
“ Nggak..!! Ayah nggak boleh pergi..” teriak Jihan. Arfan langsung memeluk tubuh Jihan.
“ Bang, bang.. Bilang sama Ji, Ayah nggak ninggalin kita kan? Ayah punya janji sama Jihan mau jalan-jalan bang.”
Arfan terdiam, dia mengusap punggung adiknya itu. Dia melangkah menuju Bunda, wanita paruh baya itu tampak tenang meskipun Arfan yakin Bunda jauh lebih kehilangan. Di tinggal belahan jiwa tentu tidak mudah.
Ketiganya masuk ke ruang UGD untuk melihat Ayah untuk terakhir kalinya, pamitnya Ayah tadi pagi ternyata jadi pamit terakhir. Pesan yang Ayah sampaikan juga menjadi pesan terakhir.
Arfan meminta untuk jenazah Ayah di bawa ke Jakarta, dia mengurus semua administrasi namun Arfan mengernyit saat semua administrasi Ayah sudah terselesaikan.
“ Pak Arfan..” panggil seseorang dari arah belakang Arfan.
“ Iya.. maaf bapak siapa..?” tanya Arfan.
“ Saya Oliver, asisten dari tuan Shawn.. Jenazah Ayah anda sudah bisa di bawa ke Jakarta, proses pemakaman juga sudah bisa di lakukan setelah tiba di sana.”
Arfan terdiam mendengar ucapan orang itu, namanya tak asing tapi untuk saat ini bukan itu yang harus dia pusingkan. Setelah prosedur pemulangan jenazah selesai, Arfan dan keluarga pulang kembali ke Jakarta.
Bunda dan Arfan memutuskan untuk menguburkan jenazah Ayah besok pagi. Bunda ingin sebelum di kuburkan, keluarga dan kerabat masih bisa bertemu terakhir kalinya. Arfan menghubungi Fattan dan Zayan sedangkan Jihan menghubungi Andro. Di kediaman Adyatma, Fattan dan Zayan mengurus semua keperluan untuk menyambut kedatangan jenazah.
Suasana di perjalanan menuju Jakarta penuh dengan keheningan. Bunda dan Jihan tertidur di pundak Arfan, sedangkan Arfan masih terjaga. Berat rasanya untuk memejamkan mata.
Setibanya di Jakarta, rumah Arfan sudah di penuhi kerabat dan keluarga. Kedatangan jenazah di sambut dengan suasana sedih. Farzan terkenal baik, jadi tidak heran kepergiannya membuat semua merasakan kehilangan.
^^^
Pagi harinya keluarga dan kerabat sudah siap mengantarkan Ayah Farzan menuju peristirahatan terakhirnya. Bunda dan Jihan satu mobil dengan Fattan, sedangkan Arfan memutuskan untuk menemani Ayah di mobil ambulans.
Saat iringan mobil keluar dari perumahan, Arfan melihat sekelompok orang mengenakan pakaian hitam seperti ajudan membuka jalan agar perjalanan mobil ambulans dan mobil yang mengiringi tidak terhambat oleh kemacetan.
Setibanya di sana, Arfan melihat liang kubur untuk Ayah sudah siap. Selama proses penguburan, Arfan terus merangkul Bunda dan Jihan dengan Andro yang berdiri tidak jauh dari belakang Arfan.
“ Bil, udah yuk kita pulang..” ajak Andro namun Jihan masih terdiam di tempatnya.
“ Ayah udah janji weekend nanti mau jalan-jalan ke pantai sama gue An. tapi lihat sekarang Ayah tega ninggalin kita dan melupakan janjinya.”
“ Kita nggak pernah tau umur seseorang Ji, Ayah bukan nggak mau menepati janji tapi waktu Ayah di dunia emang udah habis.”
“ Lo harus kuat Ji, buktiin lo akan selalu bahagia.”
Jihan terdiam tidak merespon ucapan Andro, saat jenazah Ayah akan di tutup oleh tanah Jihan kembali histeris, Andro dengan sigap memeluk Jihan dari belakang dan saat ini dia menolak untuk pulang.
“ Kasian Bunda Ji, dia sekarang butuh semangat dari kedua anaknya.. Lo gak liat, Bunda sejak keberangkatan tadi udah nggak nangis tapi saat ngeliat lo histeris, Bunda kembali nangis.”
“ Tenang aja.. Gue akan temani lo kalau mau ke sini tiap hari.”
Jihan akhirnya mau di ajak pulang, Andro langsung mengabari Arfan bahwa mereka sudah di jalan menuju rumah.
Kelurga dan kerabat satu persatu pulang meninggalkan Bunda dan Arfan di rumah itu. Bunda lebih banyak terdiam, dia tidak histeris seperti Jihan namun dalam diamnya itu air mata tidak berhenti mengalir.
“ Bunda nggak usah khawatir, Arfan akan jalankan amanat dari Ayah dengan baik.”
“ Bunda masih belum percaya kalau Ayah akan secepat ini meninggalkan kita.”
“ Semua yang hidup pasti akan mati Bun, tinggal menunggu waktunya aja.”
“ Bunda jadi ke inget semua ucapan Ayah sebelum berangkat kemarin, dia seperti pamit untuk meninggalkan kita.”
Arfan mengusap punggung Bunda“ Sekarang Bunda istirahat ya, nanti Arfan bangunin pas makan siang.”
Setelah Bunda terlelap, Arfan keluar dari kamar Bunda menuju ruang tamu. Suasana rumah menjadi lain, tidak akan ada lagi suara Ayah, tidak ada lagi obrolan dan diskusi yang sering mereka lakukan.
Semua harus tetap berjalan dengan baik meskipun Ayah sudah tidak bisa mendampingi, Arfan juga akan pastikan kehidupan mereka bertiga akan tetap sama seperti waktu masih ada Ayah.
TBC..!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Siapa kah Arlo?.Sepupuan kah atau sahabatnya Abil kah? Gak ada kejelesan,Umur berapa Abil dan Arfan juga gak ada kejelasan..Ikut aja baca alurnya,Mana tau di bab2 setelah ini ada kejelasannya..🤔🤔
2024-06-09
0