Perjanjian Pra Nikah

Matahari sudah berada di ufuk timur, warnanya yang masih merah menunjukkan bahwa ia baru saja di lahirkan oleh inti bumi. Semilir angin menembus kulitku yang saat ini tengah berdiri di atas balkon kamarku. Anak rambutku tersapu oleh angin yang membawa sedikit rintikan air hujan, seketika tubuhku menggigil kedinginan. Aku merapatkan baju hangat yang sedang ku kenakan saat ini.

Seketika anganku melayang, memikirkan apa yang nanti akan aku lakukan untuk menghadapi kelicikan serta kebengisan seorang Brian Erlangga. Karna ingin mengetahui identitas serta sepak terjangnya aku mencoba mencari tahu melalui labtop yang berada di meja kamarku.

Dengan cepat ku ketikkan namanya "Brian Erlangga" ternyata pencarianku berhasil, nama Brian Erlangga berada di pencarian nomor satu. Ternyata nama Brian begitu populer untuk di cari setiap informasi tentangnya.

Bibirku sedikit ku naikkan ke atas, tertawa tak jelas saat melihat beberapa foto yang memuat tentang dirinya.

"Ternyata orang ini sangat tampan, tapi ketampanannya tak semenarik orangnya. Dia adalah orang jahat yang setiap saat bisa berbuat apapun untukku dan kedua orang tuaku." aku berbicara sendiri sambil menatap lurus ke depan layar labtopku.

Tak sengaja jari lentikku menekan tombol save pada foto yang baru saja ku lihat. Ingin sekali ku hapus foto itu dari dalam labtopku, tapi Mama sudah meneriakiku untuk segera sarapan pagi. Aku melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, sudah cukup lama juga aku melihat profil kehidupannya di layar pintarku.

Aku menuju ruang makan seperti biasa, sebelum melakukan sarapan aku terbiasa mencium kening kedua orang tuaku di pagi hari.

"Selamat pagi Mama... Papa..." sambil membuka piring di depanku.

"Aileen apa kau sudah mengambil keputusan?" Papa bertanya sambil mengunyah makanannya.

Sejenak ku hentikan kegiatanku untuk berbicara kepada Papa.

"Sudah!" jawabku begitu saja.

"Papa harap kau tidak membuat tuan Brian marah kepada kau dan kami!" ujarnya dengan menatapku dalam-dalam.

"Iya..." karna malas berhadapan dengan Papa yang selalu menanyakan tentang keputusanku, ku putuskan untuk makan di kamarku saja.

Aku meninggalkan mereka berdua yang sedang membicarakan Brian, entah mengapa Papa sama sekali tidak menghawatirkan tentang kehidupanku nantinya seperti apa hidup bersama Bos Mafia yang kejam. Papa hanya memikirkan seberapa banyak uang yang akan di terimanya setelah menikahkanku.

Aku menutup pintu kamarku dengan keras, hatiku sudah di porak porandakkan oleh kedua orang tuaku. Orang tua yang seharusnya melindungiku malah memberikanku kepada lelaki jahat yang sangat mereka puja.

Waktu terus berlalu seakan tak mau untuk tetap tinggal. Aku sudah mewanti-wanti diriku sendiri agar selalu waspada kepada lelaki asing yang sebentar lagi akan menjadi suamiku itu.

Kini aku tengah duduk di depan meja riasku. Mama datang memberitahuku bahwa aku telah di jemput oleh orang suruhan Brian, aku tersenyum ke arah Mama dan memintanya untuk selalu mendo'akanku lalu aku beranjak menemui orang suruhan itu.

"Selamat siang Nona, nama saya Adi. Saya adalah sopir tuan Brian, saya di minta beliau untuk menjemput Nona" berbicara sambil setengah membungkuk.

"Di mana dia?" sambil duduk di hadapannya.

"Beliau sedang berada di cafe, Nona."

"Baiklah ayo kita berangkat!."

Mobil ini segera membawaku ke cafe. Aku hanya duduk diam sambil memegang ponselku dengan erat. Tak ada kata-kata yang ingin ku ucapkan, walaupun aku tau Adi selalu saja memandangiku dari kaca spion yang berada di atasnya. Aku hanya tersenyum tipis menatap mata Adi dari kaca spion itu.

'Wanita ini sungguh hebat dia begitu pemberani, padahal orang yang akan menjadi suaminya bukanlah orang sembarangan' gumam Adi sambil terus mengemudi.

Tak berapa lama mobil yang di kendarai oleh Adi berhenti di sebuah cafe, cafe yang dulu pernah ia datangi bersama teman-temannya sebelum dirinya pergi melanjutkan studynya di Australia. Aku masih bersama sopir tersebut lalu di sambut oleh John asisten pribadi Brian.

"Selamat datang Nona, tuan muda sudah menunggu anda di ruangan privat" sambil mengajakku pergi ke ruangan yang ia tuju.

"Kenapa sepi sekali, bukannya cafe ini adalah tempat yang terkenal ramai?" mataku menyapu ke semua ruangan cafe.

"Cafe sudah di booking tuan muda Nona."

'Aish... kenapa harus membookingnya segala, dasar sok kaya!' gumamku sambil terus berjalan.

Brian menatapku dengan sangat intens saat aku baru saja tiba di ruangan privat itu. Bahlan aku bisa menangkap mata nakalnya itu yang terus menelusuri lekuk tubuhku.

"Oke, duduklah Aileen. To the point saja apa keputusanmu?" Brian duduk tepat berada di hadapanku.

"Keputusannya adalah saya menyetujui untuk menikah dengan anda" sambil tersenyum tipis.

"Segampang itu, kenapa tidak kau katakan dari kemarin saja. Dengan begitu aku tidak akan membuang waktuku begitu saja?!" Dia memegang dagunya sambil terus melihatku.

"Ya, tapi ada syaratnya!."

"Apa syarat?!, aku tak salah dengar?. Seharusnya aku yang memberikan persyaratan itu, bukannya kau!!" rahangnya mengeras dan jari jemarinya di ketuk-ketukkan di atas meja.

"Syaratnya ada di sini, baca dan tanda tangani kalau anda setuju" aku memberikan satu lembar kertas dengan penuh coretan di sana.

"Apa ini, kau mau bermain-main denganku?!" hardiknya sambil mengambil kertas itu dengan cepat.

Isi surat perjanjian itu adalah:

SURAT PRA NIKAH

Saya Aileen Maheswari, berusia 23tahun. Dengan ini saya menyetujui untuk menikah dengan Brian Erlangga. Berikut adalah persyaratan yang harus di terima setelah menjadi suami saya. Dan apabila Brian melanggar persyaratan itu, maka saya berhak untuk mengajukan perceraian.

Tetap membiarkan saya bekerja.

Di larang mencampuri urusan pribadi saya.

Tidur di kamar terpisah.

Tidak di perkenankan untuk meminta haknya sebagai suami.

Di larang membawa perempuan lain ke dalam rumah.

Pembuat

AILEEN MAHESWARI

Menyetujui

BRIAN ERLANGGA

Brian memgerutkan wajahnya setelah membaca surat pra nikah tersebut, lalu tertawa mengejek di hadapanku. Ia melempar kertas itu setelah menandatanganinya.

"Sudah kau dapatkan apa yang kau mau, aku menyetujui semua syarat darimu" ujarnya sambil menoleh ke arah John yang sedang berada di sampingnya.

"Nona mari ku antar pulang, sebelumnya tuan menjadwalkan akan mengajak anda untuk feting baju pengantin. Saya harap anda tidak bepergian terlebih dahulu karna tuan muda tidak suka menunggu."

"Baiklah saya akan menunggu kedatanganmu besok ke rumahku asisten John" ujarku sambil tersenyum.

Aku di antar pulang oleh John, sedangkan Brian pergi bersama sopirnya untuk kembali ke kantornya. Nampaknya asisten John ini juga penasaran denganku, terbukti sedari tadi ia memperhatikanku sama seperti yang Adi lakukan tadi. Tapi aku terlalu cuek, ku hidupkan ponselku yang sempat ku matikan tadi dan mulai bermain game kesukaanku.

Terpopuler

Comments

Hanna Devi

Hanna Devi

semangat selalu 💪💪

2021-12-18

0

Keiro

Keiro

Lanjut thor

2021-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!