...—Excelia, Kekaisaran Arestia—...
...—1 Juli 1238—...
Tap.
Tap.
Terduduk jauh dari tempat Ares berada, Olfrey membuka tudung jubah hitamnya. Rambut hitam pendek yang terlihat tidak rapi, mata merah yang menimbulkan ketakutan bagi lawan bicara, terkesan sangat dingin bagi orang di sekitarnya.
Meskipun begitu, terdapat keterkejutan besar di dalam benaknya. Olfrey tidak pernah berpikir apabila Sang Kaisar dengan kedua kakinya sendiri akan mengunjungi bar kumuh rakyat jelata.
Kakinya membawanya ke tempat ini. Meskipun Olfrey tidak melihat adanya keanehan apapun, justru hal tersebut yang membuatnya merasa aneh, tidak seperti pada tempatnya, menyebabkan ia bergerak mendekati bar ini.
Bagi Olfrey yang telah bekerja di dunia gelap sejak masa kecilnya, menyadari keanehan tersebut hanya dapat dilakukan oleh seorang individu khusus, yang bahkan tidak diketahui oleh rakyat jelata biasa.
Bukan karena penjagaan Klan Cornwall yang tidak kompeten, namun hal tersebut merupakan perintah Ares untuk menarik individu spesial seperti Olfrey. Kata-kata "mencari kesegaran angin malam" yang diucapkan Ares sebelumnya memiliki makna berupa perintah bagi Klan Cornwall untuk menggiring Olfrey—yang telah dilaporkan memasuki ibukota—menuju tempat yang Ares tuju.
Dengan tenang, Olfrey mempertahankan wajah datarnya, "Dimana bartender?"
Tanpa mengacuhkan pertanyaannya, pria berambut merah kekar—yang menyukai daging—bergerak cepat mendekati kursi Olfrey dengan wajah memohon, "To—tolong! Makanlah dagingku!"
"Hah? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan." Olfrey menoleh, mengerutkan keningnya.
"Pesanan datang!" Mehera datang dengan langkah tergesa-gesa, mendorong gerobak makanan berisi sepuluh piring penuh daging.
"Sial!" Pria berambut merah tersebut bangkit, melangkah pergi dengan cepat.
"Jadi, kau akan membuang-buang makananmu disaat penduduk utara mati kelaparan?" ucap Ares.
"Guh!" Pria tersebut menghentikan pelariannya, kedua bahunya lemas terjatuh, membuatnya kembali terduduk dengan sepuluh piring penuh daging yang tersaji tepat di hadapannya.
"Aku akan membantumu." Salah seorang pria yang berada di meja di salah satu sudut aula datang mendekat, berkata dengan penuh harap karena perutnya yang belum merasa kenyang.
"Jika kau ingin, aku akan memberimu menu yang sama." Acuh tak acuh, Ares sekali lagi menenggak susu hangatnya.
"Ti—tidak..." Pria tersebut kembali berbalik, mundur dengan langkah penuh ketakutan.
Ares menoleh kepada pria botak yang berada di sisinya yang lain. Menemukannya tetap berada dalam posisinya semula dengan koin emas yang tetap tidak tersentuh, "Bukankah koin emas adalah makanan favoritmu? Jika itu tidak cukup, aku akan memberimu emas dalam bentuk batangan."
"Maaf..." Pria botak tersebut semakin tertunduk, ekspresi wajahnya terukir penyesalan yang sangat dalam, "Aku tidak akan pernah mengulanginya lagi."
Olfrey hanya mengawasi Ares dalam diam, ia tentu mengerti terdapat dua pelanggan yang menjadi pengawal Ares setelah memeriksa keadaan tepat setelah dia memasuki bar.
Hening, ketenangan yang sangat dingin melanda aula bar, menyisakan suara samar dengkuran dari orang-orang yang telah tertidur. Bahkan untuk Mehera, dia hanya bersembunyi di balik dinding dapur sembari mengintip suasana aula.
