Dua tahun yang lalu, tepat saat Abel dan Acarl sudah sangat yakin akan memperdalam hubungan mereka. Dengan kepercayaan diri dan hati yang teguh, mereka saling memperkenalkan pasangan kepada orang tua masing-masing.
Yang pertama, Abel yang saat itu berjalan masuk ke kediaman keluarga Guston menguatkan hatinya akan memperkenalkan secara resmi siapa Acarl baginya. Dengan genggaman tangan yang tak lepas, Abel percaya bahwa hubungannya dengan Acarl akan berjalan dengan lancar. Melihat senyum ayah dan kakak laki-lakinya, Abel sungguh-sungguh yakin bahwa restu akan mengalir untuknya.
Acara berlanjut sampai tahap ke makan malam bersama. Dengan kebahagiaan hari ini, Abel mendadak menjadi putri yang baik dengan mengambilkan makanan untuk ayahnya, kakaknya dan juga Acarl. Namun tak disangka, Seorang wanita yang sudah ada sejak tadi akan menghardiknya disaat bahagianya.
"Bersikap baik kalau ada maunya." sindiran itu sungguh mampu membuat Abel melepaskan senyumnya. Dan itu semua sebab wanita yang entah sejak kapan membenci Abel, atau bahkan sejak Abel lahir?
Mood Abel yang tadinya naik, sekarang turun bagaikan langsung dilepaskan dari ketinggian. Abel menatap sinis ibunya, yang tak Abel ketahui kenapa ibunya itu selalu saja tidak menyukainya. Padahal sejak awal Abel sudah tidak memperhatikan ibunya itu, tapi entah kenapa tiba-tiba ibunya berbicara seperti itu.
Melihat perubahan wajah pada Abel, tuan Guston langsung mengambil tindakan. Sungguh merutuki ucapan istrinya itu yang tak malu didepan Acarl yang menyaksikan ini semua. Bahkan tuan Guston juga menyadari bahwa Abel sedang menahan yang seharusnya ia keluarkan.
"Ehem! Nak Acarl, apa kamu tau kalau Abel ini adalah anak yang perhatian." ujar tuan Guston pada Acarl untuk mengalihkan suasana yang tercipta karena istrinya itu.
Acarl yang mengerti, berusaha dengan tenang menanggapi pembicaraan yang tuan Guston awali ini. Karena dirinya, juga mengerti sisi lemahnya Abel saat mengingat tubuh itu pernah bergetar karena menangis. "Tentu saja ayah, saya sangat paham dengan Abelrta Gourich Guston. Dia sangat pengertian, sampai-sampai dia tidak mau kalau saya jauh darinya." respon Acarl membuat para lelaki yang ada dimeja itu tertawa.
Abel yang mengerti ayahnya melakukan ini untuknya, akhirnya ikut tersenyum. Sedikit melirik Acarl, membuat pria itu langsung menggenggam tangan Abel yang berada disampingnya. Abel dapat merasakan kalau Acarl sedang menyemangatinya sekarang. Dan itu membuat Abel masih bisa bertahan sampai sini.
Dihari selanjutnya, giliran Abel untuk pergi ke kediaman keluarga Xelone. Seorang wanita paruh baya, terlihat didepan pintu untuk menyambutnya. Senyum keibuan dari wanita paruh baya itu, membuat Abel sedikit yakin untuk melanjutkan sesi perkenalan keluarga ini, tentu dengan Acarl yang selalu ada disebelahnya.
"Apakah ini yang namanya Abel?" tanya wanita paruh baya itu yang tak lain adalah nyonya Xelone (ibu Acarl).
Dengan senyum malu-malu, Abel mengangguk untuk menjawab pertanyaan nyonya Xelone yang menyambutnya dengan ramah. Sungguh, melihat ibunya Acarl membuatnya sedikit insecure. Ibunya Acarl benar-benar terlihat seperti malaikat, dapat dilihat dari senyum dan tatapan matanya saat pertama kali melihat Abel.
Setelah rasanya senyum-senyum canggung tercipta, kini Abel dibawa nyonya Xelone untuk masuk kedalam dan menuju ruang tamu. Tak henti-hentinya ibunya Acarl menggandengnya sampai mereka duduk di sofa yang sama. Tatapan sayang sangat Abel rasakan dari ibunya Acarl yang terlihat lembut dan juga cantik.
"Ibu suka kalau kamu jadi sama Acarl. Anak nakal yang gila kerja itu, pasti bisa luluh karena kamu." ujar nyonya Xelone sembari melirik Acarl yang kini memasang wajah cemberutnya.
"Acarl memang nakal," ujar Abel yang membuat raut terkejut langsung tergambar di wajah Acarl. Namun Abel malah terkikik geli karena raut wajah itu yang jarang ia temui.
"Tapi, Acarl pria yang baik dan mengerti apa yang saya butuhkan saat dimana saya sedang sendiri." lanjut Abel membuat wajah yang tak muda lagi itu tersenyum dengan cantiknya. Dan ini adalah ungkapan jujur dari Abel untuk Acarl yang benar-benar sangat berarti dalam hidupnya.
"Syukurlah kalau anak itu bisa baik padamu," canda nyonya Xelone sebelum akhirnya beberapa camilan dan minuman sudah tersaji didepannya. Tak menyangka kalau akan secepat ini Abel akan dekat dengan ibunya Acarl, ya ini kan pertemuan pertama mereka.
Acarl yang sejak tadi diam menyimak obrolan dua wanita yang amat disayanginya, ikut tersenyum saat melihat keduanya tersenyum dan tertawa bersama. Rasanya lampu hijau sudah berkibar didepan matanya, sebelum orang yang paling berkuasa di kediaman ini datang dengan langkah tegasnya.
"Beritahu para pelayan, untuk membersihkan lantai sepuluh kali lebih bersih. Rasanya rumah ini sangat kotor hari ini." ujar tuan Xelone yang baru datang melangkah melewati tiga orang yang berkumpul di dalam ruang tamu itu.
Ingin rasanya Acarl untuk meluapkan amarahnya sekarang, tapi sentuhan di punggung tangannya membuat Acarl harus menahan semua itu. Dilihatnya Abel sedang menatapnya memohon agar Acarl tidak gegabah. Biar bagaimanapun juga, banyak kesalahan diawal hubungan mereka. Dan tidak semuda itu untuk meluruskannya.
Mengingat semua hal yang terjadi dua tahun yang lalu, membuat Abel yang sekarang sudah menjadi chef terkenal tidak bisa lemah lagi seperti dulu. Demi hubungannya dengan Acarl, Abel harus lebih berusaha lagi dan tidak menangis seperti dulu. Abel yakin kalau ia pasti bisa, bersama Acarl yang selalu setia bersamanya.
---------------
Pagi hari yang cerah, membangunkan Abel untuk segera bersiap membuka restauran miliknya. Mengecek bahan-bahan sampai menentukan spesial menu hari ini, dan jangan lupa menyiapkan makan siang untuk bayi besarnya yang sekarang mungkin sudah bersiap berangkat ke kantornya.
Walau terpisah karena urusan masing-masing, tapi Abel dan Acarl sudah saling berjanji kalau setianya mereka tak akan pernah lepas. Itulah yang membuat Abel sangat yakin pada Acarl.
"Selamat pagi Abel," sapa Hera yang datang duluan dibandingkan yang lain.
"Pagi juga Hera," balas Abel dengan senyumnya. Abel sangat beruntung karena disini semua menganggap sebagai teman yang tidak perlu melihat tingkatan masing-masing.
"Apa spesial menu yang akan kita tulis hari ini?" tanya Hera seraya mengenakan apron miliknya. Abel sedikit berpikir saat kemudian ingatan dua tahun lalu berjalan di benaknya, yaitu saat ia memasakan Acarl zucchini noodles dan mendapatkan apresiasi dari pria itu dengan sangat baiknya.
"Zucchini noodles, menu kita hari ini. Sepertinya akan enak untuk suasana yang mendung ini." ujar Abel yang langsung diangguki Hera. Segera Abel menuliskan spesial menu hari ini dengan senyuman yang masih ada di wajahnya.
Usaha ini karena Acarl, dan ia memiliki hobi memasak karena Acarl. Acarl sangat berarti baginya dan karenanya juga Acarl yang menjadi satu-satunya pria yang selalu ada dihatinya setelah ayah dan kakaknya.
.
.
.
.
.
Hai semua😅
Aku comeback 🥺
Sayang kalian sayang semua🌼❤️
Maaf kalau aku jarang up🥺
Jangan lupa like, komen dan vote ya 🤭
See you next part:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments