Bersama orang yang tepat, impianmu menjadi hebat
“Kamu mau ikut Science Center Komputer ga Ka?”
“Pengennya Biologi sih Mas, tapi Biologi banyak banget orangnya. Males aku.”
Azka malas membahas hal ini, sejak SD ia selalu tertarik dengan yang berbau makhluk hidup, Biologi, dan yang serupa dengan itu. Tapi ketika SMA, seolah ia malas ikut bergabung di dalamnya. Impian untuk terus melanjutkan minat pada olimpiade Biologi sejak SMP pun sepertinya akan pupus. Terlalu banyak orang yang berminat, menjadikan science center Biologi tak begitu menarik. Tapi apakah masa SMA akan kosong begitu saja dari prestasi? Ah, malas memikirnya saat ini.
“Emang di SC computer ada siapa aja sih Mas?“ Azka melanjutkan tanya ke Alfan yang sedang duduk di depannya.
“Ga ada, kita ga ada orang. Aku, Kak Ajo, Kak Adis, sama pelatihnya, Kak Andre.”
“Bertiga doang?“
“Iyah, trus tahun depan kan kak Ajo sama kak Adis udah ga bisa ikutan.”
“Oh,”
“Oh doang nih Ka?”
“Trus mau apa?”
“Kenapa kamu ngajak aku mas?” lanjut Azka.
“Soalnya kamu udah ga punya tempat di Biologi. Aku tau banget kamu gamau gitu aja kosong kegiatan, kosong agenda buat nyombong.”
“Dih, siapa yang suka nyombong?” jawab Azka sewot. Enak saja Alfan bilang gitu. Azka cuma tidak mau kosong prestasi, bukan cari lapak sombong. Cih.
“Ajak Ocha juga gih, biar ga sendirian.“
“Ocha doang? Aku belum nge iya in loh Mas.”
“Risa gamau, Iren udah di Biologi, Nadia gamau, dia mau fokus Bahasa Inggris, Fabel gamau ikutan. Tapi dia tertarik ke Fisika.”
“Jadi udah diajakin semua sama kamu kecuali aku sma Ocha? Gitu kamu Mas!”
“Gitu gimana?”
“Yaudah, aku ikut. Mayan lah, cari lapak sombong. Ya nggak?” sedikit menyindir ucapan Alfan tadi.
“Yee, marah. Selasa yah, latihan di lab komputer. Ajak Rasya kalo mau, pasti dia mau. Dia jago ngegame kan?”
“Trus kalo jago ngegame?”
“Pasti mau ikutan, apalagi ada kamu nya. Yaudah aku ke kelas dulu. Bye.” Alfan menyudahi pembicaraannya dengan Azka sambil melambaikan tangan. Azka membalasnya dengan malas.
Hari ini Azka berangkat sangat pagi karena bareng dengan Alfan. Dia bilang Faruq sedang ada acara sekolah, jadi harus subuh berangkatnya. Dan dia mengajak Azka berangkat bersama. Tapi ini membuat Azka menjadi penghuni kelas X.3 seorang diri. ‘Mana ada yang dateng ke sekolah jam 06.15 di hari jumat?'
Hari ini jadwal senam bersama di sekolah. Sebagian pengurus OSIS yang semuanya adalah kakak kelas sudah mulai berdatangan menyusun gedung serbaguna sebagai tempat senam bersama. Beberapa anak lain sudah berkumpul di lapangan sepak bola di bawahnya. Gedung GSG lantai satu sekolah mereka adalah gedung terbuka. Biasa digunakan sebagai tempat senam bagi instruktur dan para guru. Sedangkan siswa-siswi senam bersama di lapangan sepak bola yang terletak tepat disampingnya.
Azka mengotak-atik ponsel di atas meja. Tidak ada pesan apapun yang masuk. Membuat pagi ini semakin membosankan. Tak berapa lama kemudian Aya datang disusul beberapa teman kelasnya yang lain. Jam menunjukkan pukul 06.40. tapi Ocha dan Nadia belum juga datang. Azka memutuskan untuk keluar dan menunggu mereka di depan kelas. Baru beberapa langkah keluar dari pintu, Ocha dan Nadia datang dengan tawa menggema.
“Eh, oyong kenapa lesu gitu?”
“Siapa yang Lo panggil Oyong, Oyong!” jawab Azka ketika Ocha bertanya padanya.
“Lah, dia ngerasa. Ahahahahha.”
“Sialan!”
“Cepet masuk, taro tasnya, temenin gue di depan.” Jawab Azka sambil mendorong Ocha dan Nadia masuk ke kelas.
“Kenapa sih?” tanya Ocha kemudian sekembalinya dari dalam kelas mendekati Azka.
“Cha, ikut SC komputer yok. Diajakin Mas Alfan tuh.”
“Kok Gue enggak?” sosor Nadia yang mendengar ajakan Azka pada Ocha.
“Yeeeh, katanya Lo mau fokus jadi pembaca berita Bahasa Inggris?”
“Oh iya, hehehe. Kamu tau aja deh,” Nadia senyum-senyum sambil menoel dagu Azka yang lancip.
“Apaan sih, gatel banget tangannya noel-noel!”
“Dih, ngeselin. Gue suruh Rasya yang noel baru tau rasa lo. Nih nih gue toel nih.” Nadia mencebikkan bibirnya sambil terus meraih wajah Azka untuk di toel-toel gemas.
“Ih Nad, apaan sih! coba aja kalo berani.” kata Azka sambil mundur menghindari tangan Nadia yag mencoba meraih bagian pipi, dagu, atau telinganya.
Deg,
‘****** gue’. Azka menghentikan langkahnya tepat di hadapan seseorang yang baru saja di tabraknya.
Azka memasang wajah bertanya pada kedua temannya mencari tahu siapa yang ada di belakangnya. Nadia dan Ocha sudah cekikikan melihat wajah Azka yang sudah memerah. Azka membalikkan badan, dan mendongak ke arah seseorang yang sudah berada di hadapannya.
“Eh, Kak Rasya hehe.” Azka menyapa seseorang yang ternyata adalah Rasya.
“Liat-liat kalo jalan, Dek.” Ia menekankan panggilan ‘Dek’ untuk Azka di hadapan teman-temannya.
“I-iya, sorry. Gak sengaja,” jawab Azka yang sudah gugup berada sedekat itu dengan Rasya.
Wajah Azka semakin memerah saat Rasya menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Azka. Lalu Rasya mengusap puncak kepala Azka sambil berucap,
“Lain kali hati-hati, apalagi yang ditabrak bukan aku.”
Lalu ia pun pergi ke arah kelas X.4. Beruntung saat itu tidak banyak yang melihat, kalo enggak, bisa ****** setengah malu kan dibuatnya.
“Kampr*t Lo Naaaad” ucap Azka yang kesal setengah ****** gara-gara kejadian ini.
Bel pun berbunyi, menjeda kekesalannya pada Nadia untuk kejadian pagi ini. Semua siswa menuju lapangan mengambil barisan untuk melaksanakan senam pagi.
---
“Cha, ikutan gak, SC computer?” tanya Azka pada Ocha yang masih fokus pada arsiran pensil di atas selembar kertas.
“Emang kenapa sih Ka, harus banget Gue ikut?” jawab Ocha sambil menjeda pekerjaannya. Wajahnya dihadapkan ke arah Azka.
“Ya kata Mas Alfan gue sendirian cewek nya. Ayo dong,, pliis!”
“Iya deh, buat Lo apa yang enggak.” Jawab Ocha melanjutkan pekerjaannya mengarsir gambar yang dibuatnya
“Beneran? Serius? Ocha emang paling baiiik sedunia. Muaach!”
Azka senang mendengar jawaban Ocha. Lalu ia berlari ke luar kelas menuju kelas X.4 untuk menemui Alfan.
"Mas, aku mau bilang aku sama Ocha ikut SC komputer. Hehe,” Azka cengar cengir menghampiri Alfan.
“Bagus deh, sip. Nanti selasa depan kumpul. Aku catet namamu di keanggotaan.”
“Oke,”
“Aku juga mau ikut Fan.” tiba-tiba suara dua orang laki-laki dan perempuan bersamaan terdengar. Satu suara berasal dari Harisa, dan yang satunya..
“Kak Rasya?” tanya Azka kaget.
“Iya, Gue ikut Fan. Catet.” Jawab Rasya sambil duduk di bangkunya.
“Harisa jadi ikut?” tanya Alfan. Harisa hanya mengangguk. Lalu tersenyum.
‘Cih, perasaan Harisa dulu ga gitu. Bukannya dia gordes banget ya? Didepan mas Alfan kenapa mendadak imut gitu? ‘ Azka bergumam sendiri.
“Mas, aku ke kelas ya. Bye” Azka menyudahi gumamannya dan beranjak kembali ke kelas.
---
Sesampainya di kelas, ponsel Azka berbunyi. Sebuah pesan dari Rasya sampai di kolom pesan.
-Rasya-
Kamu akan aku dukung terus selama di TOKI. Supaya mimpi-mimpi kamu bisa lebih terasa hebat karena kamu menggapainya bareng sama aku. SEMANGAT!!!
Bel berbunyi tanda masuk dari istirahat. Azka memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tak ia hiraukan pesan balasan Rasya yang sempat ia buka tadi.
---
Entah bagaimana kejadiannya, semakin hari Azka semakin dekat dengan Rasya. Terlebih Azka dan Rasya saat ini mengikuti SC komputer bersama. Jadi lebih banyak kesempatan untuk Azka bertemu dan mengobrol dengan Rasya. Sudah bak dua sejoli saja deh pokoknya, padahal Ocha juga ada di SC yang sama. Ocha mulai membawa motor sendiri saat itu. Sehingga Azka jadi sering pulang bareng Ocha menaiki kuda besi nya. Kenapa gak sama Kak Rasya ya?
Enggak lah, Mama Azka sudah pernah memberi peringatan untuk tidak sering-sering diantar jemput sama laki-laki, kecuali Alfan mungkin.
“Habis renang mau pada kemana?” tanya Azka dari pinggir kolam. Azka tak pandai berenang, bahkan untuk menceburkan diri ke dalam kolam renang saja butuh energi dan keberanian yang ekstra.
“Gak kemana-mana. Udah sore juga nanti pas pulang Ka,” jawab Ocha sambil mengapung di permukaan kolam bersama Nadia dan Risa.
“Iren sama Ita mana yah?” tanya Azka lagi.
“Iren sama Ita ke kamar mandi, gatau ke kantin?” kali ini Risa yang menjawab.
“Oooh,”
Azka mulai bosan berada di sini, memang tidak berniat mau berenang karena Ia tidak bisa. Rasanya bosan sekali hanya menjadi penonton dari pinggir kolam. Azka merutuki dirinya yang sampai saat ini masih tidak punya keberanian untuk belajar renang.
“Huuuft, Bete gue.”
“Makanya bisa renang Nyil,” Sapaan Nyil, ini pasti Ita.
“Hei Ta, mana si Iren?”
“Tuuh, ada Tyo baru dateng.” jawab Ita sambil menunjuk keberadaan Iren dengan bibirnya.
“Aku masuk kolam dulu ya Nyil, bye..” kata Ita kemudian melepaskan handuknya dan menceburkan diri ke kolam renang dengan pakaian renang berwarna biru terang.
…
…
“Kaaa, Azkaaa, Fotoin kita dooong” teriak Nadia sambil memeragakan gaya orang memotret dengan tangannya.
“Males amat! Trus Gue ga di foto dong!” balas Azka ikut berteriak.
“Sekali doang Ka.. Azka baik deh!” sambung Nadia lagi.
Azka merogoh ponsel di dalam sakunya. Azka berdiri mendekat ke arah mereka yang sudah berpose siap untuk di foto. Ckrek’, ckrek’ dua gambar ia ambil dengan gaya mereka yang berbeda. Lalu ia melihat hasilnya, ‘Bagus’ gumamnya.
“Eh, selfie aja siniii, aku juga mau dong, biar keliatan aku juga dateng ke kolam.” Kata Azka sambil nyengir menunjukkan barisan gigi putih yang tertata rapih.
Azka berbalik, dan ketika hendak mengambil foto yang ke dua, Azka sedikit mundur dan terpeleset, hingga kehilangan keseimbangan. Achin dan Fitri yang ada di dekatnya segera bangkit dan mencoba meraih tangan Azka. Tapi...
Byuuurrrrr!
Azka tercebur ke dalam kolam dengan bagian punggung yang menghantam permukaan terlebih dulu. Azka terbawa hingga nyaris ke dasar, sadar dirinya tercebur, sebisa mungkin Ia menggerak-gerakkan tangan dan kaki agar bisa sampai ke permukaan. Panik seketika, karena upaya itu malah membuatnya tercekat dengan banyak air yang masuk melalui mulut dan hidung. Ocha dan Nadia bergegas menghampiri dan menarik badan Azka dengan sekali tarikan hingga muncul ke permukaan. Azka terbatuk dan merasakan hidung yang mulai perih. Ita langsung memukul-mukul pelan pundak Azka agar air yang masuk bisa keluar. Azka terus terbatuk. Seluruh pakaiannya basah hingga ke pakaian dalam. Akhirnya Azka digiring untuk menepi dan keluar dari kolam oleh teman-temannya.
“Untung hapenya ketangkep Ka,” ucap Achin menyerahkan ponsel Azka yang tadi ia gunakan untuk mengambil foto.
“Tangan gue yang harusnya ditangkep Chiin..” jawabnya kesal sambil terus berusaha mengeluarkan air dari hidung yang mulai memerah.
“Lebih untung hape yang keambil sih Ka, dari pada tangan lo trus hape nyebur?” jawab Ipit sambil tersenyum jail.
“Sialan. Hape lebih berharga dari Gue ya Pit? Kalo Gue mati gimana?”
“Yaelah Ka, ga akan mati kolamnya cetek gitu.” timpal Nadia yang baru ikut bergabung.
“Tapi kan Gue ga bisa renang” jawab Azka. “Trus gimana sekarang? Gue kan ga bawa baju ganti. Niat renang aja kagak!” ucapnya lagi sambil menepuk-nepuk seluruh bagian tubuh yang basah.
“Makanya ke kolam tuh bawa baju ganti! Kan ga ada yang tau kalo kejadian kayak gini bisa terjadi Ka.” Ucap Ipit lagi, Azka hanya bisa cemberut mendengar kata-kata mereka.
Tiba-tiba
“Gue udah mau pulang, ayok Gue anterin ke rumah.” seseorang sudah berdiri di samping Azka dengan pakaian rapih, rambut klimis dan tas gendong. Aroma parfum khas cowok yang katanya bikin cewek klepek-klepek menguar di sekitar mereka. Azka menoleh, ia dapati Agil sedang tersenyum sambil menjinjing tas selempang miliknya.
“Eh, mmmh.. gue pulang bareng yang lain aja.”
“Siapa yang mau pulang bareng elo Ka? Motor penuh. Udah full seat!” Ucap Ocha dari sisi lain.
“Masa? Kok tega??” jawab Azka dengan nada yang lebih meninggi.
“Udah sono pulang, basah semua gitu baju Lo Ka.” timpal Achin lagi, “Masuk angin baru tau rasa Lo!”
“Emm, gak papa emangnya Gil? Entar baju lo basah.” masih mencoba mengurungkan niat pulang bareng Agil.
“Tancap gas Bang.. bawa pulang ini anak!” ucap Ipit lagi sambil mendorong Azka ke arah pintu keluar.
“Yaudah Gue duluan yaa,” kata Azka pada semua teman-teman yang masih mengumpul di tempat tadi Ia berdiri.
Azka berjalan beriringan dengan Agil. Nampaknya Agil memperhatikan baju basahnya yang sudah sangat menempel membuat badan Azka sedikit terlihat bentukannya. Dia menawarkan jaket yang sedari tadi hanya dipegangnya.
“Nih pake, tuh tutupin bagian pinggang ke bawah, biar ga ngebentuk.” tawar Agil sambil menyorongkan jaketnya.
“Eh, gak papa? Makasih,” Azka hanya menerima tawarannya, Azka tak mau membantah yang hanya membuat mereka akan adu mulut, lagipula Azka merasa sedikit senang. Tapi kali ini, jantungnya tak berdetak terlalu cepat, tidak ada gelanyar aneh yang menjalar, dan Ia juga yakin wajahnya tak memerah kali ini. ada apa ini? mungkinkah Azka sudah cukup terbiasa dengan cinta bertepuk sebelah tangan ini?
‘Hei, hati.. kamu udah gak terlalu ngarep sama ini cowok? Baguslah’
Mereka berjalan hingga keluar dari gerbang dan menghampiri motor yang berada di parkiran.
“Nih pake,” Agil memberikan helm kepadanya
Azka menaiki motor bebek milik Agil, motorpun melaju dengan kecepatan sedang. Mereka hanya diam tanpa kata. Ini pertama kalinya Azka di bonceng oleh Agil, pertama kalinya mereka sedekat ini. Tapi, tidak ada hal lain yang Azka rasa selain..
Hening.
.
.
Azka turun dari motor ketika sampai di rumah, mengucapkan salam, dan melambaikan tangan ketika Agil kembali memacu motornya meninggalkan Azka di halaman rumahnya.
---
Ckiiiiiiiittttttttt
Suara rem motor terdengar menggaung di jalanan. Dua motor hampir saling beradu kalau saja motor yang dihadang tidak mengerem secepat kilat. Dua pengendara motor itu kemudian sama-sama membuka helm dengan gusar. Mata mereka saling terbelalak.
“Gila Lo Sya! Mau nabrak Gue Lo?”
“Gausah ngebacot! Tadi kenapa lo yang bawa pulang Azka?”
“Dia kejebur di kolam, bajunya basah semua. Kasian dia. Lo gak ada, yaudah Gue aja yang ambil kesempatan.” Agil mencoba untuk membuat suasana agak santai, tapi ternyata kalimatnya justru membuat Rasya semakin kesal.
“Lo beg*k si Gil!!!” sambil memukul pundak temannya yang berada tidak jauh darinya.
“Kok Lo jadi ngatain Gue sih Sya?” ucap Agil sambil mengelus pundaknya.
“Kelakuan Lo tuh ya, Azka pasti semakin berharap sama Lo kalo kayak gini!” Rasya mengusap wajahnya kasar, dia tidak habis pikir dengan semua ini. Agil masih saja sok berlagak polos melakukan hal baik dan sedikit romantis, yang jelas akan membuat Azka semakin berharap.
Dihadapannya, Agil bengong mendengar ucapan Rasya. ‘ Azka suka sama gue? Jadi selama ini cowok yang diharap Azka dari kelas 7 gue?’ batin Agil semakin penasaran dengan semua pertanyaan yang berputar di kepalanya.
“Lo bilang apa Sya?”
“Gak usah pura-pura beg*k! Lo udah tau semuanya, tinggal Lo nya aja, mau apa gak deketin dia. Gue gak papa.”
“Dari awal gue emang deket karena dia sering curhat tentang Lo. Gue balik dulu.” lanjut Rasya sambil mulai menghidupkan motornya. Sebelum menjalankan motornya Rasya menoleh,
“Kalo Lo ga bisa, mending gausah. Biar Gue yang ambil alih. Tapi kalo udah gitu, Gue gak akan kasih kesempatan lo buat deket sama dia lagi.” Rasya pun meninggalkan Agil yang masih bingung mau menjawab apa. Pertanyaan semakin berputar di kepalanya, membuat dia menjadi kesal sendiri dengan dirinya.
“Aaahhhhh!” Agil merasa kesal dan kemudian melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments