" Bolehkah aku meminta sesuatu...!!!" Tiba - tiba Sila berteriak. Dia pun tersentak dan menutup mulut nya dengan kedua tangan nya. Saat melihat wajah orang yang akan menjadi majikan nya itu, Dia menjadi salah tingkah.
Evan berusaha menahan diri agar tidak tersenyum di hadapan Sila. Leon sekretaris pribadi Evan menyadari hal itu.
" Bos pasti tau bahwa gadis di depannya adalah gadis yang kabur dari rumah karena tidak mau dinikahkan dengannya, Tapi yang tidak aku mengerti dia justru menolong dan membuat gadis itu tinggal disisinya.., Apa jangan - jangan bos yang kejam dan beraura dingin ini jatuh cinta pada gadis bernama Sila ini.?"Dalam hati Leon bermonolog.
" Katakan apa yang ingin kau minta dariku..?"
Sila kaget karena bos barunya langsung bertanya tentang permintaannya.
" Bisakah kau mengijinkan aku kuliah..? Aku berjanji itu tidak akan berpengaruh pada pekerjaan ku.." Sila memejamkan mata dia takut jika bosnya tak mengijinkan dia kuliah.
" Baiklah"Kata bos barunya sambil menyerahkan kontrak kerja.
" Eh.. Kamu setuju.." Sila melongo masih belum bisa percaya dengan apa yang ia dengar.
" Bukankah kamu sudah mengatakan itu tidak akan berpengaruh pada pekerjaan mu., Baca kontrak kerja itu setelah kamu baca kamu bisa tanda tangan jika setuju jika tidak kamu cari pekerjaan lain saja." Ujar Evan dengan nada sedikit mengancam.
" Aku tanda tangan.." Sila menandatangani kontra itu dengan cepat tanpa membacanya lebih dulu.
" Kamu tidak membacanya lebih dulu" Evan tidak bisa berpikir bagaimana gadis itu langsung menandatangi sebuah kontrak kerja tanpa membaca isinya lebih dulu, Di dalam pikiran Evan pilihan bagus memancing gadis itu datang kerumahnya dengan pekerjaan yang gajinya sangat besar. Jika sampai gadis bodoh dan lugu seperti dia datang ketempat yang salah tak tau apa jadinya, Evan senang sekaligus merasa kesal.
" Sudahlah jika sudah selesai aku masih ada pekerjaan di kantor., Kau boleh memilih kamar manapun yang kau suka tapi hanya di area ini saja.. Jangan sekali - kali kamu naik kelantai atas..!!Apa kamu mengerti.." Ujar Evan sambil berjalan menuju pintu.
" Bos... anu.. itu... Siapa nama mu..??"
Sila bertanya pada Evan.
" Kau tidak perlu tau nama ku..!! Kau bisa memanggil ku seperti itu saja.." Evan bergegas meninggalkan rumah. Di dalam hati Sila merasa aneh tapi perasaan janggal itu hilang tertutupi dia yang sibuk memilih kamar.
Gadis bodoh itu tidak sadar orang yang selama ini ingin ia jauhi justru kini sangat dekat dengannya.
" Bos, Bukankah kau bilang waktu kecil sudah bersumpah hanya akan mencintai gadis kecil yang kau temui di pemakaman ayahmu itu.." Leon bingung melihat tingkah laku Evan.
" Benar..,Dari dulu hingga saat ini aku hanya mencintai gadis itu.." Evan tersenyum, Ia terlihat sangat bahagia.
" Lalu..." Leon masih saja belum mengerti.
" Saat keluarga Sanjaya mengajukan pernikahan, Mereka mengirimkan foto putrinya, Dari putrinya masih kecil hingga dewasa, Saat melihat foto - foto itu aku menemukan gadis kecil yang aku temui saat ayah ku meninggal., Itu sebabnya aku menyetujui pernikahan itu.." Evan merasa bahagia karena dia bisa bertemu dengan gadis kecil yang selama ini ia cari.
Itu sebabnya Evan tidak mengatakan namanya pada Sila. Ia ingin mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.
Jika Evan mengatakannya sekarang Sila pasti akan berusaha kabur lagi, Evan begitu takut kehilangan Sila untuk yang kedua kalinya.
Sampai di kantor Evan brubah menjadi orang yang berbeda.
Dia menjadi sosok Evan yang bersikap dingin, Kejam bahkan dia bisa menjadi psikopat jika ada wanita yang berani mendekatinya.
Setiap pegawai di kantor selalu merasa tegang sampai serasa harus menahan nafas saat Evan datang, Semua pegawai wanita di tekankan harus memakai pakaian sopan. Karena Evan paling benci kantornya dijadikan ajang bergaya lebay oleh para wanita yang Evan anggap menjijikan.
