Part 3

Tiga hari berlalu setelah kepergian Ayah, suasana rumah memang menjadi beda seperti saat ini ketiga tampak fokus dengan makanannya tidak ada lagi obrolan yang mewarnai sarapan mereka. 

Semalam Max menghubungi Arfan menginfokan bahwa rekan bisnis Ayah membawa uang perusahaan, dan meninggalkan utang yang besar. Pagi ini rencananya pengacara keluarga Adyatma akan datang untuk membicarakan perihal amanat yang sudah Ayah buatkan untuk ahli waris. 

“ Pak Doni jadi datang hari ini Bun..?” tanya Arfan. 

“ Dia bilang sama Bunda hari ini mau datang sekitar jam 10 an.” 

“ Ji, itu supnya kenapa nggak di makan..?” ucap Bunda melihat Jihan hanya mengaduk-aduk supnya.

“ Jihan jadi nggak suka lagi sama sup, karena kalau makan sup jadi keinget sama Ayah.” 

“ Yaudah kamu makan roti bakar keju aja, nanti Bunda masakin kentang balado pakai udang yang banyak.” 

Arfan hanya bisa mengusap puncak kepala adiknya itu, dari mereka berdua memang Jihan yang paling dekat dengan Ayah. 

“ Kamu yakin udah siap untuk sekolah hari ini..?” tanya Arfan. 

“ Iya bang, nanti Andro jemput.” jawab Jihan. 

Tak lama Andro datang untuk menjemput Jihan, sebenarnya rumah Andro lebih dekat ke sekolah namun karena harus menjemput Jihan jadinya Andro harus menempuh jarak lebih jauh. 

“ Hati-hati ya An.. kabarin abang kalau ada apa-apa.” ucap Arfan.

“ Iya bang, kita berangkat ya bang, Bun.” jawab Andro sambil mencium punggung tangan Bunda dan Arfan.

Setelah kepergian Andro dan Jihan, Bunda masuk ke dalam kamar untuk mengambil sebuah berkas. Dia meminta Arfan untuk menunggu  di ruang keluarga. 

“ Bunda sudah memutuskan menjual rumah ini untuk menutupi utang perusahaan Ayah.” 

“ Harus banget Bun, rumah ini di jual.. Kita bisa minta Max dan staff keuangan untuk datang biar mereka bisa pastikan sisa uang perusahaan.” 

“ Ini hanya pilihan terakhir Fan, Ayah punya banyak karyawan.. Kasian kalau mereka tidak mendapatkan gaji.” 

Ponsel Arfan berbunyi, tertera nama Pak Doni di layar. Pengacara itu menginfokan sudah di jalan menuju rumahnya. Tiga puluh menit kemudian, Pak Doni datang di ikuti dengan Max dan staff perusahaan. 

Max dan staff keuangan memberikan laporan keuangan perusahaan Adyatma, jika di totalkan bisa menutupi setengah utang perusahaan sisanya hanya cukup untuk mengaji sepuluh karyawan di level staff biasa. 

Arfan hanya bisa menghembuskan nafasnya, dengan berat hati Arfan menyetujui ide Bunda untuk menjual rumah ini. Perusahaan Ayah juga di tutup sampai waktu yang tidak bisa di tentukan. 

Max dan staff kantor memutuskan untuk pulang setelah memberikan bekas pada Pak Doni. Untuk warisan yang di berikan oleh Ayah, Bunda hanya mengambil hak untuk Jihan dan Arfan saja, sedangkan sisanya dia serahkan untuk menutupi utang dan gaji karyawan. Nanti malam Pak Doni akan datang kembali untuk membacakan isi wasiatnya di depan semua ahli waris.

Arfan dan Pak Doni memutuskan besok akan mengurus semua, agar masalah itu cepat bisa di selesaikan. 

“ Ayah masih memiliki satu rumah yang bisa kita tempati, tidak terlalu besar namun cukup untuk kita bertiga dengan dua ART.” 

“ Arfan nggak masalah Bun, dimana aja Arfan dan Jihan akan ikut.. Setelah Arfan urus semua kita langsung beberes untuk pindah.” 

“ Iya Nak, nanti kamu jelaskan pada Jihan ya.. Bunda bingung harus ngomong apa pada adikmu.” 

“ Bunda tenang aja, Jihan pasti ngerti.. Doakan Arfan bisa tembus rumah ini kembali.” 

“ Aamiin.. Bunda selalu doakan.” 

^^^

Pagi harinya Arfan dan Pak Doni mengurus semua masalah di perusahaan, terhitung dua hari dari sekarang semua karyawan tidak bekerja lagi di perusahaan Adyatma. 

Bunda dan Jihan sudah mulai berkemas, Jihan sempat bingung saat Arfan menceritakan kepindahan mereka. Arfan hanya memberikan alasan bahwa rumah mereka saat ini terlalu besar untuk mereka bertiga. Bunda hanya mengajak satu ART dan satu satpam untuk ikut pindah dengan mereka. 

Satu orang yang senang dengan kepindahan Jihan adalah Andro, dia jadi tidak jauh jika harus mengantar dan menjemput Jihan karena rumah Jihan saat ini tidak jauh dari komplek rumahnya.

“ Pak Doni bilang kita masih punya waktu seminggu untuk mengosongkan rumah ini, tapi Bunda ingin kita pindah secepatnya jika sudah selesai berkemas.” ucap Bunda.

“ Barang-barang yang di bawa juga tidak terlalu banyak karena di sana juga masih lengkap.” ucapnya lagi.

“ Jihan sama abang ikut aja Bun.. mau sekarang atau nanti juga sama aja.” ucapan Jihan membuat Arfan mengangguk. 

Bunda masuk ke dalam kamar, dia sudah merapihkan pakaian dan barang-barang yang akan di bawa pindah. Bunda juga membawa beberapa baju dan barang milik Ayah sebelum sisanya Bunda sumbangkan. 

“ Maafkan aku Yah, rumah ini harus aku jual..” ucap Bunda sambil memandang fotonya dengan Farzan. Banyak kenangan yang terjadi di rumah ini namun keadaan membuat Bunda harus memilih dan pilihannya adalah melepas semua kenangan itu. 

Arfan hanya dapat menatap sedih saat mendengar ucapan Bunda dari depan pintu kamar.

***

Sementara itu di tempat berbeda, seorang paruh baya tengah berdiam di depan laptop yang menyala. Baru saja anak buahnya mengabarkan sesuatu padanya. Setelah mendengar keadaan sahabatnya Farzan yang meninggal, saat ini istri dan anak-anak harus berjuang untuk meneruskan hidup dengan masalah yang mendera perusahaan mendiang Ayah mereka.

" Minta Alex urus semua yang berhubungan dengan perusahaan Farzan, pastikan juga anak dan istrinya aman dan terjamin. Bantu Arfan tanpa dia sadari, anak itu sangat mirip dengan sang Ayah. Ah, satu lagi, jadwalkan berangkatan ku ke Indonesia untuk bertemu langsung dengan anak itu."

" Baik Tuan." Oliver beranjak dari ruangan Issam.

Lelaki paruh baya itu melihat ke arah foto yang ada di atas meja, fotonya dengan sang sahabat saat mereka kuliah. Kedekatan keduanya dari awal menjadi Maba sampai lulus kuliah yang terjalin baik.

" Setelah puluhan tahun tak bertemu kenapa harus kabar duka yang harus aku dengar. Kepergianmu meninggalkan duka bukan cuma untuk keluargamu tapi juga bagiku." 

Issam mengusap lengan dengan bekas luka yang masih terlihat, luka dari kejadian di masa lalu yang tak akan di lupakan, termasuk pertolongan Farzan di saat genting yang menyelamatkan nyawanya.

" Aku pastikan keluarga mu akan tetap aman dan terjamin kehidupannya, dan sepertinya putra mu akan aku jodohkan dengan putri ku agar dia menjadi anakku."

" Semoga saja Nasha setuju dengan rencana ku, ini salah satu cara yang harus aku lakukan untuk kebaikan putri ku dan juga Arfan." 

Issam mengambil ponselnya untuk menghubungi sang putri. Hari kelulusan akan tiba, Nasha bisa langsung pulang ke Indonesia. 

TBC..!! 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!