Hari pernikahan

Acara pernikahan di mulai sejak pagi, MUA telah sibuk meriasku dan juga Mama. Brian terlihat bolak-balik di depanku mukanya nampak menunjukkan kecemasan.

"Kenapa mondar-mandir seperti itu, tolong jangan buat kepala saya pusing tuan?!" ujarku tanpa menoleh ke arahnya.

"Kau tau aku sedang gugup haa...!" dengan berteriak kencang.

Aku tertawa lepas, saking tak percayanya ku cubit tanganku sendiri dan merasakan sakit. Karena marah Brian menyebutku wanita gila, bukan hal yang biasa ku lakukan tertawa sampai menangis seperti ini. Baru kali ini ku lihat seorang Mafia yang di takuti oleh semua orang bisa mempunyai perasaan gugup, saat akan melangsungkan pernikahannya.

Dengan kasar ia melemparkan sebuah bantal tepat di kepalaku.

"Berhenti tertawa, atau ku suruh John melemparmu ke laut!" tatapan matanya begitu tajam terhadapku, sepertinya ia begitu marah yang melihatku terus tertawa.

"Iya tuan, saya akan berhenti tertawa. Tapi kalau bisa, dan saya sungguh tak bisa menghentikannya" masih dengan memegang perutku yang semakin sakit karena berusaha menahan tawaku.

Karena merasa jengkel denganku, Brian menarik tanganku dengan paksa ke arahnya karena terkejut seketika tawaku berhenti. Sontak saja tubuhku juga ikut mengikuti gerak tanganku, kini bukan hanya tubuh yang menempel kepadanya begitu juga bibir kami. Tanpa sengaja aku mencium bibirnya, namun apa yang terjadi Brian malah menciumku dengan lembut.

Aku hampir saja terlena oleh ciumannya, tapi ini tak boleh terjadi. Aku mendorong tubuh Brian ke belakang, lalu meminta MUA untuk melanjutkan meriasku. Aku malu, bahkan aku sangat menikmati ciumannya tadi yang begitu lembut. Tapi aku sadar kini wajahku memerah padam, persis seperti udang rebus.

Saat MUA kembali membenarkan riasanku, mereka nampak berbisik-bisik di belakangku membicarakan kenekatan Brian menciumku di depan banyak orang. Aku semakin malu dan melirik ke arah Brian yang sedang tersenyum nakal terhadapku.

Beberapa saat, waktu aku baru saja menyelesaikan riasanku, asisten John sedang berbisik kepada Brian kalau ruangan untuk ijab qabul sudah siap untuk di pakai bahkan sudah hadir penghulu dan beberapa keluarga inti yang datang termasuk ke dua adik Brian, yaitu Leoni dan Lyodra.

Brian segera beranjak dari duduknya lalu mengulurkan tangannya kepadaku.

"Apa?" tanyaku.

"Ayo sudah waktunya kita menikah" ujarnya sambil terus membawa tanganku untuk mengikutinya.

Seketika dadaku berdetak lebih kencang, keberanianku sedikit memudar aku ingin kabur, ingin mengakhiri semua ini. Aku tak mau menikah dengannya. Tapi sekali lagi aku memikirkan nasib kedua orang tuaku nanti bila aku benar-benar meninggalkannya, bisa-bisa aku dan kedua orang tuaku akan di habisinya.

Air mata yang tadinya ku dasari dengan tembok yang kokoh akhirnya jebol juga, derai air mata jatuh membasahi pipiku. Brian menoleh ke arahku saat ijab qobul akan di mulai.

"Kau sudah siap?" tanya Papaku.

"Sudah, mari kita lakukan pernikahannya" jawabnya dengan tegas dan tersenyum puas.

Mama mengerudungiku dan Brian dengan kain putih panjang, Mama memegang lembut pundakku, dan aku hanya memandangnya dengan wajah sendu.

"Sambut tangan wali nikahnya tuan" ujar penghulu yang berada di hadapan kami.

"Bismillah hi rohmannirohim, saya nikahkan engkau dengan putriku Aileen Maheswari binti Ibra Pramudya dengan mahar uang sebesar 1Milyar di bayar tunai."

"Saya terima nikahnya Aileen Maheswari binti Ibra Pramudya dengan mahar tersebut, di bayar tunai."

Setelah selesai mengucapkan ijab qobul, Ibra menjentikkan jarinya ke atas. John mempersilahkan penghulu untuk segera memberi do'a dan pergi, kami bertiga mengernyit keheranan kenapa penghulu itu di usirnya.

Aku menelan salivaku dengan sedikit kesusahan, degupan jantungku tak karuan bahkan keringat dingin membasahi kedua tanganku. Apa yang akan di lakukannya setelah ini, aku merasa pria ini akan segera menunjukkan kekuasaannya.

Dan benar saja, ia memerintahkan kedua adiknya agar cepat pulang dengan membawaku. Karena pesta pernikahan akan berlangsung sebentar di rumah kami. Tepatnya di rumah baru kami, aku dan Brian.

Tanpa menjawab Le dan Lyo segera membawaku bersamanya dengan menarik sedikit kedua tanganku, aku merasa menjadi tawanan baru saat ini. Bahkan aku di larang bertemu oleh kedua orang tuaku lagi, kecuali atas ijin Brian.

"Kak ayolah, ikutlah dengan kami ke mansion kak Brian... jangan biarkan kami mengalami hal buruk dari John!" tatapan melas di berikan kepadaku.

"Kalian berdua siapa?" tanyaku dan bergantian menatap kedua gadis remaja itu.

"Nama kami Leoni dan Lyodara, kami adik kembar kak Brian" ujarnya lembut.

Karena sifat mereka begitu lembut akhirnya dengan cepat aku bisa berbaur dengan mereka, mungkin karena usia kami yang tidak terlalu jauh.

"Kak, nanti aku dan Lyo bolehkan meminta bantuan Kakak?, selama ini kami selalu di kurung oleh kak Brian di mansion utama. Sekalinya bisa keluar kami harus di kawal?" tuturnya.

"Ya nanti kita pergi sama-sama ya..." ujarku menenangkan mereka berdua.

Di dalam mobil, kami bertiga saling bercerita dan membicarakan hal yang kami anggap itu adalah obrolan para gadis muda. Saking serunya kami melupakan kalau John sedang bersama kita saat ini. Sebentar saja mobil berhenti di sebuah mansion yang cukup besar dan luas. Mereka menyebutnya dengan "Happy Home".

Aku segera memasuki halaman yang luas dan besar, di sana sudah begitu banyak tamu dan juga para undangan. Para pelayan nampak sibuk melayani tamu-tamu, bahkan bunga-bunga yang cantik tertata rapi di sudut dan tengah ruangan. Lampu cantik dengan berbagai warna juga menghiasi setiap inci ruangan itu, nampak indah dan bersinar.

Tak ku sangka Brian juga telah sampai berada di belakangku, ia memeluk pinggangku dan mengajakku masuk ke dalam ruangan. Para reporter dan juga wartawan sibuk mengambil gambar kami, tak ada celah bagiku untuk murung. Ku lebarkan bibirku lebar-lebar agar pesta ini berjalan dengan lancar dan aku bisa segera beristirahat dengan tenang.

Hal yang tak terduga terjadi saat kedua orang tuaku tiba di mansion utama Brian, ia mengumumkan sesuatu tepat di hadapan para tamu.

"Perhatian semuanya, tuan muda kami akan mengumumkan sesuatu untuk kalian semua" ujar John di atas podium.

Brian maju ke podium, ia sengaja menggandeng tanganku untuk ikut bersamanya.

"Selamat siang semuanya, saya ingin mengumumkan sesuatu untuk kalian. Mulai hari ini saya akan menjadikan perusahaan Papa Ibra menjadi anak perusahaanku, kalian semua bisa menjadi anak perusahaan saya setelah mengajukan permohonan kepada asisten saya."

Tepuk tangan dari para tamu undangan sungguh bergemuruh, makin membuat semarak acara pernikahan ini. Hal yang membuatku sedikit bersedih saat Brian memakaikan cincin perkawinan pada jari manisku yang terluka tadi malam.

"Kenapa jarimu?" tanya Brian, dengan tatapan yang tajam.

"Sa... sakit tuan" jawabku lemah.

"Aku tidak perduli jarimu sakit atau tidak kau harus memakai cincin ini!" Brian memaksakan cincin itu masuk ke dalam jariku.

Aku sedikit menangis saat menahan gesekan cincin itu yang mengenai lukaku, luka yang memerah dan darah yang mengalir begitu derasnya.

Terpopuler

Comments

Hanna Devi

Hanna Devi

sampai di sini dulu, besok2 mampir lagi 😁

2021-12-18

0

Keiro

Keiro

Astaga jahatnya

2021-11-15

0

❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊

❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊

semangat terus

2021-10-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!