" Apa yang kau katakan padanya? " Tanya Brayen.
" Saya bilang kepadanya, jika anda membocorkan rahasia ini maka keluarganya yang akan menjadi taruhannya. " Ucap Tensis.
" Saya tau bahwa seorang nona bangsawan pasti tidak akan bertahan tanpa kekayaan yang ada di belakang keluarganya. Maka dari itu, saya mengancamnya seperti itu, yang mulia. " Sekali lagi Tensis menjelaskan.
Brayen tersenyum, seolah puas dengan jawaban Tensis.
" Bagus Tensis, menghancurkan satu keluarga bangsawan, cukup mudah bagiku apalagi keluarga Baron." Sekarang Brayen puas.
" Ya, yang mulia." Jawab Tensis.
" Aku akan melakukannya malam ini, jadi panggil dia ke istanaku, aku ingin segera membuat dia menderita karena telah menikahiku." Perintah Brayen, untuk membawa wanita itu.
" Baik, yang mulia. " Tensis menjawab patuh.
Tensis sedikit tidak setuju dengan rencana Brayen, namun dia hanyalah ajudannya saja, Tensis sadar kalau dirinya tidak bisa melawan kehendak Brayen.
|Apa ini sungguh hal yang baik untuk di lakukan, bagaimana jika dugaanku benar, itu akan merugikan yang mulia.|
" Tensis?! Jangan banyak berfikir dan cepat lakukan tugasmu!! " Bentak Brayen.
" Baik yang mulia, hamba undur diri semoga anda di berkahi. " Tensis memberi hormat.
Tensis pergi meninggalkan Brayen, saat Tensis melangkah ke pintu keluar dia dihadapkan dengan seorang perempuan yang cantik bak bunga musim semi, dengan mata biru seindah lautan, rambut yang tergerai panjang bergelombang, bibirnya yang merah dan lembut, serta gaun merah jambu yang indah.
Dia adalah Rose, ratu yang tidak di anggap.
Dia di ikuti oleh dayangnya yang selalu setia padanya, yaitu Layla.
Tensis terkejut dia langsung memberi salam kepada Rose.
" Salam bulan kekaisaran Turnatara, semoga anda di berkahi. " Tensis menunduk kepada Rose.
" Salam tensis. " Rose menjawab dengan kaku.
Sedangkan Brayen dia terlihat tidak suka melihat Rose datang, matanya berubah menjadi sangat dingin, itu sangat jelas terpancar di wajahnya bahwa dia sangat tidak senang.
Tensis segera pergi dari ruangan tersebut, dia tidak mau terlibat pertengkaran di antara mereka berdua.
...----------------...
Ketika aku akan duduk, dia kelihatannya tidak senang.
Dia tidak pernah menyambutku...
Apa yang aku harapkan darinya, jangan berharap apa-apa, setelah semuanya selesai aku akan pergi dari sini.
" Apa yang kamu lakukan? " Tanyanya ketus.
Dia bertanya, dengan menunjukan ekspresi yang jijik kepadaku.
Memangnya apa masalahnya.
" Maksud anda, apa yang mulia? "Aku bertanya, karena memang aku tidak mengerti apa yang dia tanyakan.
" Untuk apa kamu datang keruang makanku? jangan mengotori ruang makan istanaku!! " Ucap dia dengan sinis.
Dia menganggapku kotoran, sudah jelas terpampang di wajahnya, apa aku di matanya terlihat menjijikan, dia selalu seenaknya berfikir macam-macam.
Aku kesal sekali, apa dia tidak berfikir betapa malunya aku di depan para dayang di perlakukan seperti itu, apa dia tidak bisa sekali saja tidak bersikap seperti itu.
" Bisakah anda tidak mempermalukan saya sekali saja? " aku memberanikan diri untuk sedikit melawannya.
" Jika kamu tidak ingin di permalukan, kamu harus berlutut dan menjilat sepatuku terlebih dahulu setiap hari, baru aku tidak akan mempermalukanmu. " Ucapnya penuh kebencian.
Semua dayang terlihat berbisik mengejekku, kecuali Layla, dia menunjukan sikap tidak suka kepada yang mulia, dia kelihatan kesal.
Aku mencoba menenangkan Layla dengan memanggil namanya.
" Laylaa.... " Panggilku pelan.
" Saya yang mulia? " Layla menjawab.
" Tetap tenang. " Tegurku.
" Baik yang mulia." Layla menjawab dengan patuh.
" Yang mulia, sepertinya permintaan anda terlalu berlebihan, sungguh suatu kehormatan bisa menjilat sepatu anda yang agung...
" Namun, itu bukan untuk saya, anda bisa mencari orang lain yang mau melakukannya. " Aku berkata dengan tatapan dingin yang menyeramkan.
" Cih, betapa sombongnya dirimu mengatakannya, jika tidak mau, kamu bisa pergi dari sini, jangan datang ke ruang makanku mulai dari sekarang!!!! " Brayen memperingati dengan sorot mata tajam.
Siapa yang mau sarapan dengannya, aku kesini karena menurutku, dia sudah tidak ada di sini.
Aku selalu seperti itu, aku selalu makan makanana sisa dirinya. Aku sudah cukup di permalukan, lebih baik aku pergi dari ruangan ini.
" Baiklah, saya akan pergi dari sini yang mulia. Semoga anda di berkahi. " Hormatku.
Ketika aku akan pergi meninggalkan ruang tersebut, tiba-tiba dia membuka mulutnya lagi.
" Tunggu sebentar!! " Teriak Brayen.
" Ada apa lagi yang mulia? " Tanyaku tanpa berbalik.
" Dengar semuanya, mulai dari sekarang dan seterusnya Ratu tidak akan dan tidak boleh memasuki ruang makan kerajaan, dan tempat makan ratu bukan di sini, melainkan di kandang kuda. " Dia mengatakan hal yang tidak terduga.
Apa yang dia bicarakan.
Kandang kuda? dia memindahkan tempat makanku di kandang kuda? Apa tidak cukup mempermalukanku dengan mengusirku dari sini, menyuruhku menjilat sepatunya, dan sekarang dia memintaku makan di kandang kuda.
Padahal, para dayang pun masih memiliki tempat yang layak untuk makan.
" Pffffffftt.....Ya ampun, baik yang mulia raja, saya mendengar perintah anda." Seorang dayang menjawab sambil sedikit tertawa seolah mengejek kepadaku.
Aku berbalik dan berbicara dengan suara penuh amarah.
" Apa maksud anda yang mulia? Saya masih seorang Ratu di sini, apa yang mulia tahu? bahwa pelayan! dayang! bahkan tukang kebun istana sekali pun. Masih memiliki tempat yang layak untuk makan. Meski saya ratu yang tidak di anggap saya masih berstatus ratu di sini!! " Tegurku kesal.
...----------------...
BERSAMBUNG...........
SLOWW UPDATE
TINGGALKAM KOMENTAR DAN LIKE
BIAR SEMANGAT.....😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Putri Putri
aaa aku pait nya knp aku yg sedih ya hati aku kek sakit banget ky di tertusuk sesuatu 😭
2023-04-25
0
Amel Lia
author keren gambarnya bagus
2023-02-03
0
Amel Lia
mau ketemu roseeeee
2023-02-03
0