" Bos, Ada undangan pertunangan dari pemilik perusahaan di bawah kita." Seorang pegawai wanita menyerahkan sebuah undangan lalu pergi.
Evan terus menerus menatap undangan ia berfikir untuk membawa Sila sebagai pasangannya. Toh gadis itu juga tetap tidak akan menyadarinya. Sepulang dari kantor Evan ingin memberi tahu Sila bahwa jam sembilan malam ini dia harus menemani Evan ke acara itu. Saat membuka pintu rumah Evan kaget.
Dia melihat gadis itu tertidur pulas di sofa.
" Bodoh, Apa kebiasaan tidurmu ini tidak bisa di ubah..! Apa kau belum memilih kamar.." Evan yang tersenyum sembari menatap wanita yang ia cintai sambil mengelus rambut Sila.
" Aku melarang mu untuk melihat ke lantai
atas karena aku takut kau akan melihat kamar yang aku siapkan untuk mu dimasa depan, Kau pasti sudah melupakan aku kan..!?Tapi aku tidak, Sejak kejadian dulu hingga sekarang kaulah satu - satunya gadis yang aku cintai, Tak ada gadis lain lagi di hati ku, Tak apa, Kita mulai dari awal lagi, Pertama yang harus ku lakukan adalah mengubah pikiran mu yang jelek - jelek tentang ku." Ujarnya sembari mencium kening Sila.
Salah satu pintu kamar yang ada dibawah terbuka Evan melihat kamar itu sudah dirapikan baju Sila sudah dimasukan kedalam lemari semua. Evan menggendong Sila, Saat akan berjalan ke kamar, Sila terbangun.
" Bos...." Sila yang terbangun mengucek matanya.
" Apa aku membangunkan mu.?" Evan menatap Sila tapi tetap saja ia enggan menurunkan Sila sebelum sampai kamarnya Sila.
" Bukan begitu... tapi... itu... bisa... Bisakah kau menurunkan aku.." Muka Sila memerah karena malu.
" Tak apa tidurlah lagi aku hanya ingin memindahkan mu ke tempat tidur mu saja.." Jawab Evan seolah tidak peduli meskipun Sila menolak.
" Tidurlah sebentar lagi, Nanti malam jam sembilan lakukan pekerjaan mu, Temani aku ke pesta." Evan menurunkan Sila di atas kasurnya.
" Ke pesta..?? Tapi aku tidak punya gaun sama sekali dan aku juga tidak pernah sekalipun menghadiri pesta." Sila menundukkan kepalanya takut di marahi, Badannya gemetar hebat. Evan yang melihat Sila, Dia sudah menebak apa saja yang terjadi padanya dari dia kecil hingga dewasa. Evan menyerahkan sebuah bungkusan pada Sila dan mengelus kepala Sila dengan lembut.
" Aku tau..,Aku sudah membeli gaun yang mudah dan nyaman untuk kau kenakan sepatu dengan hak pendek yang tidak akan membuat kakimu sakit,." Evan menatap dan menenangkan Sila yang gemetar ketakutan.
" Tapi bagaimana jika di tempat pesta aku membuat kesalahan yang besar dan membuat mu malu bos.?" Ujar Sila yang berusaha menatap Evan.
" Aku jadi ingin merasakan bagaimana rasanya di buat malu.." Evan tersenyum karena tubuh Sila sudah tidak gemetaran lagi.
" Mana ada orang yang ingin dipermalukan begitu.." Gerutu Sila.
" Tidak apa..,Yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi dirimu sendiri itu sudah cukup bagiku." Terpancar kehangatan, Kelembutan dari dalam mata Evan yang menatap Sila, Memberi kenyamanan tersendiri dalam hatinya.
Sila merasa dihargai dan mendapat kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari keluarga ataupun pacarnya.
" Baiklah... Terimakasih bos." Sila yang tersenyum manis membuat jantung Evan seakan ingin meledak.
" Kalau begitu bersiaplah, Aku juga akan bersiap." Ujar Evan yang terburu - buru keluar karena takut tak sanggup menahan dirinya ingin mencium Sila.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
***Akhirnya penantian ini berbuah manis
Kerinduan yang begitu hebatnya
Tersiksa karena perpisahan
Sakit menahan rindu, Kini terobati sudah
Hadir mu mengobati rasa ini
Menerangi gelapnya hari
Menyirami api kerinduan
Dekaplah aku, Jangan pergi lagi
Kan ku beri dunia ku untuk mu
Segala yang ku miliki adalah milik mu
Ku mencintai mu wahai bidadari hati
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
🤗Selamat membaca🤗
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments