Seperti perkataan asisten Brian kemarin, sebelum pukul sepuluh pagi ia sudah sampai di rumahku. Kali ini mereka tak membawa semua bodyguardnya, mereka hanya datang berdua.
Kedua orang tuaku nampak sedang berbicara kepada Brian, sedangkan asisten John berada di belakangnya. Aku turun dari anak tangga dan di sambut senyuman dari bibir Brian. Sepertinya pria itu sedang menyukai penampilanku saat ini. Aku sedang memakai dress pink berlengan pendek dan bawahan selutut, cocok sekali dengan warna kulitku yang berwarna putih bersih.
"Sudah siap?" Brian mengulurkan tangannya, berharap aku mau menyambutnya.
"Sudah!" sambil memutar bola mata malas dan menyambut tangan Brian.
Kami bertiga menuju butik langganan Brian, sebelum menaiki mobil Brian sengaja menyentakkan tanganku dengan keras.
"Auwh..." rintihku.
Brian tertawa melihatku kesakitan.
"Jangan berharap lebih dariku, kalau bukan di hadapan orang tuamu aku malas melakukan ini kepadamu!" desisnya sambil membuka mobil dan masuk.
"Harusnya saya yang bilang seperti itu, bodoh!!" aku meremas bajuku sebagai bentuk kekesalanku kepadanya.
"Saya mohon anda bersikap sopan kepada tuan muda Nona!" teriak John dengan tegas.
"Aku membencimu John, begitu juga dengan anda!!" Mataku mengarah tepat kepada Brian yang baru saja duduk di sebelahku.
Aku sengaja duduk berjauhan dari Brian, sebisa mungkin aku ingin menjauhinya walaupun sepertinya itu tak mungkin. Di dalam mobil aku duduk dengan manis begitu juga dengan Brian, ia nampak sibuk dengan ponselnya. Sesekali ia menerima sambungan telpon dari para koleganya.
Brian diam-diam memperhatikanku melihatku yang sedang menikmati perjalanan menuju butik.
"Kenapa anda terus melihat saya seperti itu?" aku sudah tak tahan lagi karena Brian mulai menggodaku.
"Kau tumben cantik sekali Aileen" ujarnya sambil terus menatapku.
"Dari dulu saya memang cantik, anda saja yang buta tidak memperhatikan saya dari awal bertemu!"
"Masa?" cibirnya.
"Terserah anda mau bilang apa tuan!"
John melihatku dari arah spion, matanya memelototiku. Akupun tau maksut dari pelototan itu, bahwa aku di larang berbicara kasar kepada tuan mudanya.
"Argh!! sepertinya aku akan cepat gila bila berada di antara kalian berdua!" ujarku sambil mengacak rambutku dengan asal.
Tapi apa yang di lakukan kedua pria membosankan itu malah tertawa melihatku, dan aku sudah semakin marah hanya bisa menatap jengah kedua lelaki itu secara bergantian.
Tak lama mobil yang di kendarai oleh John berhenti di sebuah butik, di sana sudah ada dua bodyguard dan juga owner butik. Sepertinya mereka sedang menunggu kedatangan kami.
"Selamat datang tuan di butik kami, dan kami juga sudah menyiapkan beberapa gaun pengantin yang nanti bisa Nona pilih. Mari ikut saya ke dalam..." ajak owner wanita itu.
Brian menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu, nanti dia akan menyusul. Brian mengutus John agar pergi ke suatu tempat, ia menyuruh asistennya untuk menyiapkan gedung pernikahan. Aku melihat John pergi dari dalam butik.
"Pengawalan, jangan sampai kalian meninggalkan calon istriku. Atau kalian akan mati!" Brian merapikan jasnya lalu masuk ke dalam ruangan tempat ku berada.
Owner butik sedang menunjukkan beberapa gaun pengantin untuk ku pilih, mulai dari warna putih, merah, biru muda sampai hijau tosca. Tapi aku lebih menyukai warna putih yang sedang di bawa oleh owner, aku mengambil gaun itu lalu mulai melihat bahan, desain, serta payet-payet yang di tonjolkan di sana.
Lalu ku tempelkan gaun itu ke tubuhku, dan bercermin. Brian rupanya sedang melihatku, ia menghampiriku lalu berkata.
"Kalau kau suka kenapa tidak kau coba dulu, aku juga ingin kau memakainya. Siapa tau kau akan bertambah cantik" sambil menutup bibir sebelah kanannya.
Aku tau kalau dia sedang menertawakanku. Tanpa bereaksi aku memutar bola mataku dengan malas, lalu meminta salah satu pegawai butik untuk membantuku memakai gaun itu. Hampir satu jam lamanya aku memakai gaun itu plus dengan riasannya juga, terlihat simple tapi riweh juga. Mulai dari pemasangan hiasan di rambut dan memasang ekor panjang di belakang gaun, para pegawai mendandaniku bak seperti pengantin beneran.
Aku buka pintu dan keluar dari ruangan ganti dan make up, mataku mencari sosok pria yang sedang ku benci saat ini. Mataku menemukan sosok itu, dan kebetulan sekali ia juga sedang memperhatikanku.
"Bagaimana?" tanyaku malu-malu sambil bercermin.
Tapi sepertinya Brian tak mendengarkanku yang sedang bertanya kepadanya, maka aku ulangi lagi pertanyaanku kali ini dengan suara yang sedikit tinggi.
"Tuan Brian, bagaiman penampilanku?" ujarku masih menatapnya.
"Luar biasa, kau cantik sekali. Cocok sekali menikah denganku yang tampan ini!" berbicara dengan terus menatapku lekat-lekat.
"Menyebalkan...!" aku memutuskan untuk mengganti gaun pengantinku, aku tidak rela kalau kecantikanku di lihat terus oleh Mafia jahat itu dengan tatapan nakalnya.
Sekitar pukul dua belas siang, aku telah selesai feting gaun pengantinku. Aku meminta kepada Brian agar segera mengantarku untuk pulang, nampaknya ia sedang sibuk sekali saat ini. Terbukti ia di sibukkan oleh ponsel pintarnya.
Ponsel Brian berdering, ia segera menerima sambungan telpon itu yang nampaknya dari sang asistennya.
"Em..., iya... lakukan secepatnya. Oiya kapan surat nikahnya di selesaikan?"
"Lakukan dengan cepat lalu kabari aku, kapan hari pernikahan di laksanakan?"
Mendengar itu semua, Brian nampak sibuk mengatur jadwal pernikahan kami. Setelah mengakhiri sambungan telpon dengan John, tak ada kata-kata lagi yang keluar dari bibirnya. Akupun juga malas berbicara apapun kepadanya dan berharap mobil yang ku tumpangi segera sampai di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Keiro
Lagi...
2021-11-15
1
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
semangat thor
2021-10-06
2