"Berapa banyak makanan yang masih tersisa?" Ares bertanya dengan nada dingin, membuat Mehera gemetar ketakutan, meski ia memberanikan diri untuk mendekati Ares.
"Mu—mungkin... sekitar 70 porsi..." jawab Mehera dengan gelisah.
"Daging?" timpal Ares.
"Tidak... hampir semuanya adalah salad..." jawab Mehera ketakutan.
Oh, kurasa dia telah mendapatkan kembali modalnya untuk hari ini.
"Aku pesan semuanya," ujar Ares.
"Hah?!"
"Ap—apa yang kau inginkan?!" Pria botak menoleh kepada Ares, sangat terkejut dengan perkataannya.
"Memberi makan semua orang di sini," balas Ares.
"Ku—kupikir... aku sudah kenyang."
"Ak—aku juga."
"Aku—aku sudah mengantuk! Aku akan pulang!"
Setiap orang segera bangkit, bergerak meninggalkan bar dengan langkah cepat, tidak meninggalkan para pemabuk serta orang yang telah tertidur dengan menggendongnya pada masing-masing bahu mereka.
"Tu—tunggu! Kalian bahkan belum membayarnya!" Mehera berteriak, sangat gelisah dengan perilaku para pelanggannya.
"Ak—aku jug—" ucap Pria Botak.
"Duduklah." Ares berkata dengan acuh tak acuh. Merasa pria berambut merah di sampingnya telah bangkit, perlahan Ares menutup kedua matanya, "Kau juga."
"Baik..." Serentak, keduanya lemas terduduk kembali di atas kursinya.
"Berapa tagihan mereka?" Tidak nyaman dengan Mehera yang hendak mengeluarkan air mata, Ares merogoh kantungnya untuk membayar para pelanggan yang telah kabur.
"Seratus... empat puluh... G," timpal Mehera dengan ketakutan, meski ia mengharapkan agar Ares membayar tagihan mereka.
Tak.
Ares mengeluarkan dua koin emas dari sakunya dan meletakkannya di atas meja, "Simpan kembaliannya."
"Be—benarkah, Tuan?! Bukankah ini sangat banyak?!" Mehera sangat terkejut, satu koin emas dapat menghidupi satu orang di ibukota selama beberapa bulan. Meskipun begitu, nadanya sangat menunjukkan bahwa ia sangat mengharapkannya.
Srrkk.
Ares tidak menjawab, hanya mendorong koin semakin dekat dengan Mehera dan segera melepaskan tangannya.
"Te—terima kasih, Tuan!" Mehera hendak menangis, terasa penuh akan kebahagiaan.
Sekali lagi menenggak, kali ini Ares menghabiskan susu hangatnya, "Jadi... apakah Ratu Florentia memiliki sebuah kepentingan denganku, Mata Sang Ratu Kerajaan Gardom?"
Olfrey menegang, tidak menyangka apabila penyamarannya telah diketahui. Meskipun Olfrey telah berinteraksi dengan Lean—salah satu anggota Klan Cornwall—di Kota Windsor, ia sangat yakin apabila dirinya tidak sekalipun menunjukkan wajahnya.
Beberapa kali Olfrey telah berganti penyamaran dalam perjalanannya menuju Ibukota Excelia, bertindak sebagai petani, sebagai kusir, hingga menjadi seorang ksatria, menyebabkan harga dirinya sekali lagi tercabik-cabik saat mengetahui hal tersebut berakhir dengan sia-sia.
Mehera serta dua pria di samping Ares pun tidak berbeda. Mereka menegang dan segera melompat mundur, sangat mewaspadai seseorang yang berafiliasi dengan keluarga royalti negara lain.
Olfrey menahan, tidak melepaskan ketenangan dirinya dengan tersenyum tipis, tetap memfokuskan pandangannya menuju meja di hadapannya, "Dapatkah saya mengetahui sejak kapan Anda mendapatkan informasi mengenai penyusupan saya, Yang Mulia Kaisar?"
"Eh?" Mehera sejenak tercengang hingga mematung, membuat dirinya sangat ketakutan setelah menyadari perilakunya yang sangat tidak sopan kepada Ares saat ia memasuki bar.
"Ka—kaisar?!" ujar Pria Botak tercengang, tidak mempercayai pemandangan di hadapannya.
"Bo—bodoh! Cepat bersujud!" Pria berambut merah pemakan daging mendorong kepala Pria Botak hingga membentur lantai, bersamaan dengan Mehera.
Ares telah beberapa kali menunjukkan wajahnya kepada penduduk ibukota. Meskipun begitu, tidak setiap warga mengetahui rupa Ares secara mendetail, terlebih mayoritas diantara para penduduk ibukota sama sekali tidak pernah memandangnya, membuat mereka tidak mengetahui bagaimana wajah Ares yang sesungguhnya.
Kejanggalan telah menjadi jelas. Tidak mungkin Ares mengeluarkan banyak uang tanpa sedikitpun perasaan berat terkecuali ia merupakan seorang royalti, yang tentu dipahami oleh Mehera dan dua pria lainnya.
Ares mengacuhkan reaksi ketiganya, "Sejak kau melintasi perbatasan."
"Begitu." Olfrey tersenyum masam.
Segera, Olfrey bangkit dari kursinya, beberapa kali melangkah dan berlutut tepat di hadapan Ares dengan tangan kanannya yang menempel di atas dada serta menundukkan dalam kepalanya, "Permohonan maaf terdalam saya, Yang Mulia."
"Angkat kepalamu," perintah Ares.
Olfrey mengangkat kepalanya dengan tersenyum, "Terima kasih atas kebesaran hati Anda, Yang Mulia. Saya, utusan Ratu Kerajaan Gardom, diperintahkan untuk memeriksa keadaan Ibukota Kekaisaran Arestia terlebih dahulu sebelum seorang Ksatria Gardom akan diutus kepada Anda dengan sepucuk surat Yang Mulia Ratu."
Ares mengerutkan keningnya, "Apa yang dia inginkan?"
"Mengakui kedaulatan negara Anda." Olfrey menjawab cepat.
"Begitu." Ares mempertahankan ketenangannya, meski ia sedikit terkejut karena reaksi cepat yang dilakukan Florentia.
Sebenarnya, selama negaraku dapat berdiri dengan kokoh, pengakuan kedaulatan tidaklah terlalu diperlukan...
Aku yakin Florentia berniat untuk membuat suatu perjanjian denganku.
Berbeda dengan era abad modern dimana negara-negara membutuhkan sebuah pengakuan kedaulatan agar mereka dapat memasuki dunia internasional, pada abad pertengahan, hal tersebut tidaklah menjadi tolak ukur pertama dari sebuah negara yang baru saja bangkit.
Terlebih lagi, Ares telah menomor duakan pengakuan kedaulatan dari negara lain dan berfokus dengan urusan dalam negerinya terlebih dahulu. Ares sangat yakin dengan kekuatan militer serta moneternya, menjadikan apabila negara sekitar berniat untuk menyerang, hal tersebut tidak dianggapnya sebagai masalah besar.
Tapi... dunia ini telah menjadi berbeda dengan dunia game yang aku tahu.
Apakah Florentia telah mengetahui bijih besi dan tambang emas yang terkandung di Tanah Lethiel?
Tidak, tidak mungkin jika mengingat perkembangan zaman dan lini waktu setelah aku dipindahkan ke dunia ini.
Ares sejenak termenung, tatapannya tanpa sadar tertuju pada lantai yang berada diantara dirinya dengan Olfrey, membuat Olfrey sejenak berpikir apabila Ares telah menebak niat Sang Ratu, walau itu segera disangkal olehnya.
"Pergilah," ujar Ares setelah kembali menatap Olfrey dengan cepat.
"Hah?" Olfrey sangat terkejut. Tidak pernah sekalipun terpikirkan olehnya apabila Ares akan melepaskannya begitu saja.
Olfrey mengerti apabila Ares mengetahui sosok sejati dirinya yang merupakan mata-mata, yang mana telah Olfrey sampaikan secara tersirat saat berlutut beberapa saat yang lalu, "Apakah Anda tidak meminta tebusan kepada Yang Mulia Ratu?"
Ares benar-benar keheranan dengan ucapan Olfrey, "Dengan membuatmu sebagai sandera? Tidak, tidak mungkin. Lagipula, meskipun aku memiliki hak untuk itu karena kau yang merupakan mata-mata, aku lebih menyukai membuat sebuah kesan awal yang baik kepada Ratu. Terlebih lagi, tanganku tidak cukup untuk mengurusmu."
Sedikit mengusik kebanggaannya, walau Olfrey tahu hal yang dikatakan Ares tepat sasaran, membuatnya sekali lagi menundukkan dalam kepalanya, "Terima kasih atas keluasan serta ketulusan hati Anda karena telah mengampuni saya, Yang Mulia."
"Ya, pulanglah." Ares kembali berbalik, sekali lagi berhadapan dengan gelas susu yang berada di atas meja.
Olfrey tersenyum masam, perintah Ares sangat lugas, sarat akan sebuah peringatan. Olfrey telah merasakan apabila dalam perjalanannya kembali ke perbatasan akan diawasi oleh lebih banyak intelejen kekaisaran.
Bangkit, sekali lagi membungkuk dalam, Olfrey berbalik menuju pintu keluar.
"Ada apa dengan dia?" Tidak lagi merasakan kehadiran Olfrey, Ares melirik ke sudut ruangan dimana seorang pemuda berada dalam kondisi babak belur. Mengetahui sebuah kalung budak yang merantai lehernya, kening Ares semakin terlihat berkerut.
"Um... dia adalah budak yang tuannya telah terbunuh... me—" Jawaban Mehera terhenti akibat tanda yang diberikan tangan kanan Ares.
Tak.
Merogoh saku pakaiannya, Ares mengeluarkan sebuah koin platinum besar dan meletakkannya di atas meja.
"Bebaskan dan rawat dia, perbaiki tokomu sebagai bentuk imbalan atas perintahku." Bersamaan dengan kata-katanya, Ares bangkit dan segera melangkah menuju pintu keluar.
"Eh?! Eh?! Tu—tu—" Mehera sangat terkejut, matanya terbuka lebar karena sebuah koin bernilai 100.000 G di hadapannya, membuatnya merasa panik. Namun, Mehera tidak menyelesaikan kalimatnya dengan menutup rapat kedua bibirnya.
Bukankah ini adalah titah?!
Mehera tersadar, lawan bicaranya adalah seorang penguasa tertinggi dari negara dimana tempatnya tinggal. Tidak mungkin menolak perintahnya karena Mehera tahu, penolakannya dapat membuat empat generasi keluarganya—termasuk dirinya—dijatuhi hukuman mati.
"Ba—baik, Yang Mulia!" Sangat gugup, Mehera hanya dapat membungkuk dalam, tidak berbeda dengan dua pria lain yang sebelumnya duduk berdampingan dengan Ares. Dalam diam, ketiganya membuat kesepakatan untuk bungkam mengenai kejadian malam ini, demi keamanan diri serta keluarga mereka.
Tepat sebelum Ares membuka pintu, ia tersenyum, melambaikan salah satu tangannya tanpa berbalik menghadap mereka.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
John Singgih
kaisar yang murah hati
2022-04-28
0
Kagebhunshin
jejak empat
2022-04-04
0
Alter-Ruu
how to smackdown mental orang ala Ares
2021-12-23
1